1.Takdir seorang Anya(1)

84 62 72
                                    

𝐉𝐮𝐝𝐮𝐥:𝐓𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐀𝐧𝐲𝐚
𝐆𝐞𝐧𝐫𝐞:𝐃𝐫𝐚𝐦𝐚

“𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳-𝘕𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘮𝘦𝘴𝘬𝘪 𝘬𝘢𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘶 𝘢𝘪𝘳 𝘮𝘢𝘵𝘢 𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢.”


   Desa ini begitu terlihat sangat indah ketika Sang terik matahari muncul pada pagi hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   Desa ini begitu terlihat sangat indah ketika Sang terik matahari muncul pada pagi hari. Suara kokok Ayam melengking mengisi senyapnya udara setiap pagi.

   Kabut putih disetiap paginya
menghalangi mata memandang, namun terasa sangat menyejukan. Kabut putih itu seolah menyelimuti Desa ini.
 

    Kehidupan di Desa begitu sederhana dan tampak indah dengan pemandangan yang tiada duanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    Kehidupan di Desa begitu sederhana dan tampak indah dengan pemandangan yang tiada duanya. Kesanku terhadap Desa ini ialah begitu terjaganya lingkungan maupun tali persaudaraan dan empati yang amat tinggi satu sama lain.
 

  Di desa, Aku hidup dengan satu-satunya keluargaku, yakni Ayahku. Walaupun begitu, aku sangat amat bersyukur dan bahagia dapat hidup di desa ini.

  Saat senja, Aku selalu menghabiskan waktu dengan Sahabatku di dibukit sana, tepat dibawah pohon besar yang akan memperlihatkan seluruh Desaku dengan posisi yang amat pas bila ingin menikmati gloaming (sunset).

"Anya, ayo pulang hari mulai gelap!" ucap seorang Gadis cantik menepuk bahuku.

"Iya ayo!" sahutku padanya sembari memberikan senyuman khasku.

  Aku pun berjalan menyusuri pemukiman warga dan tepat diujung sana, terdapat rumahku yang mungil dan sangat sederhana beratapkan daun Rumbia.

  Sesampainya disana, begitu terkejutnya Aku saat mendapati rumahku yang begitu ramai dengan penduduk desa yang sibuk mencaci maki dan melempari bermacam kotoran mengarah kepada Ayahku.

  Aku pun berlari menghampiri dan menopang tubuh Ayahku untuk masuk ke dalam gubuk Kami dan menghiraukan warga Desa yang masih saja melempari kotoran-kotoran ternak kearah Kami. Begitu histeris nya diriku mendapati Ayahku yang sudah lemas dan terluka yang sepertinya habis digerubuti oleh warga desa.

"Ayah!!! Ayah kenapa? apa yang terjadi pada Ayah?!" kataku yang mulai meringis dan menggoyang goyangkan badan paruh baya itu.

"Apa ini?? apa yang terjadi? Desa yang amat kucintai dan penduduk desa yang ku hormati melalukan ini kepada keluargaku?!" tanyaku dalam benak hati yang mulai terasa sesak.

"Nak, kita harus pergi dari desa ini, ayo kemasi barang-barang mu," ucap ayahku dengan nada yang begitu lemah.

"Tapi Ayahhhh kenapa? kenapa kita harus pergi? "ucapku dengan tersedu.

"Sudah-sudah nanti ayah jelaskan," kata Ayah yang semakin lemah.

  Setelah mengobati ayahku yang terluka, aku pun berkemas dengan berbekal seadanya.

  Dengan berjalannya waktu Warga Desa pun meninggalkan rumah Kami dengan sisa-sisa kotoran hewan yang mereka tinggalkan di depan rumah Kami.

   Kami pun mulai bergegas pergi menuju hutan meninggalkan Desa yang semula kucintai. Tidak kusangka penyebab tragedi ini ialah sebuah fitnah semata dari orang-orang yang mengkambing hitamkan Ayahku. Aku pun memberanikan diri untuk menanyakan hal itu lebih lanjut kepada Ayahku walau Ayahku sudah tidak mau membahasnya lagi.

"Ayah, kenapa tidak kita lawan saja mereka dan membenarkan masalah ini yah," tanyaku yang amat penasaran.

"Sudah Ayah bilang untuk tidak membahas hal ini lagi. Tapi Ini terakhir kalinya Ayah jawab tentang masalah ini," ucap Ayahku sembari menghela nafas.

"Kita ini miskin, tidak bisa melawan orang-orang yang punya kekuasaan tertentu apalagi melawan warga yang sudah termakan fitnah kalau sudah dijelaskan pun pasti mereka tidak mau menerima," jelas Ayahku yang mulai sedih saat menceritakannya.

"Memangnya kita difitnah apa Yahh? " jawabku yang amat geram dengan situasi ini.

"....."

  Ayahku enggan menjawab dan hanya menatap api unggun di malam yang sunyi ini.

  Aku pun tak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa menerima takdir apa yang telah terjadi sampai saat ini.

~Sssrrkkkkk ssrrkkk

  Tiba-tiba ada suara dari semak-semak yang Kami curigai bahwa itu binatang buas yang mulai siap memangsa kami. Ayahku yang sudah lemah dari kemarin hanya bisa mengeluarkan tombaknya dan bersiap mengeluarkan kekuatan nya sekuat mungkin untuk melindungiku.

  Tak lama kemudian Harimau itu meloncat dan menyerang Ayahku, Ayahku mempertahankan dirinya sekuat mungkin, namun perlahan pertahanan diri Ayah rapuh dan berteriak kepadaku dengan sisa tenaganya itu.

"ANYAAA LARIIII!!!! JANGAN MENDEKAT PADA AYAH!!!!" teriak Ayah dengan sisa tenaganya.

  Aku hanya bisa meringis ketakutan dan terdiam di pojok pohon.

"ANYA CEPAT!!!" teriak Ayahku lagi dan melempari ku senyum terakhir nya yang ditetesi air bening dari matanya.

  Aku yang enggan pergi meninggalkan ayahku, namun dengan teriakan tadi Aku mengerti apa maksud Ayah dan dengan berat hati Aku berlari untuk menghindari Harimau dan dengan tangisan yang sudah tak bersuara lagi.

  Berhari-hari aku menetap dihutan dan tak lagi menemukan minuman mau pun makanan.

"Aku haus, lapar, lemas," kataku dengan suara lemah dan...

✪TBC✪

🐧

🐧

🐧

Heyyo-!🐣
Lagi coba bikin cerpen nih~
Boleh kasih krisarnya ya🗨️
Jan lup mampir ke POL ceritanya sabilah hibur kalian🐧❤️
See you❗




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan Cerpen [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang