1. Prolog.

8 2 0
                                    

Disebuah tempat yang jauh dibagian barat bumi. Terdapat suatu tempat yang gelap. Banyak orang yang terkulai lemah dan jatuh kelantai batu yang dingin itu. Dengan darah yang juga bercucuran kelantai.

Grooowwll..

Suara perut seseorang menjerit ditengah kesunyian itu.

"Aaahh.. aku sedikit lapar setelah semuanya," ujarnya seraya memegang perutnya yang terlewat dari kata luar biasa.

Seseorang dengan pakaian yang sangat tertutup dari ujung kepala hingga ujung kaki menghampiri anak muda yang sedang duduk ditumpukan manusia itu dengan nampan berisikan apel yang sudah dipotong-potong.

Dia memberikan apel-apel tersebut keanak muda itu.

Anak muda yang berkulit hitam dengan, pendek, bermata tajam dan juga bertubuh sempurna itu tersenyum. "Hehe.. terimakasih," ujarnya sambil memakan 1 per 1 potongan apel tersebut.

"Tak usah sungkan," ujar pria itu merasa bangga dengan perbuatannya.

"Apakah ini undangan yang terakhir?" Tanya anak itu pernasaran.

"Ya, tidak ada lagi undangan ajakan untuk berduel lagi."

Anak itu menghela nafas, "apanya yang berduel, ini namanya penipuan kan. Dia mengundang untuk berduel, tapi dia malah membawa banyak orang. Ini kah yang dinamakan...

Kebusukan orang dewasa?..

Aaaah.. aku tak ingin menjadi dewasa, aku ingin tetap berada ditubuh mungin ini selamanya," keluh anak itu.

Orang yang disampingnya tidak berkata apa-apa dan hanya tersenyum mengiyakan perkataan anak itu.

Anak itu berdiri dan menuju kearah gerbang untuk keluar. Sesampainya didepan gerbang, dia membuka gerbang batu itu dengan kedua tangannya yang kecil dengan sangat amat mudah.

Fuuusssh..

Angin yang sangat panas menerpa badan dan juga wajahnya. Serta butiran pasir juga menempel dikulitnya yang berkeringat.

"Fuiih... hari ini juga panas, tapi tidak sepanas yang kemarin sih," ujarnya lalu berjalan keluar.

Saat dia berjalan keluar, rombongan orang dengan pakaian tertutup mengumpul didepan anak itu.

Lalu mereka membuat barisan yang rapi, kemudian mereka dengan serempak berlutut. Tanpa berkata apa-apa yang biasanya diucapkan orang seperti mereka.

Anak itu tersenyum. "Kerja bagus," ucapnya lalu berjalan kembali.

Seseorang memberinya selendang panjang untuk menutupi tubuhnya dari sengatan sinar matahari.

"Ayo kita kembali," ujarnya.

Mari kita perkenalkan dia, namanya adalah Zero. Bukan nama samaran, namanya adalah Zero dan tidak memiliki kepanjangan.

Zero adalah nama yang dia berikan untuk dirinya sendiri. Karena nama yang diberikan oleh orang tua yang akhirnya meninggalkannya ditengah padang pasir yang ganas, menurutnya.. sangat tidak pantas untuk dipakai olehnya.

Umurnya baru 18 tahun, tapi dia sudah memiliki pencapaian yang sangat besar.

Menguasai bagian barat belahan bumi dengan kaki dan tangannya sendiri.

"Dengan begini aku benar-benar sudah jadi penguasa di bagian barat, ya.. tadi adalah undangan terakhir, dan tidak mungkin ada yang ingin bertarung denganku lagi kan?" Gumam Zero sambil menatap kearah matahari.

Sambil menaiki kuda yang sudah menjadi partner pertualangannya sejak dulu, Zero tetap memimpin koloninya dengan bijak.

Sampai pada akhirnya, dia bertemu seseorang ditengah padang pasir yang sangat panas. Tanpa kuda, dan juga tanpa pakaian pelindung panas yang memadai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

transformation from looser to Leader.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang