Prolog

26 5 1
                                    

Perjodohan? Siapa bilang itu hal yang tak wajar? Wajar saja jika kedua belah pihak saling menerima, ikhlas, dan ridho atas keputusan yang telah dibuat, dan berjanji akan mempertahankan hubungan yang telah diikraarkan atas nama ijab qobul. Tentunya tidak main-main bukan?

Tetapi bagaimana jika perjodohan tersebut atas dasar perjanjian dimana kedua belah pihak terpaksa melakukannya? Bahkan terdapat tanda tangan di atas materai yang hanya diketahui oleh kedua mempelai saja. Apakah hubungan kedua mempelai tersebut akan berlanjut atau berhenti di tengah jalan? Entahlah Aku pun tak tahu bagaimana kelanjutan hubungan ini.

Ya ini kisahku. Kisah cinta yang hanya bertepuk sebelah tangan. Kisah cinta yang hanya Aku saja yang senang atas perjodohan ini, walaupun di awal Aku sempat menolak tapi hati ini sudah mengikhlaskan apa yang telah di gariskan oleh-Nya. Dan pada akhirnya hanya aku yang merasakan cinta, tidak dengan suamiku, Mas Irsyad Fadhil Dirgantara. Dia adalah seorang dokter muda, tampan, dan profesional. Dia orang yang sangat sangat tepat waktu. Seperti pagi ini, Aku telah menyiapkan sarapan pagi sayur bayam, tempe goreng, dan ayam krispy kesukaan Mas Irsyad kata mertuaku. Ketika Mas Irsyad turun aku langsung memanggilnya,

"Mas Irsyad, Aku udah siapin sarapan buat kita, yuk sarapan Mas." Tapi Mas Irsyad lagi-lagi cuek kepadaku,

"Mas, sini tas nya Aku bawain aja, Mas langsung sarapan aja." Tawarku ntuk membawakan tasnya.

"Minggir!! Gausah sok peduli sama saya! Gausah bawa tas saya! Saya sarapan di rumah sakit!"

"Tapi Aku udah siapin sarapan buat Mas, ada makanan kesukaan Mas juga"

"Saya gamau masakan kamu, Irisha!" " Jadi gausah siapin sarapan buat Saya! Saya bisa sendiri!!"

"T-tapi Mas.. A-akuu,,"

"Cukupp!!" "Apa kamu lupa dengan perjanjian yang udah kita buat, Irisha? Bahwa tugasmu sebagai istri Saya hanya untuk mendampingi Saya saja terutama ke keluarga Saya?!"

Seketika itu Mas Irsyad pergi dari hadapanku dan membanting pintu. Aku tak bisa apa-apa selain menangis menatap kepergian Mas Irsyad. Mencium tangan Mas Irsyad sebelum pergi mungkin hanya akan menjadi angan semata. Karna disini tugasku sebagai istri tak lain hanya sebagai pajangan buat Mas Irsyad.



Halo semuanya, assalamu'alaikum :)

ini cerita pertamaku, semoga suka ya hehe

Jangan lupa vote dan komennya, ramein yakk!!

*next?*

Akhir dari Sebuah PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang