Baju putih dan rok span berwarna abu lengkap dengan sepatu hitam yang dipakai gadis itu menambah kesan seorang anak sekolahan. Dia kini sudah kelas 11. Karena keasyikan menata penampilan dia tersentak karena teriakan ayahnya di lantai bawah.
"ARA!!KENAPA KAMU LAMA SEKALI. MAU TERLAMBAT KAMU MASUK SEKOLAH HAH?!!" Ara pun segera melihat jam dinding yang melekat pada kamarnya dan tertera jam 6 di sana. "Padahal ini masih pagi banget yah" jawabnya lirih karena jika sang ayah mendengar dia akan dipukuli lagi.
Kinara Saputri, kerap di panggil Ara mempunyai wajah cantik yang putih bersih, ketika senyum terbentuk di wajahnya membuatnya terlihat manis dan gingsul yang menambah kecantikan seorang Ara. Dia adalah sesosok orang yang ceria,asik dan banyak bicara di sekolahnya tapi berbanding terbalik jika itu di rumahnya.
Dengan derap langkah pelan karena kakinya yang masih sakit akibat dipukuli oleh ayahnya tadi malam, dia menuruni tangga untuk ke lantai bawah dimana sang ayah dan bunda sedang sarapan.
"Kamu ngapain duduk di sana pembawa sial?" ucapan ayahnya itu sangat menyakiti hati Ara walaupun dia seringkali dikatai anak pembawa sial tapi tetap saja bakalan terasa sakitnya. "Ara mau sarapan dengan ayah dan bunda" disertai dengan senyuman yang menahan tangis,walaupun dia tau jawaban ayahnya tapi dia bakalan tetap berusaha untuk mendapatkan kembali kasih sayang yang telah lama tidak dia rasakan.
"Dasar anak gak tau diri!!" jika kalian mengira itu jawaban ayahnya kalian salah, itu adalah ucapan bunda. Baik ayah maupun bunda gak ada yang suka sama Ara lagi. Insiden 10 yang tahun lalu merenggut kebahagiaan Ara.
"Kamu pura-pura tuli atau lupa dengan perkataan ayah? Ayah sudah bilang, ANAK SIAL KAYAK KAMU GAK BERHAK SEMEJA MAKAN DENGAN AYAH DAN BUNDA!! PAHAM?!" perkataan ayah disertai dengan derap langkah menuju Ara dengan mata nyalang dan emosi, dia dengan keras membenturkan kepala Ara ke meja makan.
"Ayah,...sakit" lirih Ara. Kenapa? Kenapa hanya dengan ingin semeja makan dengan ayah dan bunda Ara harus mendapatkan hal seperti ini. Hati dan fisik dia sungguh-sungguh sudah banyak menerima berbagai macam perkataan dan tindakan yang sangat tidak pantas. Dia hanya ingin disayangi seperti anak lainnya,ingin merasakan halusnya ayah mengusap rambutnya dan hangatnya pelukan bunda. Apakah impian itu salah sebagai seorang anak?
"Sekali lagi saya lihat kamu berusaha buat sarapan dengan kami, saya gak akan segan-segan mengurung dan menyiksamu. Mengerti?"
"Iya ayah" Ara hanya mampu mengucapkan kata itu. Lantas dia harus apa? Melawan ayahnya atau membantah perkataan ayahnya? Dia masih sayang sama nyawanya karena jika hal itu terjadi ayahnya tidak akan segan-segan untuk membunuhnya saat itu juga.
"Cepat sana berangkat,dasar anak bodoh" umpat bundanya.
"Buat hari ini ayah gak nganterin kamu sebagai hukuman karena berani-beraninya ingin sarapan dengan kami" sebagai hukuman?lantas membenturkan kepala Ara ke meja itu disebut apa? lelucon? candaan? gurauan? sungguh tidak masuk akal.
Setiap harinya memang Ayah akan mengantar Ara ke sekolah bukan karena dia menyayangi Ara tapi dia takut jika Ara nanti malah gak sekolah dan memilih bolos. Dia telah membayar mahal untuk sekolah Ara, dia gak mau semua itu sia sia. Walaupun Ara gak pernah bolos jika memang bukan hal yang mendesak menyuruhnya tapi Ayah sudah tidak mempercayainya lagi semenjak 10 tahun yang lalu.
"T-tapi Ara belum sarapan ayah,bunda" sejak kemarin malam perut Ara sudah keroncongan karena tidak mendapat jatah makan malam lagi.
"Kamu belum sarapan itu bukan masalah kami. Sekarang cepat berangkat atau Ayah akan menyeret kamu sampe halte bis?"
'Sebenarnya kalian anggap apa Ara ini sampai-sampai mau diseret?' batin Ara
~~~~
