"Bawa aku ke tempat dimana tidak ada seorang pun yang mengetahui duka ku."
Rena Emory
Seorang gadis masih setia berdiri di pinggiran Danau, memandangi indahnya pemandangan yang sangat luar biasa ini. Berbagai macam burung melintasi area Danau, mereka tampak sangat ceria dan terbang kesana kemari. Tidak lupa, gadis itu membawa sebuah buku dan bolpoin. Tidak lupa juga Setangkai bunga yang masih ia pegang dengan erat. Rena, namanya adalah Rena. Gadis biasa dengan sejuta mimpi nya. Dia rela terbang sendiri ke swiss hanya untuk mencari sebuah ketenangan dan kedamaian diri. Dewasa bukan lah masa yang menyenangkan seperti yang pernah ia pikir kan dulu. Dewasa ini membawa nya pada sebuah kebohongan dan keterpaksaan dalam segala hal.
Perlahan satu persatu air hujan mulai membasahi tanah, Rena menutup bukunya dan memasukkan kedalam tas. Ia lantas mengambil payung yang tadi telah ia siapkan. Hujan semakin deras bersamaan dengan angin yang bertiup sangat kencang. Udara di sekitar juga mulai dingin, padahal saat ini Rena menggunakan jaket yang sangat tebal. Namun, tetap saja ia masih menggigil.
Dari kejauhan Rena melihat dua orang pria yang hanya memakai kaos biasa, mereka tampak sangat kedinginan dan berlindung di bawah pohon besar. Karena iba, Rena segera menghampiri ke dua pria tersebut.
"Hey! Ayo ikut dengan ku." Rena memberi satu payung lagi pada dua pria yang belum ia kenal itu. Rena memang selalu membawa persediaan yang matang kemana pun ia pergi.
Dua pria itu memilih untuk mengikuti Rena, Villa tempat Rena memang tidak terlalu jauh dari sini.
Setelah sampai di Villa Rena segera mengambil dua jaket dan dua kaos kaki, dia juga memasak teh untuk dua pria yang kini berada di Villa nya."Thank you!" Ucap salah satu pria. Rena memperhatikan gaya bicaranya, seperti nya dia bukan penduduk lokal. Dan yang pastinya dia juga Bukan pria asia.
Rena menyerahkan dua teh hangat dan dua mangkok Mie panas.
"Aku tebak kamu pasti berasal dari Indonesia." Rena cukup terkejut dengan pernyataan salah satu pria itu. Bagaimana mungkin dia tahu bahwa Rena dari indonesia? Dan, ternyata pria ini juga mengerti bahasa Indonesia. Dari yang Rena amati, wajah nya tidak sama sekali menunjukan bahwa dia pria dari Asia. Atau dia hanya bule jadi-jadian.
"Darimana kamu tahu?" Tanya Rena.
Terdengar kekehan pelan dari pria tersebut. "Aku sangat hafal tingkah dan wajah wanita indonesia, karena Ibu ku adalah wanita yang berasal dari indonesia juga."
Sekarang Rena mengerti, kenapa bule ini sangat fasih dalam berbahasa indonesia. Ternyata dia juga memiliki garis keturunan indonesia. Cara berbicara nya memang sangat tepat tidak seperti bule pada umumnya. Dia juga menggunakan logat bahasa indonesia dengan benar.
"Wah! Aku sangat bangga bisa bertemu dengan orang indonesia di negeri asing," kata Rena dengan sangat takjub.
Dia lagi-lagi tertawa dan mengulurkan tangannya. "Nama ku Elanor Ocean, dan ini teman ku, Rama. Kami berdua dari Amerika."
Rena menerima uluran tangan Elanor dengan senyum merekah. "Aku Rena Emory. Kenapa kamu tidak tinggal di indonesia?"
"Ayah ku seorang tentara Amerika. Bahkan aku tidak pernah ke indonesia, Ibu ku sering pulang ke indonesia, namun aku belum ada waktu kesana."
Rena mangut-mangut mengerti, ternyata Elanor bukan lah pria sembarangan. Penampilan nya juga terlihat sangat dermawan dia juga punya pembawaan yang sangat berkarisma.
Rena tertawa dan akhirnya membuka suara kembali. "Sebenarnya aku sangat menyayangkan, kamu tidak pernah kembali ke tanah air mu."
"Aku memang berdarah Indonesia, tapi saat ini. Aku masih tetap kewarganegaraan Amerika. Apakah kamu sendiri disini?"
Rena mengangguk membenarkan. "Iya Aku memang berniat untuk pergi sendiri, aku ingin menikmati kesendirian untuk sementara waktu."
"Kamu jaga diri baik-baik, karena kamu berada di negeri asing." Rena mengangguk mendengar nasihat Elanor.
"Aku juga Sangat kagum saat tahu kamu begitu fasih menggunakan bahasa indonesia," ujar Rena.
Elanor tertawa dan tersipu malu mendengar pujian yang di lontarkan oleh Rena. "Sedari kecil Mama selalu memakai bahasa indonesia saat berbicara dengan ku. Dan, sampai sekarang aku pasti berbahasa indonesia dengan nya."
"Bagaimana dengan sekolah mu, apakah kamu masih SMA?" Tanya Elanor.
Rena mengangguk membenarkan. "Iya, aku siswi di salah satu SMA Jakarta dan mengambil jurusan IPA Fisika."
"Jurusan yang sangat bagus!" Puji Elanor.
Percakapan mereka terus berlanjut, mereka sampai menceritakan indonesia dan beberapa negara lainya. Rasa canggung sedikit berkurang. Ternyata Elanor adalah pria yang sangat asyik dan hangat. Bahkan, sekarang Rama menjadi patung di antara Elanor dan Rena.
"Kalian juga berdua doang disini?" Tanya Rena. Tidak ada berbicara dengan kaku lagi, kini Elanor dan Rena berbicara santai layaknya mereka sudah saling kenal sejak lama.
"Gak sih, di Villa masih ada sahabat kami."
"Kalian bersahabat bertiga?"
Elanor mengangguk. "Kami selalu sama-sama kemanapun."
Rena sangat tertarik dengan persahabatan Elanor. Andai saja hari itu Rena mengizinkan Sesa dan Vivi untuk ikut dengan nya. Mereka pasti sudah pergi dan jalan-jalan bersama di tempat ini, sama seperti Elanor dan teman-temannya.
Hujan mulai reda, Elanor membangunkan Rama yang sudah tertidur sejak tadi. "Ram, bangun! Balik yuk." Elanor terus mengguncangkan tubuh Rama yang tak kunjung bangun juga.
Rena terkekeh pelan, mereka sangat asyik. Rena mengantar Elanor dan Rama sampai di depan pintu.
"Besok pagi boleh aku main kesini?" Tanya Elanor.
"Tentu, boleh."
Elanor tersenyum sampai akhirnya pergi dari hadapan Rena. Rena kembali masuk ke dalam rumah, gadis ini tidak pernah berhenti tersenyum semenjak kepergian Elanor. Berbicara dengan pria yang berwawasan sangat luas sangat lah menyenangkan. Sama seperti Elanor. Dia pria yang cerdas dan memiliki wawasan yang sangat luas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gardenia
Teen Fiction"Aku menatap bulan ku dari jauh, semakin jauh, dan akhirnya menghilang." Aku akan menuliskan kisah kita dalam sebuah buku hitam, memajang nya di sebuah rak di antara ribuan buku romantis, menjaga nya tetap indah jauh dari debu, dan mengatakan pada s...