Bikin Anak Kok Coba-Coba!

18 7 9
                                    

Dahulu kala, ada seorang kepala suku di pulau eksotik yang sangat kewalahan mendidik anaknya sendiri.

Seorang pengayom dan pemimpin rakyat yang sangat dihormati, berwibawa dan karismatik.
Tetapi anaknya tengil, alias nakal setengah mati. 

Disadari oleh Adipati Karna si kepala suku bahwa pada saat masa konsepsi, yang ada hanya napsu birahi saja. Alhasil anak yang dihasilkan menjadi pribadi yang meledak-ledak semaunya sendiri.

"Datuk, lalu bagaimana anak saya  Amangkurat kelak?.
Sedari kecil saja wataknya sudah nampak sangat bringasan dan sulit dididik", Adipati Karna mengutarakan kegundahannya kepada orang pintar dan sakti di pulau setempat.

"Tidak ada kata lain selain dia harus melewati didikan yang keras. Kita membutuhkan Prabu Alit untuk menggembleng Amangkurat", begitu Datuk menuturkan dengan raut wajah serius.

Mendadak wajah Adipati Karna berubah. Itu artinya dia sendiri akan berpisah dengan anaknya. Meskipun anaknya tengil tetapi ia begitu menyayanginya.

Amangkurat, sekarang tumbuh menjadi pria dewasa yang tampan. Ketampanannya meluluhlantakan gadis-gadis di pulau itu. Sayangnya tabiat Amangkurat begitu meledak-ledak dan sulit dikendalikan bagai kuda liar. Dia terkenal sebagai penjudi dan pemabuk di pulau itu.

Lalu sebelum Adipati Karna berangkat menemui Prabu Alit, Datuk menuturkan sesuatu.
"Bahwa masa konsepsi atau senggama itu adalah Union atau pertemuan antara dua roh yang sangat penting".

"Jadi sebaiknya kamu lebih berhati-hati dalam bersenggama dengan istrimu.
Setidaknya mempunyai pengetahuan yang cukup dalam proses untuk membentuk karakter calon si anak kelak", Datuk beranjak dari kursinya. Meletakkan lontar susastra ke dalam peti kayu.

Lalu Datuk menambahkan, "Semoga anak keduamu kelak lebih baik perilakunya.
Camkan kata-kata saya tadi!".

"Jangan maunya enak-lalu jadi anak. Bikin anak jangan coba-coba. Salah-salah kita sendiri yang repot. Kamu mengalaminya sendiri sekarang".

Di tempat Prabu Alit, ia sedang menggembleng Amangkurat. Bukan perkara mudah.

Baru beberapa hari tinggal di padepokannya saja, Amangkurat berhasil melarikan diri.

Amangkurat ketangkap basah dengan gadis setempat yang baru dikenalnya. Pergumulan terjadi, pemuda yang sedang tumbuh itu tidak kuasa menahan napsunya.

Prabu Alit pusing tujuh keliling.
"Bagaimana ini?
"Jika Kepala Suku kita mengetahui kondisi ini?, Prabu Alit sangat gusar.
"Bisa-bisa reputasi pendidik ternama di pulau itu tercoreng dan padepokannya terancam ditututup oleh Adipati Karna".

Karena kekalutannya, Prabu Alit  menemui Datuk dipondoknya yang terletak tidak jauh dari hulu sungai. Prabu Alit melewati sungai yang sangat luas dan terkenal buaya-buaya lapar di dasarnya.

Prabu Alit memboyong Datuk ke padepokannya untuk menggembleng Amangkurat yang bejad.

Setibanya di padepokan, Datuk menenangkan dirinya. Bersiap menaklukan pemuda liar anak petinggi pulau itu.

Sementara Amangkurat tampak melamun di halaman padepokan Prabu Alit. Penjaga di sana makin ketat. Mengingat Amangkurat pernah melarikan diri.

Datuk menemui Amangkurat. Dia melakukan pendekatan layaknya sesama teman. Tidak memposisikan dirinya lebih tinggi.

"Si Naura molek juga ya!",
"Dia gadis tercantik di kampung dekat padepokan ini".
"Hampir semua pemuda mengenalnya".

Datuk memulai obrolan dengan terkekeh.
Dia menertawakan dirinya sendiri karena tidak terbiasa berbicara tentang kemolekan wanita.

Amangkurat langsung tersenyum. Dia nampak tertarik dengan obrolan gadis desa setempat.

"Datuk gaul juga nih," jawab Amangkurat sembari mendekat Datuk.

"Bagaimana bisa tahu tentangNaura?"
"Ah itu mudah saja!", Datuk tersenyum.

Mari kita jalan-jalan sedikit ke mata air itu. Ada yang ingin Datuk sampaikan perihal urusan wanita.

Amangkurat semakin bersemangat mengobrol dengan Datuk.

"Lapisan kesadaran yg paling awal adalah lapisan fisik.
Badan kita sudah terlanjur dibuat oleh sperma dan sel telur ibu kita".

"Ah iya tentu!", Amangkurat menimpali.

"Jadi kualitas sperma dan telur wanita mempengaruhi dan menentukan sifat seseorang sekarang ini pada physical level".

Amangkurat nampak berbinar tertarik dengan obrolan Datuk. Otaknya masih terbayang Naura yang berhasil ia pacari.

Datuk melanjutkan,
"kalau tidak kita perbaiki akan terbawa terus. Kita mendapatkan memori dalam DNA.
Kromosom X dari Ibu. Itu motorik yang menggerakan kita. Tetapi yg membuat kita bergerak, berpikir adalah dari Ayah".

"Sampai sini bisa dimengerti?
Datuk berbagi ini supaya kamu lebih berhati-hati dalam berhubungan dengan gadis-gadis itu. Salah-salah kamu menciptakan neraka bagi dirimu sendiri ha ha...", Datuk terkekeh.

"Apa maksudnya Datuk?",
Amangkirat nampak terkejut.

Kamu sudah membuat kewalahan banyak orang termasuk orang tuamu.
Janganlah menciptakan anak dengan kualitas yang sama sepertimu. Sadari itu Amangkirat!!.
Kamu anak kepala suku di pulau ini. Ayahmu kecewa dengan prilakumu. Berubahlah demi keselamatan hidupmu sendiri.

Ya, setidaknya dimulai dengan menata pilihan wanitamu. Tidak sembarangan sana-sini diambil sarinya

"Ha ha.... Amangkurat tertawa renyah. Itu sih keahlianku mendapatkan wanita Datuk. Gampang!"

"Perkara gampang, aku percaya kamu .
"Tapi bukan itu maksudku!", Datuk mulai kesal dan menahan amarahnya.

"Kendalikan sexmu yang meluap-luap itu!. Karena pada saat bersenggama, bisa saja kamu membuat anak dengan kualitas raksasa yang bringasan.
Membuat anak juga ada ilmunya".

"Telur dari Ibu yang menggerakan motorik atau badan kita, kualitas tubuh", Datuk memulai lagi penjelasannya.

"Kualitas yang rendah menciptakan berbagai kendala seorang anak yang berasal dari kualitas kedua orang tuanya yang kurang prima.
"Kamu semestinya sebelum melahirkan seorang anak, harus mempersiapkan kondisi badan terlebih dahulu.
"Karena itu pengaruhnya ke anak, watak yang terbentuk akan sangat besar pengaruhnya".

Amangkurat tertunduk, antara takut dan mulai percaya kata-kata Datuk. Begitu menghunus sanubarinya.

"Kualitas yang rendah menciptakan berbagai kendala. Jika seorang anak yang terlahir dari kualitas sperma dan telur yang kurang prima, maka si anak ini akan mudah gelisah, mules- mules, tidak enak badan.

"Semisal akan maju perang suku saja sudah langsung ketakutan berlebihan. Ini dipengaruhi oleh kondisi kedua ortunya".

"Jadi dalam masa konsepsi kondisi kedua orang tua harus baik".
"Jika kondisi si ayah pemarah dan si Ibu depresi, maka akan melahirkan anak yang mempunyai karakter tertentu body constitution dalam dunia layurveda disebutkan mempunyai karakter api; angin; air; tanah.

"Ada bawaan-bawaannya misalnya angin; cepat marah dan lain-lain".
"Ya seperti kamu itu Amangkurat!", kali ini Datuk makin direct to the point, tegas dalam menggiring Amangkurat.

Sedangkan fisik dipengaruhi oleh makanan yang dimakan oleh kedua orang tua.

Makanan sangat besar pengaruhnya, karena dari makanan yang sehat bisa mengurangi rasa takut.

Ketakutan ini bisa direspon atau dilawan. Tetap manusia mempunyai pilihan; bisa berupa memaafkan atau menunda. Respon sistem ini hanya terdapat pada manusia dibandingkan dengan binatang.

"Responnya bagaimana Datuk?", Amangkurat bertanya.

Responnya dengan cara tidak melawan atau tidak melarikan diri.

#30daywrittingchallenge
#day-17

Sekar Gendhis
***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 22, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Bikin Anak Kok Coba-Coba!Where stories live. Discover now