[0.1]

784 86 1
                                    

.

Langkah kaki yang berjalan kesana kemari sungguh memenuhi indra pendengaran. Ramai manusia berpakaian putih yang mondar-mandir dengan stetoskop yang terkalung apik dileher mereka.

Suasana ini sungguh sudah biasa seorang Christia Roselline alami selama hampir 9 bulan menjadi koas. Menggapai gelar Sarjana Kedokteran dalam kurun waktu tiga setengah tahun dan melanjutkan studi profesi yang sudah berjalan delapan bulan dua belas hari, sampai hari ini.

"Rose, tolong tangani korban luka terbuka disana. Biar saya urus yang lain." pinta salah satu seniornya kepada gadis yang hampir menginjak 23 tahun itu.

"Baik, dokter Mark."

Unit Gawat Darurat di rumah sakit tempat Rose menjalani masa koasnya saat ini kedatangan 7 korban kecelakaan. Ia berjalan ke brangkar nomor 9 tempat orang dengan luka terbuka yang saat ini tengah dibantu perawat.

Rupanya luka itu ada di lengan, dan saat ini seorang perawat tengah menekan luka tersebut dengan kasa steril untuk mencegah pendarahan lebih banyak.

"Dokter Mark bilang lukanya harus dijahit."  perawat itu berujar saat Rose tengah memakai handglove disana.

"Tolong di buka kak." pinta Rose pada sang perawat.

Bisa ia lihat luka terbuka itu cukup panjang dan dalam. Rose ragu untuk menjahit luka tersebut sendirian tanpa bantuan seniornya. Akan tetapi jika dibiarkan, luka tersebut justru akan infeksi.

"Dokter Zaina dimana kak ?" tanya Rose lagi.

"Dokter Zaina ada jadwal operasi, hari ini juga." jawab si perawat.

Rose mengangguk. Waktunya dia beraksi. "Kalau begitu biar saya tekan lukanya, tolong siapkan keperluan untuk menjahit luka ini dengan segera ya."

"Baik."

"Dokter..." panggilan itu datang dari sosok remaja laki-laki didepannya.

Meskipun Rose belum bergelar Doktor, tetap saja orang awam akan mengira sosok berjubah putih sepertinya adalah dokter.

"Ya ?" jawab Rose lembut.

Pancaran mata remaja ini tampak gelisah. Mencari-cari sesuatu yang tak kunjung ia temukan dari tadi.

"Kakak saya dimana ya ?"

"Kamu sama kakak kamu ya ?"

"Iya,"

"Tenang ya... Sekarang saya tutup dulu luka kamu, okay ? Habis itu kita cari kakak kamu bareng-bareng."

Remaja laki-laki itu mengangguk patuh, berkali-kali dia berusaha menenangkan dirinya sendiri tatkala melihat set alat jahit dan jarum suntik yang sedang diisikan anastesi.

"Sakitnya cuma sekali ini, nanti udah nggak kerasa kok."

Lagi-lagi, remaja itu mengangguk patuh. Sembari menunggu anastesi itu bekerja Rose menanyakan hal-hal kecil pada si remaja.

"Kamu masih sekolah atau udah kuliah ?"

"Sekolah."

"Kelas berapa ?"

"Masih kelas 10." jawab anak itu.

Rose mengangguk, "cita-cita kamu apa ?" tanya Rose lagi.

Remaja laki-laki itu hanya menggeleng, "nggak tau.."

"Hmmm, gimana kalau kamu jadi dokter."

"Aku nggak yakin kak." jawab anak laki-laki itu. Tanpa ia sadari, Koas cantik ini sudah mulai menjahit luka dibagian lengan atasnya. Beruntung anak ini menggunakan kemeja lengan pendek berbahan kain yang tidak terlalu tebal.

"Kenapa nggak yakin ? Jadi dokter itu tugas mulia, makannya kakak seneng bisa ngobatin kamu kaya gini, dek." jelas Rose yang berusaha memberikan sudut pandangnya pada remaja laki-laki ini.

"Emmm, kata kakak ku, kalau mau jadi dokter kuliahnya panjang dok. Keburu tua nanti, takutnya pacar aku pengen cepetan nikah." jelasnya polos.

Dalam hati Rose berhasil dibuat terkejut. Anak kelas 1 SMA sudah memiliki pacar dan sudah memikirkan sampai ke jenjang pernikahan. Apalah dirinya waktu SMA dulu yang apa-apa selalu menempel ke adik kembarnya. Dan lagi, fakta bahwa kakaknya mengatakan pada bocah ini, kalau masa kuliah seorang dokter lebih panjang. Ah, rasanya Rose ingin mencubit kakaknya.

"Makanya, pacar kamu diajak kuliah jadi dokter juga. Biar kalian nanti ngerjain tugas bareng, terus nanti kerja juga bisa bareng. Asik kan ?"

Remaja itu mengangguk lagi. Rose sendiri sudah tinggal menyelesaikan satu jahitan terakhir. Dan anak itu hanya memperhatikan sekeliling.

Bahkan anak itu tidak tau kalau jahit menjahit pada lengan kanannya sudah selesai. Kasa steril ditempelkan, dan kemudian lengan atasnya dibebat perban.

"Nah udah, kamu istirahat dulu aja."

"Dokter, kakak dimana ya ? Saya mau sama kakak. Nggak berani sendirian." cicitnya memelas.

Jujur saja, Rose khawatir jika korban yang di operasi Dokter Zaina tadi adalah kakak remaja ini. Pasalnya, sedari tadi si remaja SMA ini tak kunjung menemukan sang kakak.

Ain anak muda ini menemukan sosok lain di ambang pintu UGD, yang lantas membuatnya memanggil.

"Dokter, itu pacarnya kakak!!" serunya sambil menggoyangkan tangan Rose. Tangannya menunjuk ke arah pintu depan UGD.

"...Kak Siska !!"








Bersambung....

Hallo, akhirnya sequel Kos Kampung Lanju rilis 😂
Jadi gimana yang udah baca versi cetaknya ? Adakah yang berbeda ?

Memang di versi book banyak bagian yang Rai ubah. Jadi biar kalian bertemu vibes baru. Sekian, selamat menunggu 😍

LAKSANA ; Jaerose ft. 97lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang