Bagian 1

3 1 0
                                    

Lagi-lagi Della menangis sendirian di taman belakang sekolah. Tempat ternyaman bagi Della untuk menumpahkan semua rasa sedihnya karena tempat tersebut jarang terjamah kaki siswa.

Haruskah Della melepaskan mimpinya lagi? Seperti itulah takdir membawa dirinya untuk menelusuri luka yang lebih hebat. Seakan tidak cukup rasanya jika ia hanya dijadikan umpan oleh orang tuanya.

Tentu masih membekas diingatan Della kecil, saat itu adalah hari yang bahagia baginya karena ia akan memiliki keluarga baru. Tetapi ternyata dia salah, justru dari situlah dunia menunjukkan kekejaman padanya.

Ia yang dianggap Ibu oleh Della ternyata hanya menjadikannya sebagai umpan. Benar kata orang, jika tidak bisa memiliki keturunan maka perlu umpan untuk mendapatkan seorang anak. Semenjak kelahiran Rara—adik Della, Ibunya semakin membencinya. Beruntung, Della masih memiliki Ayah yang tidak pernah membedakan dirinya dengan Rara.

Sedari kecil Della memang selalu diuji oleh semesta. Bayangkan ketika Della kecil harus menyaksikan sendiri kematian orang tua kandungnya. Bayangkan ketika ia harus beradaptasi pada lingkungan baru yang menampung anak-anak menyedihkan seperti dirinya, dan bayangkan saat ini dia diadopsi oleh Ibu yang tak pernah menyayangi dirinya atau lebih menyedihkannya lagi, ia di adopsi oleh keluarga yang kurang mampu dari segi ekonomi.

Meskipun begitu, ia tak lantas membenci hidupnya. Della adalah gadis yang kuat, dia juga pintar dan sangat pemberani. Buktinya dia menjadi siswa berprestasi dengan menyumbang puluhan piala dan dia juga menjadi siswa pilihan untuk mendapatkan beasiswa melanjutkan studi disalah satu universitas ternama di Ibu kota. Della berniat memberitahu Ayahnya, Della benar-benar ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

***

Punggung KesepianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang