Peroblematika kata, hilang ketika akan dilukiskan.
Dia tidak akan pernah mengerti.
Dia tidak akan pernah paham.
Apa itu impian.
Apa itu berjuang.
Karena yang ia tahu, ia hanya ingin melindungi dan memanjakan seperti yang tak ia dapat hingga kini, sepertinya.
Tapi bagaimana jika sebenarnya burung itu sejatinya bebas? Bukankah ia akan mati sia-sia jika berada dalam sangkar? Hidup sendirian, makan-makanan yang selalu disediakan. Kasihan!Dia hanya takut kau kembali dengan mobil bersirine yang sangat nyaring memekakan indra pendengaran.
Padahal, kau bisa mati kapan saja bergelut dengan mentalmu. Lantas, bukankah perilakunya sedang membunuh secara perlahan?*
Dia sudah mati, belum genap dua tahun yang lalu. Tapi kenapa kau kembali menghunuskan belati tepat di ulu hati?
Dia hidup dengan cinta, tapi itu telah pergi bersama dengan kasih sayang dan cinta yang katanya cinta pertama dari seorang anak perempuan. Tapi yang dia rasakan hanyalah ketakutan. Bagaimana rasanya bersandar di pundak yang katanya sangat kokoh itu? Dia sangat rindu, tapi sayang segalanya ada tembok pembatas yang teramat sangat tebal, dia takut! Sesuatu terjadi lagi!
Dia hidup dengan mimpi, tapi kedua kalinya kau merampasnya.
Ku katakan dia sudah mati!
Dia bukan lagi bocah 16 tahun dengan watak bandel dan keras kepalanya.
Tapi kini berubah menjadi gadis yang penurut.
Seperti yang kau mau.Segala sesuatu yang telah lama terpendam dapat meledak kapan saja.
Aku harap kau kuat.
Aku harap kau dapat kembali hidup.