BAB 1

18 2 1
                                    

Waktu menunjukkan pukul 04.45 WIB, seperti biasa aku bangun pagi langsung mencuci muka dan menjalankan shalat subuh. Setelah shalat subuh aku membantu ibu memasak.
Karena aku anak satu-satunya aku harus membantu ibuku walau hanya membantu mengupas kulit bawang merah dan bawang putih, yang seharusnya dikerjakan oleh anak perempuan tapi bagiku sudah terbiasa.

“Fiat, sini bantu ibu di dapur.” Dengan nada lemah lembut seorang ibu.
“Iya bu sebentar.”
“Aku disuruh melakukan apa bu?” tanyaku pada ibu.
“Kamu ngupas kulit bawang merah dan bawang putih ya, biar cepat selesai masaknya dan supaya tidak terlambat sekolah.”
“Iya bu.”

Hari ini adalah hari yang aku nanti-nantikan sangat penting bagiku karena hari ini aku akan menjadi siswa SMA. Setelah aku selesai membantu ibu di dapur, aku bergegas untuk mandi, setelah mandi aku menyiapkan apa saja yang akan dibawa untuk masa orientasi siswa atau biasa disebut MOS.

Setelah sampai di sekolahku yang baru (SMA maksudnya). Suasana sekolah sangat ramai, banyak siswa baru dan banyak kakak kelas. Aku bersekolah di SMA ini tidak sendirian karena ada dua saudara sepupuku juga yang bersekolah denganku di SMA ini.

Bel masuk sekolah pun berbunyi
“Teettt.... teettt... teettt....”

Waktunya untuk melaksanakan upacara hari senin dan sekaligus upacara pembukaan kegiatan MOS. Setelah upacara, kakak kelas 11 dan 12 mulai memasuki ruangan kelas mereka masing masing. Untuk calon kelas 10 harus tetap berkumpul di lapangan upacara karena ada informasi dari ketua OSIS dan akan ada pembagian kelompok untuk ruangan yang akan digunakan calon siswa baru.

“Untuk nama dengan nama depan abjad A sampai M, kalian di ruangan lab 1. Untuk nama dengan nama depan abjad N sampai Z, kalian di rungan lab 2. Apa kalian mengerti!?” sekertaris OSIS mengumumkan tentang pembagian ruangan.

“Siap mengerti!!” jawab para calon siswa kelas 10 dengan serentak.
Para calon siswa kelas 10 menuju ruangan yang telah ditentukan.

“Hoi Fiat...!!!!” suara teriakan Lhong dan Bhon.
“Hoi... kenapa eh kencang sekali teriakannya sampai mau budeg telingaku.” Jawabku dengan muka cemberut.
“Ga nyangka bisa 1 ruangan sama lo” ucap Lhong.
“Kenapa muka lo cemberut gitu dah kek anak cewe aja, hahhahaha” ucap Bhon.
“Biarin sih ribet amat ini juga gegara kalian berdua teriak-teriak kaya di hutan aja! Huh!” ucapku dengan nada ngambek.
“Iya maaf sayang..... uhhh jangan ngambek lagi dong.. yayaya senyum...” Lhong mencoba membuatku tersenyum.
“Ayo dong senyum nanti imutnya hilang lho...... hhhy.” Ucap Bhon yang membantu Lhong untuk membuat aku tersenyum
“Hm. Apa sih.. ga jelas....” ucapku masih jutek
“Dah lah ayo masuk ruangan ih ntar dimarah kakak OSISnya!.” ajak ku dengan nada perintah sambil mencubit lengan mereka berdua.

Setelah sesampainya di ruangan lab 1, aku, Lhong dan Bhon duduk berdekatan dan mendengarkan materi atau informasi yang diberikan oleh pengisi acara.

“Fiat...” bisik Lhong
“Apa?”
“Lu kok belom punya pacar, jangan-jangan lu suka sama cowo ya?”
“Berisik amat tuh mulut, mau aku sumpel kaos kaki?!”
“Ya..Lunya sih dari SMP keliatan kaya cewe, main sama cewe juga, hahaha”
“Biarin... mau ikut gabung main sama cewe?!” jawabku dengan nada agak jengkel.

Setelah acara pemberian materi yang diberikan oleh pihak OSIS dan pihak sekolah selesai, aku dan siswa lainnya istirahat. Aku dan Bhon hanya di dalam ruangan saja istirahatnya.
Aku melihat sesosok pria yang sedang duduk di dekat tembok, aku terus memandangnya. Aku berjalan menemuinya dan berkenlan.

“Permisi...” ucapku dengan sopan.
“Iya silakan” ucap Leo dengan suara beratnya.
“Perkenalkan namaku Fiat, kalau boleh tau siapa namamu?”
“Leo... salken juga”
(salken adalah singkatan dari salam kenal)
“Okok”

Setelah itu aku mulai berkenalan dengan semua siswa yang tidak aku kenal sama sekali.
Aku berkenalan dengan salah satu siswi dan harapanku, aku bisa berteman sama dia bahkan berharap bisa satu kelas dengan dia, dan ternyata dia adalah siswa satu sekolahku dulu

“Hai.. namaku Mae, kamu Fiat kan?”
“Hai.. iya namaku Fiat, kok kamu sudah tahu namaku?, padahal aku belum meperkenalkan diri.” Jawabku dengan nada terkejut.
“Ya tahu lah... hahaha..”
“Hahahahaha.... tahu darimana?”
“Kamu dari SMP 10 GDR kan?” tanya Mae dengan kaget masa dia ga kenal sama teman satu sekolahnya dulu.
“Iya kok kamu tahu?”
“Kita dulu satu SMP zeyenk...”
“Hah...iya tah?” ucapku dengan nada tidak percaya dan kaget
“Kita kan beda kelas, jadinya kurang kenal wkwkwk”
“Iya juga ya hahhahah”
“Semoga aja kita sekelas ya”
“Iya” jawabku dengan senyum.

STOP BULLYING LGBTQ+ PEOPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang