Pura-Pura

52 15 14
                                    


Siang itu udara sangat panas, matahari tampaknya sedang ingin menunjukkan keberadaannya pada dunia. Adelia menyeka peluhnya perlahan sambil memasang helm dan bersiap pulang. Neta, anak didik yang dibimbingnya selama hampir 6 bulan, hari ini tampak sangat bersemangat belajar. Terbukti saat dia akan pamit pulang tadi, Neta masih mengejarnya dengan beberapa pertanyaan. Sebagai tentor homeschooling, Adel sangat menyukai pekerjaannya. Bukan hanya karena dia memang menyukai anak-anak, tetapi juga karena mengajar telah menjadi bagian dari kehidupannya. Ayahnya mengajar di sebuah sekolah menengah di kota kelahirannya, Cepu. Sementara ibunya, menjadi guru di sekolah dasar yang berlokasi di dekat tempat tinggal mereka. Sejak kecil dia sering diajak ayah atau ibunya ke sekolah, kadang menyaksikan mereka mengajar sembari bermain di teras depan kelas.

Sambil mengendarai motornya, Adelia mulai memikirkan apa yang akan dimasak untuk makan malam nanti. Sudah menjadi kebiasaannya untuk mampir berbelanja setelah selesai mengajar. Biasanya suaminya baru pulang di sore hari, sehingga cukup waktu baginya untuk menyiapkan makan malam. Setelah menenteng belanjaan, Adel segara mengarahkan motornya menuju rumah. Namun dahinya mengernyit begitu sampai di gang depan rumahnya, saat melihat kendaraan suaminya sudah berada di garasi.

"Assalamu'alaikum," sapanya sambil membuka pintu.

Sepi. Dilihatnya Radit, suaminya tengah tertidur di kamar. Setelah membereskan belanjaan dan membersihkan diri, Adel segera mengambil makan siang di meja. Untunglah tadi pagi dia sudah menyiapkan makan siang, sehingga ketika sudah capek begini bisa langsung menikmati hidangan. Jam menunjukkan pukul 15.30 ketika suaminya keluar dari kamar.

"Hari ini pulang cepat, Mas?"

"Iya. Badanku agak nggak enak, masuk angin sepertinya."

"Sudah minum obat belum? Atau mau dikerok?"

"Sudah, tadi habis makan aku langsung minum obat."

"Oh, ya sudah. Nanti malam mau dimasakin apa?"

"Kayaknya aku pengin yang hangat-hangat, deh."

"Aku bikinin mie rebus aja kalau gitu, ya?" tanya Adel yang disambut dengan anggukan suaminya.

***

Keesokan paginya, saat Adel membangunkan suaminya untuk sholat subuh, Radit hanya mengangguk tanpa beranjak dari tidurnya. Akhirnya setelah beberapa kali dibangunkan, baru Radit bangkit dan mengambil wudhu kemudian menunaikan sholat.

"Aku kayaknya hari ini nggak ke kantor," kata Radit sambil kembali bergelung dengan selimutnya.

"Masih meriang?" tanya Adel sambil menempelkan telapak tangannya ke dahi Radit. "Sudah nggak panas kok, Mas."

"Iya, tapi badanku masih nggak enak. Nanti aku izin saja, deh."

"Jangan terlalu sering izin, Mas. Kamu kan masih pegawai baru, jangan sampai nanti ditegur sama atasan."

"Iya...iya. Aku tahu! Sudah, kamu jangan mengajak ribut pagi-pagi, aku mau tidur lagi," lanjut Radit sambil menarik selimut dan kembali berbaring.

Adel hanya bisa menghela napas. Ditinggalkannya Radit yang kembali tertidur. Dia harus segara menyiapkan sarapan karena hari ini ada jadwal mengajar pagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The BlessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang