Sangat bersyukur tentang apa yang saya dapat di Hidup ini. Sejak kecil di didik untuk Disiplin dan Mandiri. Ibu adalah Guru pertama yang mengajarkan Kedisiplinan. Seperti langsung meyimpan Piring setelah Makan, menutup Pintu dengan Rapat dan Bangun di awal hari. Tak sadar ada banyak Pembelajaran yang dapat diambil dan menjadi terbiasa saat ini. Walau dulu ada banyak perdebatan walau hanya menutup Gordeng jendela tak rapat. Piring bekas makan tidak langsung disimpan ke tempatnya. Hanya diam dan menahan hawa nafsu karena bagaimanapun kau patut menghormati Malaikatmu itu.."Kita Tidak bisa memilih Mendapatkan Orang Tua seperti apa tetapi kita dapat Memilih kelak akan menjadi Orang tua Seperti apa"
Namun semua terasa ketika kau perlahan beranjak dewasa. Kau terselamatkan dengan Kebiasaanmu sejak Kecil seperti Pepatah BISA KARENA TERBIASA. Dan kini memasuki kehidupan sejati, dimana kau harus berjuang membangun Kepercayaan dan Masa depanmu sendiri. Kau harus Berdiri tegak layaknya seorang Prajurit, Berlari layaknya Atlit Atletik dan memanage waktu seperti seorang Manager.
Kau akan kewalahan ketika sejak kecil kau adalah orang yang sangat dimanja, dan mendapatkan apapun dengan mudah. Bahwasanya Mandiri adalah Kelebihan yang dihasilkan berkat Tuntutan."Bisa itu karena terbiasa, walau pada awalnya perlu sedikit dipaksa, namun bisa dan terbiasa akan menjadikanmu seseorang yang dewasa dengan penuh asa. Dengan tetap mau belajar dan beribadah kepada yang maha kuasa..."
"Hidup itu jangan liat ke Atas, tapi liat yang ada di depanmu. Sukseskan dulu apa yang ada di depanmu agar nanti kau terbiasa untuk sukses" Ucap ibu Malam itu.
Dan ...
"Jagan pernah bilang Tidak atas apapun yang terjadi karena ada banyak pembelajaran yang menantimu di ujung jalan. Bilang Siap dan teruslah belajar karena Kepercayaan itu Mahal" Pesan Pembina Pramuka ku dalam Amanat Upacaranya.
Pengalaman adalah Guru sejati kehidupan, mengikuti dan mencoba memahami adalah bentuk yang dapat kulakukan sebagai wujud penghormatan kepada Ibu dan Guruku saat itu, ku kira itu hanya akan menjadi pembicaraan sesaat namun skenario Tuhan memang indah, ditakdirkannya untuk merasa akan kedua amanat itu merupakan Anugerah yang patut di syukuri. Mari kembali merenung sejenak kurang baik apa Tuhan kepada kita, dan apa yang sudah kita lakukan sebagai wujud menjadi hamba yang bertakwa?
"Maka Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" (Q.S Al-Rahman)
Sebagai hamba yang tidak sempurna bukan berarti kita tidak menyempurnakan diri. Tuhan menyukai hamba yang terus belajar dan meminta kepadanya sebagai bentuk Taqwa dan beribadah kepadanya. Maka dari itu tuhan menghadirkan kelebihan dan kekurangan agar kamu berikhtiar untuk saling menyempurnakan.
Suatu ketika, saya dipertemukan dengan seseorang Disabilitas (Tidak bisa melihat) dalam kegiatan Perlombaan di bulan Suci Ramadhan. Saya bertindak sebagai tim Kontingen cabang dan dia sebagai Peserta untuk kategori Dakwah Anak bekebutuhan Khusus.
Sungguh Indah Pemandangan tercampur haru melihat dia Berdakwah dengan lancar, melantunkan ayat Suci Al-Quran dengan merdu dan benar. Seakan tertampar raga melihat sosok malaikat hadir di Dunia yang perlahan menua. Sedikit memberi pesan bahwa tuhan memberikan derajat yang sama pada Manusia tanpa membeda bedakan satu sama lain.
Tuhan pun terlampau baik, kami pulang dengan membawa Trophy Terbaik sebagai Juara 1, dan mereka menyadari bahwa dia baru pertama melakukan dakwah, dia hanya belajar, mencoba mendengarkan apa yang guru mereka jelaskan, Maasyaallah.
Maka janganlah Merendah diri akan segala yang kau punya. Sesungguhnya ada ribuan orang yang ingin sepertimu saat ini, Berterimakasih kepada Tuhan adalah hal yang seharusnya dilakukan, dengan memaksimalkan potensimu dan tidak di sia-siakan.
Saya masih ingat apa yang guruku ceritakan dan menjelaskan betapa mulianya Makhluk Tuhan.
"Tidak ada manusia yang Bodoh. Hanya saja ada manusia yang malas". Ucap guruku ketika pembelajaran di sekolah berlangsung
Beliau pun menggambarkan dalam analogi sebuah cerita;
Ketika ada sebuah keluarga sedang berlibur ke suatu Pantai di Selatan Tasikmalaya, mereka terdiri dari Seorang ayah dan 4 anak laki-laki. Mereka melihat kelapa berjatuhan dari pohonya;
Anak yang pertama segera mengambil Kertas dan pensil dan segera mencatat Gaya dan Masaa dari buah kelapa tersebut serta menggambarkan sebuah Rumus fisika yang dia pelajari di sekolah.
Pertanyaanya apakah anak pertama ini Cerdas? Ya tentu saja, bahwasanya pembelajaran yang berhasil ialah dengan mengimplementasikanya di kehidupan sehari-hari.
Anak ke dua justru malah mengambil
Buah kelapa tersebut dan menjualnya ke Pasar seharga Rp.3000. Dia mengambil keuntungan dari kejadian buah kelapa yang jatuh.Pertanyaan yang sama, apakah anak ini juga cerdas? Tentu saja, pemikiran yang jarang dimiliki setiap anak bahwasanya segala sesuatu akan bernilai jual.
Lalu Anak ketiga ia pun mengambil buah kelapa tersebut dan mencari pemilik pohon kelapa dan berusaha mengembalikan kelapa tersebut.
Apakah anak ketiga juga Cerdas? Ya, anak ini adalah anak yang baik, ia lebih memilih mengembalikannya kepada pemiliknya karena ia sadar itu bukan hak nya.
Sedangkan anak ke empat, ia melihat seorang Kakek renta yang tengah mengambil sanpah di pesisir pantai, anak itu pun langsung mengambil Kelapa muda tersebut dan memberikan kepada sang kakek yang tengah kehausan.
Tindakan anak ke empat apakah masuk kedalam kategori Cerdas? Banyak rekan-rekan pun menjawab hal yang sama, Ya, anak itu sangat cerdas.
Kita dapat mengambil kesimpulan dari cerita tersebut bahwasanya semua anak adalah anak yang cerdas. Kecerdasan tidak hanya dilihat dari kecerdasan Akademiknya saja, bahwa anak kedua hingga keempat memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Cerdas untuk berwirausaha, cerdas Spritual dan cerdas Sosial. Bahwa anak yang dilahirkan Tuhan memiliki Kelebihan dan kekuranganya sendiri.
Mari bangga terhadap kelebihan dan kekurangan diri. Rubah fikiran MALU menjadi AYO, RAGU menjadi SIAP. Tuhan pun takan pernah Ragu menandirkan kamu menjadi hambanya.
" Mari hadir dengan lebih baik, bahwasanya Manusia adalah Makhluk sosial, maka Belajarlah dengan giat.
Bisa itu karena terbiasa, maka jangan menyerah atas apapun yang terjadi, jangan bilang tidak tapi Coba bilang Ya dan rasakan terlebih dahulu, tuhanpun takan pernah menghadirkan ujian diluar batas kemampuan hambanya."~ Juli | @anskrmmuhamad_ ~
KAMU SEDANG MEMBACA
MENUJU TAK TERBATAS DAN MELAMPAUINYA
Non-FictionMenjadi diri sendiri adalah hal yang Terbaik, Bersyukur atas apa yang kau punya dan Ikhlas akan sesuatu yang belum ditakdirkan. Menuju Tak Terbatas dan Melampauinya adalah Implementasi dari Kerja Keras, Mau Belajar dan Berdoa karena hanya itu yang a...