Isak Tangis

62 9 0
                                    


Satu minggu setelah kepergian ayahnya..

Ya, gadis itu kehilangan sesosok kepala keluarga, yang sangat berharga dalam hidupnya. Ini bukan untuk yang pertama kalinya dia merasa kehilangan, dua tahun lalu setelah semua luka menyatu bersatu padu dengan rasa sesal yang menggebu gebu. Gadis itu rapuh, ketika tahu sesosok sandarannya hilang. Tangisan itu, darah, dan senyuman terakhir membuat nya kembali mengingat sesosok ibunya.

Banyak hal yang terjadi didalam rumahnya. Kekecewaan, patah hati, dan rasa marah selalu menjadi hantu di dalam dirinya. Merasa gagal untuk menjadi pelindung bagi seseorang yang sudah memasangkan sayap kepadanya. Gadis yang berpura-pura kuat, tetapi dirinya sangat lemah perihal keluarganya.

"Teh..." panggil sesosok laki-laki dari belakang pundaknya.

Jasmine yang mendengar panggilan khas itu, sontak langsung mengelap tetesan air mata yang sudah membasahi pipinya berharap adik nya tidak melihat dia menangis. Lalu gadis itu menoleh, dengan senyum lebar meski hatinya sudah mati rasa.

"Eh kamu, hadeh teteh ngantuk. Oh iya kenapa? kamu mau pulang? " tanyanya dengan senyum manis khasnya.

"Jangan nangis lagi teh"

Satu kata beribu makna, Jasmine tau dia gagal berbohong kepada adiknya untuk berpura-pura seolah semua terlihat baik-baik saja.

"Ah engga, mana ada teteh nangis huu kamu ini!! ayo pulang yuk ! " ajak kakak nya, beranjak untuk berdiri dan meninggalkan kedua pasang pusara didepannya yang merupakan milik orang tuanya.

Jasmine menggandeng tangan adiknya dan membawa nya pergi dari pemakaman. Satu genggaman dilepaskan, membuat gadis itu berhenti berjalan dan berbalik badan.

Seorang lelaki memeluknya dengan sangat erat. Tanpa disadari, membuat air matanya terjatuh. Tubuhnya kaku diradang ngilu, dadanya sesak. Ia hanya bisa menerima pelukan hangat dari lelaki yang dihadapannya. Lelaki yang sedikit tinggi darinya.

"Jangan pernah menghakimi diri sendiri. Teteh engga bersalah atas kematian orang tua kita. Ini udah takdir. Dan kita engga bisa ngerubah takdir"

Jasmine tetap diam membisu, gadis itu hanya menerima pelukan sesosok laki-laki yang sudah beranjak dewasa sekarang.

Sepasang anak adam berdiri di tengah- tengah tempat peristirahatan. Seolah-olah semua nya menjadi saksi bisu di antara mereka berdua.

------♡♡♡-------

Hayy-! Don't forget to vote ☆, coment, and share yaa. Sekalian follow juga sabi.
Biar aku lebih semangat buat nerusin ceritanya...

Kalau ada saran bisa langsung bilang di coment. Tysm-!

Have a nice day '♡

With Barat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang