Chapter 1 (New Version)

68.2K 2.5K 44
                                    

Mobil Jeep hitam itu melesat bak anak panah yang dilepaskan dari busurnya.

Begitu cepat dan terlihat sangat mengerikan. Jalanan yang dilaluinya nampak sepi karena jarum jam memang sudah mengarah pada angka satu dini hari. Di belakang, tiga motor Ninja mengejarnya dengan kecepatan yang hampir sama. Salah satu dari ketiga motor Ninja tersebut bahkan sudah berhasil mengejar Jeep hitam di depan mereka dan menoleh untuk melihat si pengendara.

Baru saja si pengendara Jeep hendak menambah kecepatan mobilnya lagi, terdengar suara pecahan kaca yang berasal dari jendela di sampingnya. Rupanya, si pengendara motor Ninja yang sudah berhasil menyejajarkan kendaraan mereka langsung bergerak cepat dengan cara memukul kaca jendela mobil tersebut dengan menggunakan pemukul bisbol yang dia bawa. Si pengendara Jeep mengumpat keras dan langsung banting setir. Alhasil, mobil tersebut oleng dan menabrak sebuah pohon besar yang berada di sisi jalan.

Tiga motor Ninja yang sejak awal mengikutinya langsung berhenti dan ketiga pria berwajah sangar serta bertubuh kekar turun dari masing-masing kendaraan. Mereka memukul-mukulkan pemukul bisbol tersebut ke telapak tangan kiri sambil menyeringai. Seringai yang begitu menakutkan.

Si pengendara Jeep turun dan berkacak pinggang. Kepalanya tertunduk dan dia menarik napas panjang. Digelengkannya kepala, lantas dia mendengus. Tinggi tubuhnya mungkin berkisar antara 170 sampai 175 senti. Rambutnya lebat hingga mencapai tengkuk namun belum bisa dikategorikan sebagai gondrong. Kaus biru laut berlengan panjang itu melekat pas di tubuhnya hingga mencetak jelas otot-ototnya.

Ketika cowok itu mengangkat kepalanya, nampak kacamata bertengger manis di kedua matanya. Bola matanya berubah keemasan akibat cahaya lampu jalan yang mengarah langsung ke tubuhnya dari atas kepala. Sekali lagi, cowok itu menarik napas panjang, kemudian menoleh ke arah Jeepnya yang ringsek pada bagian depan dan mengeluarkan asap, lantas kembali mendengus. Tatapannya berubah tajam dan dingin ketika menatap langsung ke arah tiga pria yang berdiri tak jauh di depannya itu.

"Lo tau nggak, kalau mobil ini harganya mahal banget?" tanya cowok itu dengan intonasi suara yang menyeramkan.

Rendah dan berbahaya, perpaduan yang begitu menakutkan. Tapi, ketiga pria di depannya itu malah terkekeh geli dan mengacungkan pemukul bisbol mereka ke udara. Tepatnya ke depan cowok berkacamata tadi.

"Lo pikir kita peduli sama harga mobil jelek lo itu, hah?!" seru salah satu dari ketiga pria tersebut.

"Mobil jelek kata lo?" ulang si cowok berkacamata dan kembali mendengus. Kedua tangannya yang sejak tadi berada di pinggang, kini beralih ke depan dada. "Motor lo semua yang jelek! Mau cari mati sama gue, ya? Lo semua nggak tau gue siapa?!"

Lagi, ketiga pria tersebut terkekeh yang kemudian berlanjut dengan tawa keras. Tawa mengejek. Namun, cowok berkacamata itu sama sekali tidak terintimidasi. Dia masih saja mempertahankan tatapan tajamnya itu, meneliti ketiga musuhnya, mempelajari medan pertarungan serta menguliti lawan-lawannya.

"Lo cuma anak ingusan brengsek yang kepengin cari mati sama kita bertiga karena sudah ikut campur dengan kesenangan yang kita bertiga bikin waktu di kelab malam tadi! Dasar bajingan tengil!" seru pria yang tadi memukul kaca jendela mobil Jeep tersebut.

Cowok berkacamata itu menaikkan satu alisnya, kemudian melengkungkan bibirnya ke sudut kiri atas. Membentuk seulas senyum yang terkesan angkuh juga menakutkan. Ketiga pria tersebut saling tatap dan kembali memusatkan perhatiannya pada cowok berkacamata itu.

"Kesenangan kalian kata lo?" tanyanya dengan nada mengejek. "Gue nggak melihat adanya kesenangan. Yang gue liat, seorang cewek begitu ketakutan akibat ulah lo bertiga yang udah mengganggu ketenangannya! Apa bahkan lo bertiga nggak bisa ngeliat raut wajah ketakutan yang ditampakkan cewek itu? Hmm?"

THE SWEET ANGEL OF DEATH (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang