Di perjalanan, Lia berusaha mencari topik untuk berbicara kepada makhluk es seperti Vano ini, berkali-kali ia mencari topik lalu di matikan oleh Vano, terus seperti itu hingga motor yang di naiki mereka mati mendadak dan berhasil membuat Lia bertanya.
"kenapa?" tanya Lia bingung kenapa tiba-tiba berhenti padahal rumahnya masih lumayan jauh dari sini.
"mogok" kata Vano sukses menjawab ke bingungan Lia sedari tadi, dan Lia pun menjawab hanya dengan anggukan kepala.
Vano yang sedari tadi celingak-celinguk mencari keberadaan bengkel dengan kelopak mata nya sukses menarik perhatian Lia dan membuatnya bertanya.
"nyari apa si ka kok sampai segitunya?" tanya Lia sedari tadi memperhatian Vano celingak-celinguk saja seperti orang ingin nyebrang.
"bengkel" kata Vano menjawab ke bingungan Lia ke sekian kali nya, lalu Vano berbicara sambil menatap Lia dengan wajah yang stay datar itu
"lo mau balik duluan? kalo mau, gw teleponin temen gw buat anter lo balik, kayak nya bengkel lumayan jauh dari sini, gw takut lu kecapean" kata Vano sambil menyibak rambut karena keringat yang berada di pelipisnya itu mengalir hingga membuatnya melalukan hal tersebut, dan sambil menatap Lia menunggu jawaban dari nya.
Dan yang di tanya pun belum sadarkan diri karna terus memperhatikan Vano yang tadi menyibakan rambutnya lalu berguman pelan ganteng tanpa sadar dan membuat Vano menjadi salah tingkah karena ulah Lia
"ha? tadi lo bilang apa?" tanya Vano ingin Lia mengulangkan katanya tadi, dan yang ditanya pun salah tinggah "ngga bukan apa" kata Lia menjawab dan tanpa sepengatuan Lia, Vano mengulas senyum nya tipis .
"sekarang apa?" tanya Vano lagi karena pertanyaan yang sebelumnya belum di jawab oleh Lia, Lia yang belum konek pun melipat pelipis nya karena bingung
"huh! makannya jangan liatin gw terus, gw ngomong aja sampe gk denger" kata Vano sambil menyentil pelan pelipis Lia, dan yang di sentil pun cemberut dan membuat Vano gemas dengan tingkahnya lalu dengan reflek Vano menyubit pipi Lia gemas.
"Aaaawww sakittt kaaaa!!!" kata Lia karena Vano menyubitnya keras, dan yang menyubit pun hanya terkekeh pelan, Lia pun memberi tatapan tajam untuk Vano, yang ditatap pun hanya bisa tertawa pelan.
gw suka ketawa lo, tapi gw bingung kadang lo seperti ingin ngejar gw kadang juga seakan ngga mau gw ganggu. Lo terlalu abu-abu buat gw yang suka banyak warna ka Batin Lia sendiri.
"heh! tuh kan malah bengong lagi" kata Vano sambil melambaikan tangannya di depan wajah Lia.
"tadi pertama kaka bilang apa emang?" tanya Lia dan Vano pun menghela nafas karena cape menghadapi Lia yang lola nya selalu tidak tau tempat.
"intinya, lo mau gw teleponin temen gw buat balik duluan?" tanya Vano dan di jawab gelengan pala oleh Lia, dan Vano yang mendapat jawab itu pun menyerit bingung, lalu menggangkat alisnya.
"karna gw kan udah dari awal sama lo, nah baliknya juga harus sama lo lah, lo mau di gampar abang gw hah? nelantarin gw di sini!" kata Lia dan Vano pun menjawabnya "lo gk gw telantarin tapi gw anterin, nah karena mongok motor gw, lo dianter sama temen gw aja dari pada cape ikut-ikut" ucap Vano pengertian dan melihat matahari yang berada tepat di atas kepala, sangat panas.
"itu sama aja lo telantarin gw ka! kurang lebih ngeoper-oper gw lahh" kata Lia masi mengelak.
Lalu Vano menstandar motornya dan berjalan mendekati Lia.
"gw aja gk rela lo di rebut cowo-cowo lain, masa gw ngelantarin lo? harusnya kan lo gw ajak ke pelaminan buat jadi pendamping hidup gw dan membimbang anak-anak gw kelak nanti" Ucap Vano serius sambil menatap lurus ke mata Lia, dan pipi Lia pun bersemu merah malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Most Wanted
Teen Fiction"pokoknya lu harus jadi milik gw, gk ada ada yang boleh ngatur-ngatur!" ucap Kevin mengeklaim Lia sebagai pacarnya tanpa bantahan. ●-●-●-●-● "klo senyum jangan terlalu manis, gw takut, yang suka sama lu makin...