After 3 Months

4.2K 270 33
                                    

Sudah berjalan 3 bulan, Jaemin bersembunyi di sebuah rumah yang letaknya di tengah hutan. Ia tidak tinggal seorang diri di rumah ini, ia memiliki kekasih yang tampan dan juga atletis. Tetapi, ia sedang mendesah pasrah dibawah kekuasaannya saat ini.

Nngghhhhh~ Jaem~ Sudah! Ahhakk! Ah! Ah! Ahh~ Jaemnnh! Sshhh~ Disituhhh~” Desah Jeno terputus-putus; dorongan kuat di anal—nya tidak bisa membuat Jeno menyelesaikan kalimatnya dengan benar. “Kauhh~ sempit sayang.” Puji Jaemin dengan suara rendahnya; sebentar lagi ia akan mengeluarkan seluruh benihnya di dalam perut Jeno.

Ah! Ah! Aaahhakk~ Cum! Jaeminnn~”

Untuk sekian kalinya Jeno keluar dengan membasahi perut kotaknya dan perut milik Jaemin—nya. Dan di dorongan terakhir, Jaemin melepaskan seluruh benihnya ke dalam anal terdalam Jeno. Apa yang ia harapkan?

Ia hanya berharap Tuhan memberkati dengan Jeno bisa mengandung anaknya, itu saja keinginan terdalam Jaemin tanpa Jeno sadari.

“Sudah?” Tanya Jeno lirih; ini baru jam 5 pagi tapi Jaemin sudah mengajaknya jogging ranjang seperti ini. “Sebenarnya belum puas, tetapi wajahmu seperti ingin mengorok leherku.” Balas Jaemin tersenyum; menggoda kekasihnya pagi-pagi seperti ini memang memancing adrenalin.

“Baguslah kalau kau tahu dan keluarkan benda yang semakin hari semakin besar itu dari analku.” Ujar Jeno ketus tanpa menatap wajah Jaemin. Sedangkan yang diperintah hanya menyunggingkan senyum iblis dan,
AH! JAEM!”

“Sekali lagi ya, sayang.”

Ti—tidakhh! Ah! Ahhh! Ah~ ngghhh~ Jaeminmmphh!” Desah Jeno bungkam oleh bibir merah muda milik Jaemin.

Jika seperti ini Jeno yakin, ini akan usai sampai jam makan siang. Dirinya maupun Jaemin sama-sama berstamina jika membahas pergulatan di atas ranjang. Walau Jeno harus terpaksa jadi submissive, tetapi dulu ia bisa membuat submissive lain pingsan dalam permainannya. Iya, kalau submissive—nya di cekik, di bekap oleh bantal atau, mengarahkan ujung pisau ke leher. Siapa yang tidak pingsan? UPS! Jeno lebih suka menyebutkannya 'mereka pingsan' bukan terkapar tak bernyawa. They're just need take a nap, just it.



Pukul 03.13 pm.

Sore ini mentari tak seperti kemarin sore, terik dan panas. Mungkin ini karena awan hitam mulai menghampiri si mentari. Iya, sepertinya akan turun hujan sebentar lagi. Dan Jeno hanya berbaring seorang diri dengan malas melakukan pergerakan apapun. Alasannya sudah tak perlu dikatakan lagi, anal—nya perih dan kepalanya terasa pening tujuh keliling.

Jaemin tahu jika Jeno sedang tidak enak badan karena ulahnya, maka dengan berbaik hati ia membuatkan makanan dan segelas susu untuk Jeno konsumsi. Jaemin membawanya ke lantai 2, tepatnya di kamar mereka berdua.

Sampai di bilik kamar mereka, Jaemin tidak menemukan Jeno terbaring di atas ranjangnya. Ia mengerutkan dahinya sebentar, sebelum suara seseorang tengah muntah dari balik kamar mandi mengalihkan atensinya.

“Apakah separah itu?” Gumam Jaemin; meletakkan nampan ke atas meja komputer, berjalan cepat menuju bilik kamar mandi.

Jeno tengah terduduk di lantai dengan kedua tangannya memijat pelipis kepala. “Jen.” Panggil Jaemin cemas; mendekati wajah pucat itu, lalu mengecek suhu tubuhnya yang agak panas. “Kau demam sayang, mau ku panggilkan dokter?” Tanya Jaemin khawatir.

Jeno hanya mengangguk lemas dengan merentangkan kedua tangannya di depan Jaemin. “Gendong, kepalaku pusing sekali.” Ucap Jeno lirih; mengerucutkan bibir merah mudanya dengan puppy eyes—nya. Baiklah Jeno dalam keadaan sakit dan lemas, tak mungkin Jaemin menindaklanjuti kecabulan yang sekilas memberi sapaan pada otaknya.

(✓) M I N E; Doubtful Pregnancy | JaemJenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang