Sesungguhnya aku sangat bersyukur hari ini

5 1 0
                                    

Sore yang merupakan waktu paling singkat, kini sudah mencapai akhirnya. Aku memutuskan pulang ke rumah, menyiapkan diri sebelum dikumandangkannya azan. Tak sabar rasanya aku untuk bersujud dan mengucap syukur pada Tuhan yang menciptakan. Sehingga dalam perjalanan pulang pun, aku tersenyum untuk semua hal yang aku lalui. Semua itu nikmat, besit ku.

Udara segar yang mengalir di sekitar, tak terlihat namun begitu terasa. Langkahku yang santai, kini berganti menjadi sedikit lebih cepat. Langit jingga berubah menjadi kelabu. Kemudian, ku ayunkan langkahku lebih besar dan lebih luas. Mencapai kediaman dimana aku menggantungkan hasil kerja kerasku. Jemuranku, aku akan menjemputmu dan mendekapmu seerat mungkin.

Tersampaikan dengan jelas, tidak ada seorangpun yang tahu apa yang akan terjadi dibalik cuaca yang cerah. Begitupun sebaliknya. Tuhan yang memegang kuasa atas itu semua. Lagi-lagi, aku bersyukur atas kesadaran itu. Semangatku untuk tiba segera di rumah semakin menggelora.

Tak terelakkan, aku pun terguyur hujan. Derasnya bulir air hujan itu disertai dengan deru angin yang membuatku mulai kedinginan. Muncul tanda tanya, kenapa aku memilih tempat yang cukup jauh dari rumah hanya untuk sekedar berehat? Apakah ada makna dari ini?

Tak lama itu aku menjumpai sebuah swalayan. Kupustuskan singgah disana untuk beristirahat dari kedinginan yang kian membuatku menggigil. Disana aku membeli dua buah roti dengan rasa yang berbeda dan sebotol air mineral. Ketika aku hendak duduk di salah satu kursi depan swalayan, aku melihat sosok anak kecil duduk di lantai sudut swalayan itu tanpa beralaskan apapun. Baju nya yang tidak lebih panjang dan tebal dari ku, pasti dia merasakan kedinginan yang lebih dari yang aku rasakan.

Tanpa mengurangi rasa penasaran, aku menghampiri adik kecil itu. Semakin dekat, dia terlihat begitu pucat. Aku langsung bertanya padanya.

"Dik, kamu kedinginan? Coba kita pindah kesana ya" ucapku menunjuk kursi tempat aku berdiam tadi. Namun, ketika aku sentuh lengannya, aku terkejut betapa dinginnya itu. Aku kalut. Aku bergegas ke dalam swalayan menanyakan apakah ada handuk yang dijual. Tanpa segan aku membelinya entah berapapun harganya aku tak memikirkan itu. Aku membalutkan sebuah handuk itu pada tubuh sang adik. Satunya lagi kugunakan untuk mengeringkan rambutnya. Melihatnya yang seperti itu, aku bingung apakah yang aku lakukan ini sudah cukup benar?

Setelah wajahnya yang pucat pasi itu bersaturasi lebih tinggi dari sebelumnya, aku membawanya ke kursi yang sebelumnya aku tujukan. Kuberi dia roti yang belum sempat aku cicipi tadi. Dia pun memakannya walaupun awalnya enggan dan menolak. Melihat ia menikmati itu, aku tersadar. Pertanyaan yang ku gumamkan tadi sembari berlari menyalahkan keadaan, langsung terjawab misterinya. Keberadaanku disini sudah takdir. Aku tidak berhak menyalahkan apapun. Ternyata Tuhan, sampai sekarang masih menghiraukan bahwa aku adalah hamba-Nya.

Setelah hujan yang deras itu, terdengar suara azan yang dilantunkan dengan merdu. Sudah berapa lama aku disini? Rencana yang kumiliki tadi tidak ada yang berjalan. Namun, aku bersyukur. Aku diberi jalan yang lebih indah langsung dari Sang Pencipta.

"Dik, kamu Muslim? Kamu sholat?" tanyaku pada adik tadi. Dia hanya mengangguk sebagai respon dari pertanyaan yang kuberikan. Sejenak aku berpikir, apa aku ajak saja dia bersama ku? Bagaimana dengan orangtuanya? Jika dia tersesat disini dan ada yang mencarinya?

"Baiklah, sekarang kamu ikut kakak aja ya, kita sholat dulu. Nanti kakak anterin kamu ke rumah kamu. Oke?" jelasku pada adik tersebut setelah berpikir dalam waktu singkat. Lagi-lagi dia hanya mengangguk sebagai jawaban. Setelah itu, kami pun mengikuti arah suara azan yang dikumandangkan itu, dengan sedikit mempercepat langkah kecil ini.

Setelah mengantar adik kecil tadi ke tujuannya, aku kembali berjalan menuju istanaku. Bukannya semangat jiwa ini sudah luntur, namun tubuh sudah terasa semakin lemas. Aku yang tersadar berjalan lunglai, mendadak berjalan tegap berusaha mengusir kelelahan tak kasat mata ini. Yah, hari ini cukup banyak pelajaran yang bisa aku teladani untuk melanjutkan kehidupan di hari esok.

Tak akan ada habisnya untuk terus bersyukur. Karena dimanapun aku berada, aku selalu kagum untuk itu semua. Indahnya karya Sang Pencipta alam semesta. Lalu, kuputuskan untuk menyebut namanya dalam hati ku, sebagai teman sepanjang jalan yang tersisa. Secandu apakah rasanya jika sudah tahu bagaimana rasa cinta kepada Tuhan? Andaikan aku merasakan itu suatu saat nanti.

Alhamdulillah. Aku telah sampai di rumahku. Perjalanan ini terasa begitu panjang namun menyenangkan. Tak lupa aku segera pergi ke TKP dimana hasil kerja kerasku semalam digantungkan, halaman belakang, tepatnya jemuranku. Aku pasrah saja bagaimana pun keadaannya nanti. Namun, aku terkejut seketika. Aku melihat secara seksama keadaan halaman belakang itu berulang kali, ke setiap sudutnya. Mataku membelalak tak percaya. Pakaian ku yang kujemur selama hari ini tak ada yang basah sekalipun. Hanya sedikit lembab karena suhu malam. Apakah hujan tadi tidak terjadi di daerah sekitar sini? Ya Allah, hamba-Mu ini benar-benar merasa di berkahi oleh-Mu Ya Rabb. Aku bersyukur untuk kesekian kalinya. Memang ini hal yang terdengar sederhana, namun rasanya itu luar biasa. Karena sudah terkena suhu malam, pakaian yang ku jemur itu ku biarkan saja hingga esok pagi. Agar suhunya tidak lembab lagi.

Di tengah kesibukan berbenah diri, azan dikumandangkan. Isya telah sampai waktunya. Segera aku mengambil wudhu dan sholat. Azan pada isya di masjid sekitar rumahku malam ini terdengar cukup asing? Namun alunannya dilantunkan dengan begitu indah. Kentara di pendengaranku, atau mungkin ini efek kehujanan tadi?

Satu jam selepas sholat isya hingga melanjutkan hal-hal yang sempat ditunda tadi, aku mengambil laptop ku. Aku membuka aplikasi sticky notes dan memilih tema berwarna biru muda. Ku tuliskan disana, 'Sesungguhnya aku sangat bersyukur hari ini'. Dalam hatiku berbisik, cerita hidup ku semakin lama semakin menyenangkan karena aku lebih banyak bersyukur. Walau terkadang muncul perasaan was-was seketika, namun ku usahakan untuk tetap berprasangka baik pada Tuhan yang mengatur segalanya.



-21Juni

'''Next month'''

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kau dan Aku tak menemui kata AntaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang