Squishy

59 4 1
                                    


"Saya suka sesuatu yang lembut dan kenyal, misalnya pipi Kishi-san! Oh, saya juga suka tekstur kenyal saat saya memegang kemasan shirataki yang dijual di supermarket, rasanya enak sekali disentuh."

Adalah yang aku katakan ketika interview untuk majalah idol bulanan kepada pewawancara. Ngomong-ngomong, tema wawancara untuk bulan ini adalah lima indera. Kami diminta memberikan pendapat kami terkait apa yang kami suka atau apa yang kami pikirkan dan rasakan, salah satunya ketika menyentuh sesuatu, jadilah jawaban seperti itu keluar dari mulutku. Si pewawancara mengerutkan keningnya, bingung mendengar penjelasanku.

"Maksudnya bagaimana, Nagase-san? Maaf, saya tidak mengerti," katanya, tersenyum kikuk. Aku tertawa kecil.

"Eh, bagaimana, ya. Pokoknya enak disentuh, kenyal, lembut, empuk, seperti itulah. Kalau menyentuh plastiknya agak ditekan sedikit, lalu kita lepas, nanti kemasannya akan kembali ke bentuk semula. Melihatnya saya jadi ingin menekannya lagi dan lagi. Nah, sensasi itulah yang saya sukai," paparku sambil memeragakan adegan menyentuh kemasan shirataki.

"Oh, begitu. Wah, pemikiran Nagase-san unik sekali, ya, saya akan coba nanti kalau beli shirataki," pewawancara itu tersenyum lagi, nampak mengerti dengan penjelasanku. Lagi, aku hanya tertawa kecil.

"Baiklah, sekian untuk interview kali ini. Terima kasih atas waktu dan kerjasamanya, Nagase-san."

"Terima kasih atas kerjasamanya," balasku, sedikit membungkukkan badan sebelum berdiri meninggalkan studio.

Aku tersenyum sendiri sembari berjalan menuju ruang ganti tempat para member berkumpul. Sebenarnya ini bukan murni pemikiranku, sih. Tentu saja, apa lagi kalau bukan karena pengaruh dari terlalu lama hidup bersama makhluk yang isi kepalanya tak tertebak, terlalu sering menghadapi tindak-tanduknya yang selalu di luar akal namun tak pernah gagal membuatku tertawa terbahak-bahak.

Ya, siapa lagi kalau bukan gara-gara seorang Hirano Sho. Ace absolut dari grup kami, King & Prince. Laki-laki yang kukenal sejak sembilan tahun lalu dan selalu bersamaku sampai saat ini. Laki-laki yang memiliki wajah tampan dengan tubuh kekar yang terlihat natural, berisi namun tidak terlalu berotot layaknya binaragawan, namun siapa sangka dengan penampilan seperti itu di baliknya ada karakter yang kadang-kadang bodoh dan lucu. Yah, aku tahu dia itu sebenarnya pintar, dia banyak tahu hal-hal yang tidak banyak aku dan member lain tahu, tetapi imej bodohnya sudah melekat terlalu erat bersama dengan leader kami, Kishi-san. Dan dia tidak keberatan dengan imej seperti itu.

Karena masih terngiang-ngiang jawabanku tadi, otakku jadi memutar momen saat kami berbelanja bersama di supermarket.

            _______________________________________

"Wah, shampoo-ku sudah habis ternyata," gumamku pagi itu ketika sedang mandi. Botol shampoo-ku terasa ringan saat diangkat, dan ketika kutuangkan ke tanganku hanya sedikit cairan yang keluar. Kuguncangkan botol itu beberapa kali hingga isinya benar-benar tak bersisa.

Aku berpikir akan pergi keluar untuk membeli shampoo dan perlengkapan mandi lainnya yang sudah tinggal sedikit, tetapi terbersit ide untuk membeli online saja. Agak malas juga keluar hari libur begini, sayang waktunya kalau tidak dipakai untuk bersantai dan berleha-leha saja di rumah.

Sambil berpikir, aku mengeringkan rambutku dengan hairdryer. Aku baru selesai merapikan kembali hairdryer ke tempatnya semula ketika kulihat Sho berjalan membawa kunci mobil.

"Sho, mau kemana?"

"Aku mau keluar sebentar, beli bahan makanan," kata Sho sembari memainkan kunci mobil di tangannya.

"Aku ikut, dong. Kebetulan shampoo-ku sudah habis. Sekalian beli yang lain juga, deh."

"Benarkah? Kalau Ren mau di rumah saja tidak apa-apa, kok. Nanti kirimkan saja daftar belanjaannya di chat, aku belikan."

Our Private Time, Our Golden HourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang