Prolog

62 1 0
                                    

" Ca, kamu percaya sama karma gak? " Dengan selimut yang menutupi hampir seluruh dada, Aghna menatap lurus atap ruangan sambil membolak-balikkan ponsel lamanya yang retak sebagian karena ulah pemiliknya sendiri.

" Percaya lah, makanya baik-baik sama orang, gak perlu bales-bales dendam, biarin aja. Bales dendam kamu tuh gak ada ada apa-apanya kalo kamu biarin Tuhan yang bales, Nay. " Hansa yang gusar tetap berusaha menjawab ocehan sahabatnya sembari mengotak-atik layar ponsel miliknya sendiri.

" Dibales Tuhan... Terus Tuhan mau bales sabarnya aku kapan? Ini udah kedua kalinya, Ca. Apa iya bener aku yang sal- "

" Aghnaya Putri. Udah, ya. Ini udah kedua kalinya kamu cowok seenaknya sama kamu, tapi udah beribu-ribu kali aku bilang, mereka yang brengsek! "

" Udah kedua kalinya aku liat kamu begini dan udah beribu-ribu kali juga bilang lepasin, Nay. Sesusah apa sih tinggal bilang putus? "

" Ca! Di sekolah aja aku udah gak dianggap ada sama satu kelas. Masalah di sekolah aja belum selesai. Sekarang kalo nyelesain masalah Andra malah bikin numpuk pikiran, aku ga sanggup, berat banget, Ca... Satu-satu aja, ya? " Aghna mencoba mengontrol suaranya yang bergetar setiap membahas bagaimana cara teman-temannya dan Andra yang memperlakukannya belakangan ini.


Hansa membalas tatapan sedu sahabatnya sambil menahan diri untuk tidak mengatakan hal-hal yang masih ia coba sampaikan.


" Andra bilang tunggu sampe lulus sekolah kok, Ca. Dia bilang bakal ngobrol baik-baik lagi nanti kalo aku bisa nunjukin dia aku bisa berubah beberapa bulan ini, bikin dia percaya lagi. "

" Nay, kamu kenapa jadi bego gini sih? Kamu mau disuruh berubah jadi apa? " Hansa yang kepalang jengkel sampai menggaruk-garuk kepalanya.

" Kamu sadar gak dibego-begoin? Si Andra nyuruh kamu berubah, tapi sama Santi, sahabat kamu sendiri, asik-asik aja tuh. Aku gak ngerti dia segila apa sampe kamu jadi cupu gini. Dia yang mesti diobatin, dia yang gila kenapa kamu yang mohon-mohon sampe gila gini? Hah? "


Mata Aghna sudah terlanjur bengkak, nafasnya masih sulit diatur, Hansa mencoba menenangkan Aghna, bahkan air matanya sekarang sudah habis ia tumpahkan sejak satu jam lalu. Bukan hanya cerita keseharian Aghna di sekolah, laki-laki sialan itu juga baru saja membuat Hansa naik darah saat tahu ulahnya yang kian melonjak dengan perempuan lain, Santi, teman dekat Aghnaya. Sudah beberapa minggu Aghna menyimpan semua beban dan pikirannya sendiri. Kemarin Aghna datang pagi sekali memaksa Hansa untuk bangun dari tidurnya. Ia rasa sudah waktunya untuk menumpahkan sebagian beban pikirannya setelah belum lama sadar akan segala yang sedang terjadi di antara Andra dan perempuan lain selainnya. Ini sudah malam kedua Aghna tidur buka di rumahnya dan ditemani sahabatnya sejak lima tahun lalu. Setelah kalimat terakhir yang Hansa lontarkan tadi, Aghna tidak bisa membantahnya lagi.


" Nay, ngapain ngejar yang udah gak ngejar kamu balik, sih? Nama kamu di keluarga dia yang gak pernah dikenalin dari awal aja udah jelek. Heran gue, bisa ya, keluarganya bilang kamu yang murahan, gak bisa dipercaya? Si Andra yang ngada-ngada bilang keluarganya ada yang ngomong gitu, atau keluarganya juga aneh? "

" Aku tunggu waktu yang pas lagi buat mutusin dia, Ca. Gak bisa sekarang. Baru juga tadi berantem. "


Dengan sisa tenaga yang masih tersisa, Aghna perlahan kembali ke posisi rebahannya semula. Ada satu hembusan nafas panjang yang terdengar di ruangan yang hanya diisi oleh suara dari TV yang menyala. Aghna mencoba memejamkan matanya, menghalangi cahaya dari atas dengan tangan yang masih menggenggam ponsel.


" Sekarang Andra lagi di mana? Gak tahu juga kan lo pasti? " Hansa meraih ponsel Aghna dari atas keningnya.

" Gak tahu, tadi terakhir bilang mau nemenin tantenya ke mall. "

" Hilih. " Gerutunya.


Hansa yang awalnya sibuk sendiri, beralih mengecek isi ponsel teman sekamarnya itu. Mengotak-atik isinya. Tak lama kedua alisnya berkerut, matanya mengecil menyidik sesuatu yang muncul di layar.


" Iya ke mall, nganter ibu negara sama kakak pergi. "


Deg.


Dengan gesit Aghna merebut kembali barang yang ada di tangan Hansa. Sebuah video seorang laki-laki dan dua perempuan yang sedang berjalan di atas eskalator itu, ketiganya orang yang Aghna kenal. Pacarnya, Andra, sahabatnya, Santi, dan kakak perempuan sahabatnya. Andra asik menggoda jahil Santi yang berdiri di depannya. Baru satu jam yang lalu Andra bersikeras menunjuk Aghna yang masih menjadi pacarnya sebagai alasan mengapa Andra berselingkuh dan memperlakukan Aghna semaunya. Menuntut seorang perempuan untuk menuruti perkataannya sebagai bukti kasih sayang yang ia inginkan, sementara ia sendiri memenuhi kebahagiaannya lewat perempuan lain.

Tanpa sadar badannya sudah melemas, tangannya gemetar, kini Aghna bisa mendengar suara helaan nafas dari mulutnya sendiri. Untuk beberapa saat ia dapat merasakan amarah yang sedang mengambil alih seluruh tubuhnya. Jemarinya yang kaku mencoba mematikan layar yang memutar ulang video secara otomatis. Aghna menutup wajah dengan kedua tangan mungilnya, dengan air mata yang sulit dibendung, ia bersusah payah mengatur ritme pernafasannya kembali. kedua tangannya mulai beralih ke ke puncak kepala. Kini sudah cukup gusar untuk tidak merasakan helai-helai rambut yang ia jenggut. Suara ocehan Hansa nyaris tak terdengar dan hanya tepukan di punggung yang bisa ia rasakan.


" Ca, capek... Kenapa sih aku harus begini lagi? " Keluhnya dengan suara yang amat kecil, nyaris tak terdengar.

" Nay, nyerah Nay. Nyerah biar kamu yang menang. Kalahin ego orang yang nyiksa kamu berbulan-bulan. Kalahin rasa takutnya. Biar mereka aja yang bodoh dimata orang-orang, kamu jangan. "


Omongannya hanya dibalas dengan suara dari mulut Aghna yang sedang menumpahkan isakan tangisnya.


" Ngalah, aku ngalah, Ca. Aku mundur, Aku capek lari. Aku harus mau kalah kalo pengen keluar dari lingkaran setan ini. "

" Iya, kehilangan dia bakal jadi kemenangan besar buat kamu, percaya. "




.............................................................................




Hai temen-temen! Salam kenal yah! Dari sini, aku mau nuntun kamu buat sama-sama baca jurnal harianku sejak beberapa tahun lalu yang aku coba digitalisasikan. Sebagaimana aku yang menemukan tenang dalam proses meromantisasi jurnal harian ini, semoga ada banyak hati yang bisa ikut terobati dan memberanikan diri untuk mencari jati diri kembali.


Selamat datang di dunia kecilku.


Salam hangat,

Aghnaya


find me on ig @nailaandn <3

The InfluxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang