Cahaya matahari Rabu pagi merangsek masuk melalui celah-celah gorden kamar yang sedikit terbuka, menimpa kelopak mataku yang masih tertutup, membuyarkanku dari alam mimpi. Perlahan kubuka kedua mataku, membiasakan diri dengan suasana pagi, mengumpulkan kesadaran. Kulirik jam weker yang terletak di atas nakas. Jam 7 pagi. Masih terlalu awal untuk memulai hari. Baru saja aku akan tidur kembali tetapi begitu sadar aku tak merasakan kehangatan yang semalam menemani tidurku, aku mengurungkan niatku.
Bangkit dari tempat tidur, dengan langkah gontai aku keluar kamar sambil menggosok-gosok mataku. Samar-samar aku mendengar suara spatula dan teflon yang beradu, wangi masakan yang menguar menggelitik hidungku. Sampai di dapur, terlihat punggung lebar favoritku sedang berkutat di depan kompor.
"Tumben jam segini kau sudah bangun, padahal ini hari libur," kataku pelan, "sudah membuat sarapan pula," kutaruh dagu dan kedua tanganku di pundaknya, menikmati wangi tubuhnya dan aroma omurice yang berbaur.
"Selamat pagi, Ren," ucapnya sambil terkekeh, mengalihkan pandangannya padaku sesaat sebelum kembali fokus memasak, "kan kemarin kau bilang hari ini ada kelas pagi, jadi aku buatkan sarapan sebelum kau mulai kelas."
"Pagi juga, Sho," balasku tersenyum, "padahal sarapan onigiri minimarket saja aku tidak apa-apa, sih. Kau pasti lelah sekali, tidur lagi saja setelah sarapan."
"Jangan, dong. Mumpung lagi libur, bisa lebih santai memasaknya. Aku sudah tidak lelah juga kok, kan semalam aku tidur lebih dulu. Kau mengerjakan tugas sampai jam berapa? Maaf ya, aku tidak jadi menemanimu."
Aku menggeleng pelan. "Tidak apa-apa, kok. Tidak lama, jam setengah 1 aku sudah selesai dan langsung tidur. Untunglah tugasku sudah kucicil dari kemarin, jadi cepat selesai."
Beberapa hari terakhir Sho disibukkan dengan kegiatan syuting film, dan seharian kemarin dia syuting dari pagi sampai siang, lalu berpindah dari tempat syuting menuju studio untuk pemotretan majalah bulanan, setelah itu bersama member lainnya berangkat menuju stasiun televisi untuk tampil di acara musik. Kebetulan acara musik kali ini program spesial yang ditayangkan selama 4 jam, dan kami baru pulang pukul 11 malam. Aku tidak ada jadwal syuting drama, jadi dari pagi sampai jam 1 siang berkutat di depan laptop untuk mengerjakan tugas sebelum pergi bekerja. Sho yang tenaganya sudah terkuras habis, langsung merebahkan diri di tempat tidur setelah mandi. Tadinya dia bersikeras menemaniku begadang, tetapi aku tahu dia sangat lelah jadi kupaksa dia untuk tidur duluan. Benar saja, 10 menit kemudian terdengar dengkuran halus pertanda dia sudah terjun ke alam mimpi.
"Syukurlah kalau begitu," Sho mematikan kompor, "cuci mukamu, kita sarapan." Tangannya dengan lihai memindahkan omurice dari teflon ke piring, menatanya sedemikian rupa. Aku mengangguk, melangkahkan kakiku ke kamar mandi.
Saat aku kembali ke dapur, dua piring omurice dan dua cangkir teh sudah tersaji di meja makan. Aku mendudukkan diri di samping Sho.
"Selamat makan!"
Tidak banyak pembicaraan yang terjadi di meja makan, hanya sesekali menggumam enak, menikmati masakan Sho. Selesai sarapan, kubereskan piring-piring ke wastafel. Seperti inilah rutinitas pagi kami terutama ketika sedang libur, tidak ada jadwal bekerja. Sho yang memasak, aku yang mencuci piring. Sebisa mungkin saling membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah.
Aku beranjak ke kamar mengambil laptop dan alat tulis lalu mendudukkan diri di karpet ruang TV, menyiapkan diri untuk kelas hari ini. Sejak pandemi merebak, kuliah selalu diadakan secara daring, dan aku hampir tidak pernah pergi ke kampus lagi.
Sho meletakkan cangkir teh yang sudah terisi ulang dan sepiring kecil permen mint di atas meja di dekat laptopku, lalu mendudukkan diri di sofa. Aku tersenyum, dia begitu perhatian. Dia pasti selalu menaruh minuman, tak jarang juga bersama permen setiap kali aku ada kelas, menjagaku dari haus dan kantuk yang mungkin menyerang di tengah-tengah pelajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Private Time, Our Golden Hour
Fanfiction"Tak peduli kapan dan di manapun berada, waktu di mana hanya ada kau dan aku, dunia kecil milik kita berdua, adalah saat-saat yang membahagiakan dan berharga bagiku."