"Saya harap kamu bisa jadi panutan untuk Chenle nanti, bisa menyayanginya secara tulus sebagaimana kakak kepada adiknya."
Jisung tentu saja siap, sangat siap malah. Sedari lama ia memang terus membayangkan bagaimana rasanya punya adik, dan keinginannya akan terwujud sekarang.
"Kamu tahu? Saya tidak mampu memberikan kasih sayang yang cukup bagi Chenle karena dilanda kesibukan dalam bekerja. Dan lagi, mendiang istri saya sudah meninggalkan kami sejak usianya baru menginjak 2 tahun."
"Sejujurnya, saya kurang bisa bergaul dengan anak-anak. Tapi untuk Chenle, saya usahakan agar canggung tidak mengganggu komunikasi kami berdua nanti. Saya berjanji akan menjadi kakak yang baik bagi dia sebisa saya."
"Terima kasih, Jisung. Maaf saya telah gagal menjadi ayah yang baik sehingga harus membebankan ini padamu."
"Anda tidak gagal, jangan berucap seperti itu. Saya yakin mendiang istri Anda di atas sana bangga terhadap Anda yang telah berhasil membesarkan Chenle sampai sekarang."
"Ya, semoga saja."
Tuan Zhong menghela nafasnya, semuanya terasa berat ketika pujaan hatinya dulu sangat ia cintai telah tiada. Meskipun berniat ingin menikah lagi, tentu bayang-bayang sang istri lama masih melekat tak ingin berpisah.
"Ambilah kunci ini dan temui Chenle di kamar, saya tidak ingin melihatnya kecewa ketika bertemu saya setelah apa yang semalam ia ketahui."
Jisung sedikit kaget, dia akan menemui Chenle sekarang?
Tidak tidak, Jisung bukannya tidak ingin bertemu dengan calon adiknya dalam waktu yang secepat ini. Hanya saja, ia belum siap.
Tapi, di sisi lain Jisung juga penasaran bagaimana sifat Chenle, apakah ia seseorang yang dingin dan tidak terlalu banyak bicara? Atau sebaliknya?
"Baiklah, terima kasih telah memberi saya kepercayaan untuk bisa menjadi kakak yang baik bagi anak Anda. Saya permisi." Jisung berdiri lalu membungkuk, kaki panjangnya membawanya keluar dari ruangan untuk menemui calon adiknya.
Pintu baru saja Jisung tutup, ia tidak segegabah itu untuk langsung menemui Chenle.
Sebagai antisipasi, pertama-tama, Jisung merogoh kantongnya untuk mencari sesuatu, apalagi kalau bukan ponsel pintarnya.
Jari Jisung yang sedikit berkeringat menyentuh keyboard dengan gerakan cepat.
Cara agar orang lain nyaman saat diajak berinteraksi.
Salah satu cara untuk tampil lebih percaya diri, cobalah untuk melatih kontak mata dengan orang lain, tersenyum, dan berjabat tangan dengan erat. Orang-orang yang tampak percaya diri seperti ini dianggap lebih mudah didekati dan hangat.
"Yang benar saja?" Jisung mengepalkan jari-jarinya gugup, nampak cukup sulit.
Dirinya memasang masker agar Chenle tidak ketakutan saat melihat wajah rupawannya yang kalau kata orang, wajah Jisung itu dingin, jadi terlihat meyeramkan. Padahal tidak seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake | Chenji
Fanfictionbagi jisung, chenle itu harta nya. seperti sebuah perhiasan berharga, ia harus siap untuk selalu menjaga nya meskipun dengan memikul tanggung jawab yang sangat besar. tapi yang menjadi masalah adalah, bagaimana jika perasaan harta yang selama ini i...