Prolog

49 13 4
                                    

Panggilan dari Jisoo untuk segera sarapan diabaikan oleh Jennie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Panggilan dari Jisoo untuk segera sarapan diabaikan oleh Jennie. Matanya menatap langit - langit kamar, enggan sekali untuk beranjak dan pergi keluar kamar. Mungkin lebih tepatnya Jennie benci sarapan pagi di meja makan. Bukan, bukan benci sarapannya, lebih tepatnya ia benci keberadaan Jisoo.

"Jennie! Jisoo tidak mau makan kalau kamu tidak ke meja makan! Kamu tega dengan Jisoo yang sudah kelaparan?!"

Teriakan Papanya, Park Chanyeol, membuat niat Jennie ke meja makan makin tenggelam. Namun itu Papanya, yang setiap ucapannya tidak bisa digugat. Dengan langkah gontai, Jennie memaksakan langkahnya mendekati meja makan yang sangat memuakkan. Bola matanya memutar malas, menggerutu sebal ketika melihat raut wajah Jisoo yang terlihat menyebalkan saat menatapnya keluar dari kamar.

"Lelet banget ya kamu? Nggak kasian sama Jisoo yang nggak mau makan kalau nggak ada kamu?" ucapan dari Wendy membuat putri bungsunya hanya tersenyum kecut. Jadi ini salahnya? Jisoo yang tidak mau makan, Jennie yang menjadi sasaran kemarahan.

"Maaf Ma, udah buat Jisoo nunggu. Mauku juga aku nggak mau makan disini, ujung - ujungnya aku bakal diasingkan lagi di meja makan," lirih Jennie.

"Oh nggak mau Jen? Ya udah, Ma aku abisin ya udang tepungnya ya!" dengan senyum lebar Jisoo mengambil piring berisi udang tepung yang masih mengepul.

Bisa sarapan pagi dengan keluarga daripada tidak sama sekali memang terdengar cukup menyenangkan. Bisa berkumpul dengan keluarga sebelum melaksanakan kesibukan sampai penghujung hari, bercengkrama sebelum tenggelam ke hiruk pikuk kehidupan. Namun sejak Jennie menginjak umur tiga belas tahun, pandangan Jennie tentang 'sarapan pagi menyenangkan' berputar 180 derajat.

"Ma, besok pagi aku mau kumpul sama temen. Tapi aku maunya pake motor, nggak mau dianter supir. Boleh, ya?" Jisoo membuka obrolan, dengan sebuah permintaan.

"Memang kamu berani pakai motor sendiri? Kamu jarang naik motor, lho," Chanyeol menanggapi, dengan tatapan teduh dan sedikit khawatir di matanya.

Jennie iri. Jennie juga ingin ditatap dengan penuh kasih sayang oleh Papanya. Namun realita akan selalu menamparnya. Ia tidak pernah diizinkan mendapatkannya. Semua afeksi keluarga maupun sanak saudaranya berpusat pada Jisoo. Selalu saja Jisoo, dan dirinya hanya bayangan hitam semata.

Sembari menggigit tomatnya, Wendy bersuara, "Ya udah besok kamu pake aja motor Jennie. Jennie nggak papa dong kalo besok naik bus dulu? Ngalah sama Jisoo, dia lagi butuh bawa motor..." Wendy menatap suaminya, memohon, "Iya kan, Pa? Bolehin aja ya."

Jennie mengangkat kepalanya, menyuarakan protesnya. "Kenapa nggak setelah pulang sekolahnya aja, Ma? Kan perlunya setelah pulang sekolah, paginya Jisoo bisa dianter sama supir. Sorenya baru aku naik bus."

"Tapi gue maunya sekalian berangkat sekolah."

"Tapi--"




"Jennie."




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Crystal Snow - TNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang