2

14 3 0
                                    

Kanae mencuri pandang kearah Yuna yang duduk jauh dibelakang sana. Kanae tidak bisa berhenti memikirkan apa yang baru ia lihat kemarin. Yuna yang kikuk dan tidak suka keramaian menari balet dengan sangat apik dan indah. Bagaimana bisa seorang penari balet sebaik itu ternyata adalah seorang yang sangat menutup dirinya seperti Yuna?

Yuna sendiri tentu merasa sedang dipandangi oleh Kanae. Sudah beberapa hari berlalu tapi Kanae tidak melepaskan pandangannya dari Yuna sedikit pun. Yuna terus sibuk menghindari tatapan Kanae dengan menutupi wajahnya dengan rambut panjangnya. Yuna tidak dapat berhenti merutuki dirinya sendiri yang bodoh karena tidak menyadari kehadiran Kanae saat itu.

Tapi syukurlah, sudah beberapa hari berlalu dan seperti nya Kanae tidak membocorkan kejadian itu kepada siapapun. Setidaknya untuk sekarang seperti itu.

***

Dan disinilah Yuna sekarang, duduk berhadapan dengan Kanae. Kanae sibuk memandangi Yuna sementara Yuna larut dalam kecanggungan berusaha menghindari tatapan Kanae. Padahal ada Kuzuha dan Haru juga disana, tapi mereka berdua pun sibuk dengan pembicaraan mereka sendiri.

Tiba-tiba Miyamura sensei, guru biologi tidak dapat mengajar hari ini. Namun beliau sudah membagi siswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas darinya. Dan lucunya, Yuna harus terjebak dalam kelompok ini. Sebenarnya Yuna tidak masalah jika harus sekelompok dengan Kuzuha atau Haru. Namun rasanya sangat menyebalkan ketika ternyata ia berada dalam kelompok yang sama dengan Kanae, orang yang paling dihindari olehnya di ruang kelas.

"Ayo kita bagi tugas," Haru berusaha menghentikan perang dingin antara Kanae dan Yuna.

Kanae yang terkejut pun segera membuka bukunya, kemudian membagi tugasnya dengan adil, agar pekerjaan kelompok mereka cepat selesai. Mereka pun mengerjakan bagian masing-masing dengan adil. Termasuk Kanae yang mengerjakan tugasnya sambil terus mengawasi Yuna, dan Yuna yang tidak dapat fokus pada tugasnya karena terintimidasi oleh tatapan Kanae.

Setelah selesai dengan tugas mereka, Yuna hendak mengumpulkan kertas tugas mereka ke depan. Namun, langkahnya terhenti saat Kanae menahan tangannya membuat Yuna terkejut dan ketakutan setengah mati. Apa yang akan Kanae lakukan?

"Kita belum menulis nama kelompok," ujar Kanae.

"A-ah, iya," balas Yuna kaku dalam hati merasa lega.

***

Yuna berjalan menyusuri lorong yang gelap dan sepi ini. Sebenarnya ia kapok dengan kejadian beberapa hari lalu. Tapi mau bagaimana lagi? Ia sangat mencintai balet. Ia ingin berlatih menari balet tapi tidak lagi punya tempat untuk tetap menari seperti dulu. Satu-satunya tempat yang tersisa hanya ruangan besar yang kosong yang tidak sengaja ia temukan saat hari pertama sekolah. Ruangan yang sangat mirip dengan ruang latihan baletnya dulu.

Oleh karena itu, disinilah ia sekarang, berjalan dengan tergesa-gesa dengan leotard, skirt dan tight nya, takut-takut kalau ada yang melihatnya. Namun, ia terhenti di depan pintu ketika mendengar alunan suara piano dari dalam sana.

Ya, Yuna memang tahu di dalam sana ada piano yang tidak terpakai. Tapi, siapa yang memainkan piano itu?

Dan lagi, entah kenapa suara piano itu membuatnya sangat berbunga-bunga dan bahagia? Hatinya menghangat, membuatnya larut dalam imajinasi tentang dirinya yang sedang menari dengan alunan piano itu. Entah kenapa, lantunan nada itu membuatnya sangat ingin menari tanpa henti.

Terdorong rasa penasaran, tanpa sadar, Yuna masuk kedalam ruangan itu dan berdiri di depan pintu. Betapa terkejutnya ia ketika melihat Kanae disana. Sangat tampan dan keren, menyatu dengan setiap nada yang keluar dari tuts piano yang ia mainkan. Yuna terkesima, tenggelam dalam pikiran dan imajinasinya sendiri. Membuat keinginannya untuk menari semakin membesar.

Namun lamunan Yuna terhenti saat Kanae tiba-tiba menghentikan permainan pianonya. Yuna tertangkap basah oleh Kanae yang kini terkejut melihatnya.

"Ah, maaf. Aku hanya kebetulan lewat. Sepertinya kamu mau memakai ruangan ini," ujar Kanae canggung lalu bangkit berdiri hendak meninggalkan ruangan ini.

Namun, Yuna menahan tangan Kanae membuat Kanae terkejut. "Tolong, mainkan lagi!" seru Yuna membuat Kanae terkejut.

"Maaf, tapi aku sudah berhenti bermain piano," ujar Kanae.

"Tolong!" teriak Yuna. "Aku ingin menari dengan permainan pianomu," lirih Yuna. "Aku menyukai permainan pianomu. Aku ingin menari dengan permainan piano itu. Tolong," tambah Yuna lagi yang entah bagaimana membuat Kanae iba sekaligus bingung.

Kanae kembali ke tempat nya, duduk di hadapan piano besar ini. Sementara Yuna tampak sibuk dengan pointe shoesnya kemudian melakukan peregangan singkat.

"Aku siap," ujar Yuna.

Kanae mulai melantunkan nada melalui permainan pianonya secara bebas, yang diikuti oleh Yuna yang menari dengan bebasnya mengikuti irama lagu. Jarinya fokus bermain piano namun tatapan mata Kanae terus tertuju pada Yuna. Yuna berkali-kali lipat lebih cantik dan indah ketika menari. Apalagi ketika gadis itu memutarkan tubuhnya mengikuti irama lagu. Yuna yang tenggelam dalam tariannya benar-benar cantik, membuat Kanae terpesona.

Entah kenapa Kanae menyadari, lantunan nada pianonya mulai kembali seperti dulu. Keinginannya yang besar untuk membuat Yuna tetap menari dengan indah membuat permainan pianonya menjadi sangat harmonis. Entah bagaimana, Yuna yang menari memberinya inspirasi dan semangat untuk tetap dan terus tetap bermain piano. Entah nafsu macam apa yang ada dalam hatinya, tapi ada keingin besar yang timbul untuk tetap melihat Yuna menari, membuat Kanae dapat memainkan pianonya dengan sangat bahkan lebih baik dari sebelumnya. Yuna membuatnya kembali berapi-api.

Kanae kembali menatap Yuna. Permainan pianonya, tarian Yuna, nada yang ia lantunkan, setiap gerakan yang Yuna lakukan, entah kenapa semuanya tampak menyatu dengan harmonis menciptakan berbagai hal yang indah. Kanae ingin mempertahankan situasi ini terus menerus karena ini adalah hal terhebat yang pernah ia alami. Ia kembali menjadi dirinya yang dulu.

Sampai permainan pianonya selesai dan Yuna selesai dengan tarian nya, semuanya masih terasa indah dan menyenangkan bagi Kanae.

"Aku akan pergi," ujar Kanae melangkahkan kakinya hendak keluar dari ruangan ini.

"Kanae-san," panggil Yuna. "Terimakasih. Permainan pianomu sangat indaah"

Entah kenapa ucapan Yuna mampu membuat ribuan kupu-kupu menggelitik hati nya. Kanae merasa sangat bahagia sekarang dan perasaannya menghangat.

"Terimakasih telah menyukai permainan pianoku."

***

Kanae sudah memikirkan nya semalaman. Tekadnya sudah bulat sekarang. Ia yakin dengan keputusannya.

Dengan sangat amat yakin, Kanae melangkahkan kakinya menuju meja Yuna yang berada dipojok sana membuat si empunya terkejut dengan kehadiran Kanae.

"Kobayashi-san, aku sudah yakin!" ujar Kanae membuat Yuna bingung. "Aku akan tetap bermain piano!"

TBC

Story Of The YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang