satu

3 0 0
                                    

  Suasana sore itu sangat ramai. Ratusan orang-orang yang memakai corak hijau putih sedang sibuk memadati kawasan pantai gajah, sebuah pantai di dekat kampus almamaterku berada. Ada yang sedang memunguti sampah di sepanjang pantai, ada pula yang sedang menanami beberapa tanaman mangrove di sekitar tepian pantai. Teriknya mentari di atas Sana tidak memudarkan semangat para aktivis heart to earth untuk menjalankan misi mereka hari ini. Misi untuk membersihkan pantai-pantai di sepanjang kota agar bebas dari sampah.

Di tengah- tengah kesibukan itu tampak seorang gadis berkhimar hijau sedang memotret kegiatan tersebut. Dan sesekali melepas penat dengan memain-mainkan pasir yang baru saja di lepas ombak.

"Dil, nanti jangan lupa interview pak naufal ya, hari ini beliau datang" ucap seorang pria berjenggot tipis bernama  Hasbi. Hasbi, atau anak-anak greener (sebutan anggota heart to earth) biasa memanggil dengan sebutan bang Has, adalah ketua dari komunitas peduli lingkungan ini. Sedangkan gadis yang dipanggil Dil, atau adila afifah ini adalah bagian dokumentasi dari komunitas ini, makanya dari tadi sibuk memotret.

"Ok, bang, tapi... " belum selesai adila berbicara hasbi sudah berlalu.

"Pak naufal itu siapa? ", sambungnya dengan wajah penuh kebingungan.

" yah, dasar bang has" dengan raut wajah yang masih kebingungan, adila berjalan menuju posko panitia acara untuk kemudian mencoba mencari informasi tentang pak naufal ini. Yah, bagi adila mendapatkan informasi mengenai narasumber yang akan di interview itu wajib hukumnya. Soalnya dia itu berprofesi sebagai jurnalis di sebuah media lokal di kota tempat ia berada. Walaupun jurnalis freelancer sih, tapi etika jurnalistik tetap harus ia jalankan.

                               _______

Sesampainya di posko, gadis itupun mulai celingak celinguk mencari kak riska, ketuplak kegiatan hari ini. Setelah memanjang-manjangkan leher akhirnya ketemu. Ia perlahan berjalan mendekati kak riska, kemudian memanggil dengan panggilan khasnya, 'kak ka... ' panggilnya dengan suara cukup keras sampai semua orang yang ada di sekitar posko menoleh ingin tahu, kemudian si empunya suara keras tadi hanya meringis kecil, sembari merunduk menahan malu dan segera melangkah cepat mengamit tangan kak riska. Sedang riska hanya memperhatikan dengan senyum terkulum menyaksikan adik satu komunitasnya tersebut lagi-lagi mempermalukan diri.

'Ada apa sih dek, kok pakai acara teriak-teriak segala, dekat ini pun'. Tanya kak riska sambil menatap adila yang masih menahan malu.

"Aish kak ka... "Rajuknya.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rasa IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang