Terlalu banyak orang ingin menjadi pemenang, hingga bersaing sebelum waktunya
"MAKSUD LO APAAN HAH!!" dada Nayya naik turun menahan marah. Bagaimana tidak marah jika surat pengajuan beasiswa miliknya disiram air oleh Nenvy.
"Gue cuma lakuin apa yang harusnya gue lakuin," ucap Nenvy dengan smirk di wajahnya.
"Lo ga capek Nen? Lo selalu ngusik hidup gua, gua salah apa sama Lo hah?!" Nayya masih menahan emosi nya.
"Gue gaakan berhenti ngusik hidup Lo sebelum Lo menderita kaya gua, Nayya"
"Ambil semuanya yang Lo mau Nen. Sebaik apapun gue ke Lo gaakan bisa ubah pandangan hidup Lo ke gua" putus final Nayya.
🤸🤸🤸
Bel pulang sekolah telah berbunyi, harusnya Nayya memberikan surat ajukan untuk beasiswanya namun apa boleh buat semuanya sudah hancur. Sekarang Nayya berada sendirian di dalam kelasnya sambil menelungkupkan kepalanya memikirkan cara bagaimana ia bisa mendapatkan beasiswa itu.
"Nay?" kata seseorang sambil mengelus rambut Nayya.
Nayya melihat siapa yang menyapanya.
"Oh, hai."
Laki-laki tersebut memilih duduk di bangku sebelah Nayya.
" Lo kenapa?" Ucap laki-laki bernama Zean, sahabat Nayya.
"Ulah Nenvy," Nayya menyodorkan kertas yang kusut.
"Bukannya itu surat beasiswa Lo?"
"Iya Je, gua takut ngomong ke papa." Nayya masih memikirkan bagaimana ia mengatakan bahwa Nenvy yang melakukannya, jelas saja tua bangka itu tidak akan percaya.
"Biar gua yang ngomong nanti," Ucap Zean untuk menenangkan Nayya.
"Jangan please, gapapa kok gue nanti gue coba ngomong ke papa."
"Semangat cantiknya Zean," Ucap Zean sambil menarik kepala Nayya agar bersandar di dada nya.
"Pulang yuk, udah sore nih," Ajak Zean.
"Je anter ke Gramed dulu boleh ga?" Tanya Nayya.
"Kalo gue ajak ke Gramed tapi imbalan apa nih?"
"Ah ga ikhlas banget, Chatime mau ga?" Tawar Nayya.
"Bercanda cantik, tapi kalo mau beliin Chatime ya gas aja," Zean tersenyum melihat muka Nayya yang kesal itu.
"Yaudah sesekali anggep ongkos buat tukang ojek pribadi Nayya." Tawa Nayya seketika pecah.
🤸🤸🤸
Nayya telah sampai dirumahnya, ia turun dari motor Zean.
"Je gua takut," boong jika Nayya tidak cemas, ia takut jika papahnya marah karena ia tidak bisa mendapat beasiswa itu. Karena bagaimana papa nya selalu menyuruh agar Nayya mendapat beasiswa itu.
"Gua turun aja ya, Nay."
"Jangan-jangan, gua gapapa kok."
"Kalo ada apa-apa ngomong ya Nay,"
"Pasti, Je."
"Udah deh gua masuk duluan, Lo hati-hati Je." Pamit Nayya.
Rumah Nayya cukup besar jika hanya dihuni oleh 5 orang di dalamnya. Hanya Nayya, Papah nya, Nenvy, satu pembantu dan satpam.
Kini rumahnya terlihat sepi, tidak ada tanda-tanda makhluk hidup di sekitar sini. Nayya memilih berjalan ke kamarnya ia terlalu lelah hanya untuk menanyakan dimana papahnya berada.
Nayya terkejut saat melihat kamarnya berubah menjadi berantakan. Ada seseorang di kamar Nayya, bukan papahnya atau bibi melainkan Nenvy.
"Lo ngapain dikamar gue?!"
"Kamar Lo bagus juga, gua mau disini aja," Nenvy membaringkan tubuhnya di ranjang Nayya.
"GAAKAN GUE BIARIN LO AMBIL KAMAR GUA!"
"Gua ga minta ijin si, Nay"
"PERGI LO DARI SINI JALANG SIALAN" Nayya menarik tangan Nenvy agar berdiri dari ranjangnya. Nenvy terpaksa berdiri dari ranjang yang menurutnya nyaman.
PLAKKK
Suara tamparan menggema di kamar Nayya. Nenvy merasa pipinya panas akibat tamparan Nayya. Nenvy mendekati Nayya, ia ingin membalas perbuatan Nayya barusan.
BRAKK
Pintu kamar terbuka, terlihat papah Nayya berdiri di ambang pintu. Nenvy terkejut tetapi Nayya lebih terkejut melihat papahnya sudah di depan kamarnya.
"NAYYA!! APA-APAAN KAMU HAH?!!?"
"KENAPA KAMU TAMPAR NENVY, DIA SAUDARA KAMU NAY,"
"SINI KAMU IKUT SAMA PAPAH!!"
Papah Nayya menarik Nayya menuju kamar mandi miliknya. Setelah Nayya di dalam kamar mandi, sang Papah mengunci pintunya dari luar dan meninggalkan Nayya seorang diri dibawah shower.
"Udah biarin aja Nayya di dalem, biar dia ga ngulangin kesalahan yang sama" Ucap papah Nayya kepada Nenvy.
"Tapi pah, ..."
"Sst udah sayang, biarin Nayya kapok,"
"Tadi papah denger kamu mau pindah di kamarnya Nayya?" Tanya papah
"Ah, enggak pah." Elak Nenvy
"Kalo kamu mau, ambil aja sayang." Ucap papah sambil mengelus rambut Nenvy.
"Serius pah?"
"Iya sayang."
Nayya mendengar semua itu, tentang kamarnya yang akan diambil oleh Nenvy, Nayya hanya bisa menangis, Nayya ingin diperlakukan seperti Nenvy, Nayya ingin merasakan dipeluk oleh ayahnya. Semenjak mama nya meninggal Papah Nayya menjadi asing. Dulu mereka berempat pasti akan menonton film sebelum tidur, bercerita tentang kehidupan Nayya dan Nenvy di sekolah, papah dikantor dan kegiatan lucu yang dilakukan Mama. Nayya merindukan itu semuaa.
Nayya berteriak di dalam guyuran shower dikamar mandi nya. Ia menangis sekeras-kerasnya tanpa peduli tentang dirinya. Nayya mengambil gunting yang ada di wastafel nya. Perlahan tapi pasti ia mulai mengukir sesuatu yang indah ditangan kiri nya. Darah mengucur seiring air membasahi tubuhnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/273912198-288-k954266.jpg)