PLAKK
Ayyie terjatuh ke lantai, ringisan terdengar dari mulutnya. Panas di pipi dan punggung nya sangat terasa.
"Tak berguna!" bentak Eron. "Kenapa rangkingmu turun hah?!" Pria itu terlihat sangat marah, bisa terlihat dari wajahnya yang merah padam, dan tangannya yang terkepal kuat, "SAYA SANGAT MALU MEMPUNYAI ANAK SEPERTI MU!"
"Maaf yah.. aku udah ngelakuin yang terbaik, tapi hasilnya gak sesuai sama harapan Ayah" cicit Ayyie, ia benar benar ketakutan sekarang, setelah dicambuk dan ditampar, sekarang ayahnya membentaknya. Ia ingin menangis, tapi sekuat tenaga ia berusaha tidak menangis didepan ayahnya.
"NILAI MU TIDAK SESUAI DENGAN HARAPAN SAYA, KARNA KAMU HANYA BERMAIN MAIN DI SEKOLAH!" jawab Eron, emosinya semakin membeludak, ia benar benar ingin memberi pelajarn kepada anaknya itu.
"Yah, sudah.. kasian kak Ayyie, mukanya lebam" adik perempuan Ayyie mencoba melerai.
"Dia sudah membuat ayah malu! dia pantas mendapat itu Rin" balas ayahnya pelan, sekuat tenaga Eron menahan emosinya, saat berbicara dengan Airin -adik perempuan Ayyie-
"Tapi yah, hukuman yang ayah berikan itu keterlaluan, kak Ayyie juga pasti menyesal, karna telah membuat ayah kecewa" ujar Airin.
Eron mengehela nafas pelan, lalu terseyum manis ke arah putri bungsunya itu, "Ya sudah, ayo, kamu mau belanja kan sayang? kita ke mall sekrang yuk, sebagai hadiah karna rangking kamu naik" ucap Eron, menarik pelan tangan putrinya.
Airin tersenyum mengangguk, lalu berjalan mengikuti jejak ayahnya, dan mereka meninggal kan rumah, seolah olah Ayyie tak ada disitu. Bahkan Airin tak mengajak kakanya itu.
Tes
Cairan bening keluar dari mata Ayyie, tanpa seizinnya, lama kelamaan semakin deras dan menjadi tangisan pilu. Ayyie mendongak, melihat ke atap rumahnya.
"Tuhan? apa seberat ini ujian untuk ku?" batin nya menjerit, "Kapan aku mendapat pelukan dan kasih sayang tulus dari ayah, ya semesta?"
Ayyie menutup matanya, sehingga air mata itu turun lebih cepat. Ayyie tersenyum manis, sebelum kesadarannya direbut paksa.
- - -
"Shhh" Ayyie terbangun, setelah 2 jam tak sadar diri, ia meringis merasakan perih, panas di sekujur badannya. Lalu perlahan bangkit, padahal badannya sangat terasa nyeri. Ia mengedarkan pandangn nya, melihat ada orang di rumahnya.
Kosong.
Rumahnya, kosong. Hannya dia sendiri di rumah ini. Bayangkan di 2 jam saat Ayyie pingsan, tak ada yang melihatnya.
"hhh" Ayyie berusaha berdiri, walapun oleng sedikit. Kepalanya terasa sangat pening, semuanya seperti dua, dan semuanya buram. "Tuhan, berikan aku kekuatan untuk mengahadapi hari ini," lirihnya hampir tak terdengar.
Perlahan, kepalanya tak terasa pusing lagi, gadis itu membuka matanya, dan tersenyum "Terimakasih Tuhan" ujarnya pelan. Ia mulai berjalan ke dapur, meminum seteguk gelas.
Beginilah hari-hari Ayyie, ia dibesarkan tanpa kasih sayang seorang ayah. Walau begitu, ia bersyukur, masih bisa merasakan keajaiban dan kebaikan Tuhan. Tiap malam, dia berdoa diberi kekuatan untuk menghadapi masalahnya. Dia percaya ada kebahagian setelah kesedihan. Ia hanya perlu menunggu kebahagian itu.
Tbc.
Thankiez for reading! See you in next chap<3.
27/6/21.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayyie
Teen Fiction"Jangan pernah paggil aku Ayah! Aku malu dipanggil ayah, oleh anak tak berguna sepertimu!" Gadis yang dibentak itu, hanya mengangguk kecil, walau hatinya sangat menolak keras. "Ayah, se hina itu kah aku?" ...