01

5 1 0
                                    

Arsil menautkan kedua tangannya, giginya bergemeletuk menahan rasa gugup dan takut.

Sedikit info, Arsil memang terlahir dari perhubungan tidak senonoh. Tapi ingat dia bukan anak haram, ia ciptakan atas dasar rasa cinta kedua orang tuanya satu sama lain. Tetapi, entah kenapa dirinya dibesarkan sendirian oleh ibunya.

Sekarang, Arsil duduk dihadapan keluarga besar PRADIPTA. Sudah seperti sidang paripurna pikirnya.

Di sofa tunggal terdapat Pria berusia sekitar 30 ke atas. Altheo Pradipta. Lalu, di depan televisi terdapat tiga orang remaja yang sibuk memerhatikan dirinya sambil memakan gorengan, di sisi lain terlihat anak kecil yang baru saja turun bersama kakak lelakinya, maybe.

" Ada keperluan apa kamu datang kemari? " tanya Theo memperhatikan penampilan Arsil dari ujung rambut sampai ujung kuku kaki.

Arsil merogoh saku, menaruh sobekan kertas di atas meja.

Theo menaikkan satu alisnya, seolah bertanya maksudnya apa.

" Jadi, saya disuruh bunda saya datang ke alamat ini untuk menemui ayah kandung saya. "

Uhuk uhuk

" Aduh! Sakit bego! "

" Lo sih, jadi anak gak sopan banget. Ada tamu main sembur aja tuh jigong, dasar dolpin. "

" Gw ga sengaja ya anjing " sungutnya.

Delvin Kalandra, laki-laki bermata bulat seperti boba. Lintang Rafael, keturunan jawa. Dia berbeda dari kedua temannya ini, kalem, rajin menabung, dan suka mengoleksi segala jenis batu akik. Dion Prayuda, seperti namanya, dia penyuka susu coklat dan susu murni tentunya.

Theo memijat pangkal hidungnya, sungguh gila jika rumahnya dikunjungi teman-teman anak lelakinya itu.

" Kalian diam atau saya patahkan tulang kaki kalian! "

Theo memberi isyarat kepada gadis dihadapannya untuk melanjutkan penjelasannya.

" Lalu saya kesini sesuai alamat yang tertera di catatan itu, semoga om bisa menerima saya sebagai anak om. Jika itu memang benar " Arsil tertunduk dalam saat mata coklatnya tidak sengaja bertatapan dengan mata abu abu milik laki laki yang tengah dikuncir asal oleh adik perempuannya.

"Anak? Tapi sa- ah sudahlah. Maafkan saya, memang benar dulu Citra ibu kamu cinta pertama saya. Dan saya, om Theo juga cinta pertama ibumu sendiri. Kedatangan mu kesini ingin meminta pertanggung jawaban atas itu semua, benar?

Arsil mengangguk

Saya harap, kamu dan kedua anak saya bisa akrab satu sama lain, saling menyayangi layaknya adik kakak pada umumnya. Yang duduk di sofa itu putra pertama saya Axelio Juan Pradipta, di belakangnya yang sibuk menguncir Axel, Kanaya Pradipta." Theo berharap dengan kedatangan Arsil dirumahnya bisa merubah sikap Axel seratus persen. Meskipun, dirinya belum tahu benar jika Arsil anak kandung dari benihnya atau bukan.

Arsil terlonjak kaget ketika pahanya sudah diduduki anak kecil berkuncir dua dengan senyum lebarnya.

" Halo kakak imut, kenalin aku Kanaya panggil aja Aya. Aya suka permen yupi sama buah pisang. Tapi aya ga suka Dolpin, dia nyebelin banget. Masa dulu baju dalamannya Aya suka dicolong buat main slepetan sama abang. " jelasnya sembari menunjuk Delvin yang sudah membulatkan matanya menahan amarah, kalau saja Aya bukan anak kecil sudah ia lindes di kasur.

" Sabar Vin, orang sabar jidatnya lebar." gumamnya, iya sabar dimulut tapi tangannya asik mencubiti paha lelaki akik disampingnya.

***

cangkeman'zTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang