2

4 2 0
                                    

"HAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

Aku terlonjak dari tidurku saat mendengar teriakan seorang wanita.

"LYRAAAAAA!... ADA APA INI? KENAPA-"

Hah

Itu suaraku. Aku dengan cepat menoleh ke samping, ke arah suara itu berasal. Aku melihat tubuhku sendiri berada di sebelahku. Wajah itu terlihat bingung, sambil memandangi tangan dan meraba seluruh anggota tubuhnya.

Tunggu, tunggu, tunggu.

Aku juga ikut melihat tanganku dan membolak-balikanya , tangan laki-laki. Aku pun meraba wajahku, rahang yang keras dan hidung yang mancung tegap. Pipi yang tirus. Ini bukan wajahku. Aku memegang rambutku. Panjang, tapi sangat lurus. Rambutku tidak seperti ini.

"HAAAAAAAAAAAAAAA!" Saat teriak pun, suaraku berubah menjadi suara laki-laki. Aku sangat kenal suara ini.

Cermin, aku harus lihat cermin.

Dengan sangat terburu-buru, aku turun dari tempat tidur. Tapi kaki kiriku tersangkut. Alhasil, aku pun tersungkur di bawah.

Kaki kiriku menendang-nendang kantung tidur untuk membuatnya lepas. Setelah lepas, aku pun lari terbirit-birit menuju cermin satu badan yang terletak di samping pintu masuk.

Tubuh asliku juga ikut bercermin di sebelahku.

Aku melihat di pantulan cermin. Tapi aku tidak melihat diriku. Aku melihat Lean.

Barulah aku melihat tubuh asliku yang saat ini panik seperti melihat setan tatkala melihat pantulan dirinya di cermin.

"El, ada apa ini?"

"HAAAAA! Aku juga tidak tau Ra."

Aku diam sejenak untuk meredakan kepanikanku. Tak lama, aku pun mulai agak tenang. "Tubuh kita tertukar, El"

"Hah?" El yang berada di tubuhku pun mulai tenang, walaupun wajahnya masih terlihat panik.

Aku masih mencerna kondisi yang kmai alami saat ini. Tapi, aku merasa ada yang janggal. Sesuatu yang sering aku rasakan sebelumnya. Tapi tidak saat ini.

Aku tidak bisa membaca pikiran Lean. Apa jangan-jangan...

"Ra, aku bisa membaca pikiranmu." Ia mendongak menatapku yang saat ini jauh lebih tinggi darinya. Mata terbuka sangat lebar. Ia sangat kaget.

Gawat. Rahasiaku...

"Itu... anu, El, Aku-"

"JADI KAU BISA MEMBACA PIKIRANKU?" Ia spontan memegang pundakku, aku sedikit terdorong ke belakang. Wajahnya kembali panik.

Aku tidak bisa menjawab. Tapi isi kepalaku sudah menjawabnya dengan jelas.

"Jadi, jadi... kau sudah tau semuanya?" Wajahnya memerah seperti tomat.

Aku bungkam. Setiap pertanyaan yang dilontarkannya, jawabannya langsung muncul di kepalaku. Mulai dari rahasia kecilnya, perasaannya padaku, hingga rahasia terbesarnya, dia pernah berpikiran mesum padaku.

Selain karena sudah tau cara kerja kemampuanku, aku benar-benar tidak bisa berbicara sekarang. Semua rahasiaku terbongkar.

Aku menelan ludahku.

El langsung berbalik membelakangiku dan berjongkok seperti laki-laki.

Seperti aku melihat diriku sendiri menjadi tomboy.

Lean mengacak-acak rambutnya dengan frustasi. "HAAHH, AKU MALU SEKALI."

"Anu, El. Sebenarnya... aku punya alasan kenapa tidak memberitahumu." Kataku dengan cukup pelan.

FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang