Liburan musim gugur telah berakhir. Para murid, mahasiswa dan pegawai lain kembali menjalani aktivitas mereka masing-masing. Biar pun beberapa dari mereka terlihat masih ingin bermalas-malasan, bersantai ria tanpa memikirkan pekerjaaan atau pelajaran ditemani secangkir teh hangat dan kue kering ialah kenikmatan sesungguhnya. Namun, sayang. Waktu berjalan terlalu cepat, mau tak mau mereka harus menjalankan kegiatan mereka seperti semula, demi keluarga dan masa depan. Dan di sinilah sekarang mereka berkumpul, menunggu sebuah bus yang akan mengantar mereka ke tujuan masing-masing.
Reyna Kim, gadis berpipi chubby itu melahap sepotong roti terakhir ke dalam mulut di susul seteguk susu kotak ditangan kirinya. Benih gadis itu melirik seorang bocah kecil sejak tadi menatap diam di sebelahnya, sebari menelan ludah beberapa kali berharap Reyna akan membagi makanannya. Akan tetapi, Reyna tak kunjung memberinya.
Jujur Reyna bukan tak ingin membagi roti miliknya. Namun, gadis itu sengaja menggoda anak ini sebab dia sangat menggemaskan sekali, sampai bentuk wajah bulatnya serupa roti terakhir Reyna makan tadi, manis dan lembut. Astaga ... ia ingin sekali meremas wajah itu dan memakannya. Tapi tidak, jangan. Anak ini terlalu berharga bagi orang tuannya. Lagi pun toh, ia bukan kanibal pemakan manusia hanya karena paras si bocah ini bak roti.
Lantaran tak sanggup melihat wajah melas si bocah, akhirnya Reyna menyerah. Ia menyodorkan plastik kecil berisi satu bungkus roti miliknya yang tersisa, sebari berjongkok dihadapan anak itu. "Ini untukmu. Jujur saja bocah, aku sedikit pelit. Aku tak pernah sekali pun memberikan roti kesukaanku ini pada siapapun yang memintanya. Jadi, anggap saja kau orang beruntung bisa mendapatkan roti ini dariku. Dengar, lain kali jangan pernah menunjukkan wajah imutmu. Jika bisa, sampaikan pada ibu dan ayahmu, jangan membuat anak terlalu imut seperti ini, kau mengerti. Ambil ini, makanlah," Celoteh Reyna panjang lebar menarik perhatian beberapa orang di sana.
Si kecil pun menerima plastik itu, hanya saja ia agaknya terlihat sedikit kesulitan mengambilnya. Karena Reyna menggenggamnya terlalu erat bersama tatapan seakan masih enggan memberikan rotinya.
"Noona ...." rengek kecil bocah itu. Dan dua dari tiga manusia di dekat mereka merasa gemas melihat Reyna tak juga melepaskan genggamannya dari pelastik.
Reyna mendadak terkekeh. " Tunggu sebentar, biar aku memegang roti ini sebentar saja, ok," minta Reyna. Anak itu pun mengangguk menyetujui. Toh, Noona ini hanya menggenggam bukan memakannya. Setelah selesai, Reyna kembali memberikan sekantong rotinya. Kalian tahu, kejadian tarik menarik terulang lagi. Sungguh kelakuan Reyna membuat anak itu sampai menangis.
"Hei, kenapa kau menangis." Panik Reyna. Ia melirik ke sekelilingnya semua mata berpusat padanya. Reyna kembali menatap bola mata mungil dihadapannya." Berhenti menangis, maafkan aku. Aku hanya, astaga. Kau pasti mengerti, membagi sesuatu yang berharga itu sulit bukan. Hal itu kurasakan sekarang." Reyna masih terus berusah meminta anak itu berhenti menangis tanpa sedikitpun memberikan rotinya.
Hingga sosok pemuda jangkung datang menarik kerah kaos belakang Reyna. Sanggup menarik kaki tertekuk si gadis jadi berdiri tegak dengan entengnya. "Jika kau tidak mau memberikan roti itu. Jangan menggodanya. Kau membuat anak orang menangis, kau tak malu," gerutu Seokjin Kim — kakak kandung Reyna. kemudian ia berjongkok sambil memberikan dua roti sempat ia beli di toko sebarang pada anak itu seraya mengungkapkan kata maaf atas kelakuan Reyna.
"Lihat gadis itu dia pelit sekali. Kalau aku di posisinya akan ku berikan roti itu dengan senang hati. "
"Kau benar, apa roti seberharga itu baginya."
Bisik beberapa orang disana.
Reyna diam membeku, tatapannya kosong. Mereka tidak tahu, mereka tak akan mengerti. Jadi, biarkan saja mereka berkata apa jangan dengarkan, Reyna. Peringat Reyna dalam hati menepis hal-hal buruk bergulat dalam kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vivid
Teen FictionReyna Kim, gadis tengil pengidap kanker otak itu terjerat cinta sepihak dengan sosok misterius-digulung segudang rahasia kelam-bernama Min Yoongi. Meskipun Yoongi selalu menolaknya mentah-mentah, Reyna tetap bersikeras mengejarnya. "Hei, Yoongi. A...