two

15 11 9
                                    

Sialan sialan sialan!

Sejak semalam pikiran Fira tidak bisa fokus. Ia masih memikirkan pesan dari si misterius yang mengganggunya.

Fira bahkan meninggalkan kelas lebih cepat karena kepalanya yang mulai sakit. Ia terlalu stres.

"Elo gak papa Fir? muka lo pucet tau! Mau gue anterin pulang?" Anya yang notabennya sebagai teman dekat Fira di kelas ini merasa khawatir melihat sang sahabat.

Sudah lama Anya tidak melihat wajah gelisah Fira. Biasanya cewek itu hanya bisa memamerkan wajah juteknya. Kali ini dia terlihat sakit.

Fira menggeleng. "Gak usah, gue sendiri aja." Tukasnya.

"Udah biar gue anterin, Lo mau nyetir pake muka Lo yang kayak orang ngantuk berat itu?" Ucapnya menunjuk wajah Fira dengan dagu.

Fira memang sedang tidak fit. Ia juga membenarkan omongan Anya perihal dirinya yang mengantuk. Tapi Fira keras kepala, ia tetap menolak tawaran Anya.

"Gak usah, gue cuci muka seger lagi kok."

Anya menggeleng tak habis pikir. Fira selalu saja menolak setiap Anya ingin membantunya.

Fira melihat Anya menghela nafas. "Ya udah..elo hati-hati." Fira mengangguk singkat dan bergegas pergi.

Anya hanya bisa melihat punggung sang sahabat itu menjauh, sambil menopang dagu Anya bergumam lirih. "Syafira Danella... kenapa gue ngerasa ada yang aneh sama tuh anak."

Anya langsung menggelengkan kepala. "Ah, perasaan gue doang kali."

****

Setelah mencuci muka, Fira memutuskan membeli minuman sebentar ke kantin di kampusnya.

Ia berhenti sebentar untuk mengikat tali sepatunya yang lepas. Kembali berjalan dengan tas hijau lumut di gendongannya.

Fira berjalan sangat lambat saking lelahnya. Jarak antara fakultasnya dan juga kantin hanya terpaut 1 km.

Oh iya, Fira masuk fakultas SAINTEK, btw.

Fira bukan cewek bodoh. Ia itu orangnya kompetitif dalam urusan pribadinya. Namanya sudah di kenal di kalangan dosen karna prestasinya yang memukau.

Tipe mahasiswi yang paling di cintai.

"Ck, dari awal gak usah ngampus padahal." Sesalnya mengingat kejadian pagi. Galau tidak ingin ngampus tapi Anya malah memintanya hadir karena ingin memberikannya sesuatu.

Fira merogoh saku celananya. Mengambil sebuah liontin cantik berwarna biru laut yang tadi diberi Anya.

Ia memerhatikan seksama kalung itu. Ada sorot benci di matanya. Fira mencebik. "Gak guna." Ucapnya lalu melempar kalung itu jauh ke taman yang ada di samping jalan. Ia kembali berjalan.

Asal kalian tau. Fira benci warna biru laut. Ia juga tidak mengganggap penting pemberian itu. Sekalipun itu dari sahabatnya.

Ya, mau bagaimana lagi. Fira bukan orang baik. Dia mengakuinya.

Untuk apapun yang tidak di sukainya, sebaiknya di buang.





KILL YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang