untuk laki laki

3 0 0
                                    

Bekerja adalah kewajiban suami, memberi nafkah. Saya kadang berfikir suami saya pelit ketika dia suruh saya menghemat uang belanja, padahal saya irit 200 ribu seminggu sudah termasuk uang sayur, uang jajan anak, arisan dikeluarga ada 5 orang. Kalau secara ekonomi tidak akan cukup, tapi saya harus mencukupkan.
Suami saya termasuk cerewet melebihi saya. Dia kadang akan berceramah ketika saya melebihi target atau tak masuk akal untuk ngirit, harus nabung sedikit jika ada sisa. Itu karna ada kebutuhan lain misalnya kondangan atau pergi pergi. Itu yg membuat saya kesal, saya harus membuat daftar apa saja pengeluaran nya, biar clear untuk suami seperti tipe suami saya.
Saya sadar suami hanya pekerja kasar. Tak kenal panas atau hujan, lelah atau tidak, untuk memenuhi kebutuhan hidup dia harus banting tulang, untuk angkat kayu sengon yg saya kira berat. saya tak mungkin mampu diposisinya, saya termasuk wanita yg lemah.
Saya ingin membantu suami saya, tapi saya mempunyai tanggung jawab. Saya sebagai ibu dan saya juga sebagai anak yg harus merawat orang tua saya. Terkadang pendidikan yg saya tempuh terasa tak berguna untuk saya, padahal saya hidup didesa. Hanya karna sebuah keadaan saya.
Dari situ saya merasa sadar diri antara laki laki dan perempuan antara suami dan istri harus mempunyai komitmen untuk terus bersama karna pengertian. Tanpa pengertian semua yg terjalin akan menjadi buyar. Berapa penghasilan suami dan apa yg harus dilakukan istri harus terus seimbang. Sederhana saja asal tetap damai dan tidak ungkit ungkitan.
Seorang istri harus bangga dengan kerja keras suami. Dan suami harus percaya akan apa yg istinya lakukan.. itu kunci.

23 juni 2021

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

artikelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang