03

7 1 0
                                    

—Happy reading—

----

Cahaya masih sibuk mengunyah roti nya. "Iya bu saya tau kalo yang telat harus ke perpus kan? Bentar ya, saya abisin ini dulu. Laper, belum makan dari semalem." Balas Cahaya enteng.

Bu Ratih memang tak mengajar kelas 11 tapi dirinya sering melihat Cahaya ada di UKS. Ya biasalah, UKS termasuk rumah kedua bagi seluruh warga sekolah, hanya dengan alasan pusing maka mereka bisa bersantai di UKS. Dan Bu Ratih sering muncul di UKS, maklum umur beliau sudah hampir setengah abad.

"Yaudah cepet abisin rotinya. Jangan keliaran ya apalagi ke kantin ya." Final Bu Ratih. Beliau membenarkan kacamata nya, mengelus kepala Cahaya singkat lalu kembali masuk ke kelas.

Suapan terakhir masuk kedalam mulut Cahaya. Lumayan, setidaknya perutnya sedikit terganjal oleh roti tadi, apalagi roti pemberian Jevan.

Setelah membuang plastik rotinya ke tempat sampah, Cahaya mulai berjalan menuju perpustakaan.

Di perpustakaan hanya ada 3 orang, murid telat semua. Yang satu tidur, yang satu bermain handphone berkedok membaca buku karena handphone nya disimpan ditengah tengah buku, dan yang satu lagi...

"Lah, ketemu lagi kak." Sapa Cahaya duduk didepan Jevan yang fokus membaca buku novel.

Jevan tak menjawab. Cahaya mengeluarkan novel yang kemarin sore ia beli, mulai membuka dan membacanya perlahan.

Sembari membalik halaman bukunya, Cahaya bertanya "kak, lu kenal sama gue gak si?" Tanya Cahaya tak mengalihkan atensinya dari buku.

"Enggak."

Oke. Sekarang Cahaya memasang senyum. Senyum pahit. 2 tahun ia selalu berusaha ada di hadapan Jevan, Jevan sama sekali tak mau mencari tahu apa? Atau sekedar mendengar nama Cahaya?

Dirinya menutup buku novelnya, menatap Jevan lalu menyodorkan tangan. "Kenalin Cahaya Ramadhina Raya, panggil Caca aja. 11 IPA 1." Ucapnya sambil tersenyum.

Sama sekali tidak ada balasan dari Jevan. Jika saja Jevan bukan gebetannya sedari kelas 10, sudah Cahaya cakar sedari tadi.

Akhirnya dengan paksa Cahaya mengambil tangan Jevan lalu menautkan ketangannya. Tak lupa dapat tatapan tak percaya dari Jevannya langsung. "Salam kenal juga ya ca. Gua Muhammad Jevan Abizar, 12 IPA 2, rumahnya dijalan Saturnus 2, anaknya pak Bambang sama tante Susan, tanggal lahir gua 13 Agustus 2004 dirumah sakit secara normal, ukuran sepatu gua 43, tinggi gua sekitar 175 an, bb nya 65, makanan favorit nasi goreng, minuman favorit es,"

"Stop," Ucap Jevan sekalian melepaskan tautan tangannya dengan Cahaya. "Apaan si lo, gak sopan. Tau darimana lagi lo tentang gue?" Tanya Jevan dengan nada sedikit meninggi.

Cahaya memasang senyum, "rahasia." Kata Cahaya.

"Tau dari mana lo semua tentang gue?" Jevan mengulang pertanyaan.

"Dari biodata yang kemaren dikumpul." Jawab Cahaya.

Memang benar, senin kemarin sekolah mereka meminta anak muridnya untuk membuat biodata untuk kepentingan sekolah. Dan kemarin, Cahaya membantu salah satu guru membawa tumpukkan kertas itu menuju ruang tata usaha. Dengan tidak disengaja kertas yang paling atas milik Jevan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Surat Rahasia Untuk DarrendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang