cerbung

0 0 0
                                    

[12/26/2020, 21:34] Oktavia TKJ1: Setiap orang akan mengalami sebuah peristiwa terberat di hidupnya, seperti membunuh secara perlahan. Begitupula aku, ada masanya ketika aku ingin lari saja dari dunia ini.

Yah, itu terjadi beberapa bulan lalu. Lucu bukan? Hidup ku _pernah_ hancur hanya karena sekali click.

Aku masih mengingatnya, peristiwa yang tak akan pernah ku lupakan itu. Seakan baru saja terjadi beberapa detik lalu.

"Han," aku menyapa sahabatku yang duduk di sampingku pagi itu. "Apa ada yang aneh dengan ku?"

Hana menggaruk tengkuknya, lantas menggeser hpnya di depan ku. "Kayaknya gara-gara video ini deh."

Aku terkejut bukan main melihatnya, "B-bagaimana mungkin? Aku punya asma, tidak mungkin merokok! Dan apa-apaan ini? Aku bahkan belum pernah pergi ke tempat seperti itu di kelilingi banyak lelaki."

"Tenang, Nadia," Hana mengusap bahu ku perlahan. "Video ini sudah tersebar selama 3 hari, aku tidak memberitahumu karena aku tidak mau kamu terpukul. Sekarang tenang, oke?!"

"TENANG BAGAIMANA, HANA?!" aku berteriak membuat beberapa teman ku menoleh, tapi tidak ada yang mempedulikan.

Pantas saja 3 hari ini aku dapat gunjingan makian.

Pantas saja 3 hari ini teman-teman ku menatap ku dengan tatapan benci sambil berbisik-bisik.

"Aku sudah melaporkannya kepada polisi, namun susah sekali di lacak. Akun penyebarnya _fake_," Hana menghela napas.

Aku mengusap rambutku. Hancur sudah, detik itu juga. Aku merasa kehidupanku berbalik 180°.

Rekor pertama dalam seumur hidup aku mendapat skors, guru bahkan tidak mau mendengarkan ku. Aku di kucilkan, bahkan di lingkungan masyarakat.

Semua temanku kecuali Hana memblockir nomor ku.

Setiap hari yang aku lakukan hanyalah mengurung diri di kamar, menangis dan menangis. Polisi masih melacak akun itu, mereka berkata sebentar lagi.

Ketika masa skors ku berakhir, aku tidak berangkat sekolah. Aku takut, aku malu, aku kesal, aku marah. Semuanya bercampur aduk.

"Aku sudah berusaha menjelaskan semuanya di internet, hanya ada beberapa orang yang mau membantu, sisanya malah me-report akun ku," ujar Hana ketika mampir ke rumah ku.

Aku menatap Hana yang berusaha menahan air mata, aku tahu dia tidak mau menangis di depan ku.

"Kamu tahu Han? Aku tidak pernah menyangka hidup ku akan hancur dalam sekali click. Teknologi memang hebat bukan? Hanya dalam sekali _click_ dan _boom_, seperti bom, meledak dimana-mana," aku memeluk lututku.

"Mereka tidak peduli dengan hidup orang yang mereka gunjingkan, mereka bahkan tidak susah payah mau mencari kebenarannya. Yang mereka sukai hanyalah kejelekan orang lain yang VIRAL, sehingga mereka memiliki bahan untuk bergosip ria," aku tersenyum sedih dengan air mata yang terus mengalir.

"Lucu bukan?" tanyaku padanya.

Hana hanya bungkam, mungkin saja dia bingung mau berkata apa. Tapi aku tidak perlu mendengar apapun darinya, hanya keberadaannya yang ku inginkan. Itu membuat ku lebih baik, daripada mendengar ocehan apapun.

"Semangat, Nadia," sahut Hana akhirnya. "Polisi pasti akan menemukan pelakunya."

"Ya, semoga," aku tersenyum.
[12/26/2020, 21:34] Oktavia TKJ1: Seminggu setelah itu, polisi akhirnya menangkap sang pelaku. Korbannya bukan hanya aku saja, tapi banyak di antaranya. Beberapa bahkan bunuh diri.

Namanya Rika, umur 24 tahun, ia bukan seorang mahasiswi fakultas teknik namun sangat cerdas dalam mengedit. Ia juga sering membingungkan polisi dengan akun-akun _fake_-nya.

Masalah berakhir seketika itu juga? Tidak!

Sudah ku bilang bukan? Hanya dalam sekali _click_ dan hidup ku hancur. Butuh beberapa bulan sampai semua pihak percaya, dan hidup ku kembali seperti semula.

"Alhamdulillah, ya Nad?" Hana duduk di sebelahku setelah semua teman ku minta maaf atas arahan wali kelas, meski beberapa ada yang tidak ikhlas.

"Ya, terimakasih, Hana," aku tersenyum penuh syukur.

Hana mengangguk. "Ada beberapa hal juga kan yang dapat kita pelajari dari peristiwa ini?"

"Ya. Pertama adalah kehati-hatian, aku memang suka membuat video di akun sosmed ku, tapi aku juga harus berhati-hati."

Hana lagi-lagi mengangguk, "Dan bagaimana seorang jenius seperti Rika menyalahgunakan keahliannya. Kita jadi tahu, meskipun kita sudah sukses, berhasil, berada di kelas atas, tapi kita juga harus menghargai orang yang ada di bawah kita."

"Tepat, dan lagi kita harus berhati-hati selalu dengan apapun yang kita lakukan di era modern ini. Terlebih mengenai kata-kata," aku menatap ke depan. "Yang lebih tajam dari pisau."

"Lebih berbahaya dibanding bom nuklir," sambung Hana.

"Dan mampu membunuh orang secara perlahan, dari dalam."

-TAMAT-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

cerbungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang