"Mereka menyebutnya mesin waktu, sebab hal tersebut dapat membawa mereka kembali merasakan bahagianya masa lalu"
•
"Yang namanya Antika di kelas ini bukan?," ujar seorang lelaki diujung pintu kelas tersebut.
"Iya, gue Antika," jawab Antika dari tempat duduknya, ia menghampiri lelaki itu dan menerka-nerka apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Buku lo, ga sengaja kebawa temen gue waktu les."
"Oh makasih banyak," ujar Antika sambil meraih buku tulis tersebut.
Mereka berdua diam ditempat tak menahu harus bertindak bagaimana, sampai akhirnya Antika berbalik setelah tersenyum ramah kepada pria tersebut.
"Ngomong-ngomong."
Antika membalikkan badannya kembali untuk sekedar mendengar lelaki tersebut meneruskan kalimatnya yang belum usai.
"Gua Jendra, salam kenal," ujarnya lalu segera berlalu pergi sebelum Antika menjawab kalimat nya.
Itu pertemuan pertama mereka, pertemuan yang sebenarnya dibuat sengaja oleh si Adam, pun dengan nomor yang sudah Jendra selipkan di sela-sela buku Antika.
••••
Tin ... Tin ...
"Antika ya?"
Jendra menghampiri Antika yang berdiri didepan gerbang sekolah sendirian.
"Iya, Jendra yang kemarin ya?"
"Iya, nunggu jemputan?"
Jendra berusaha berbasa-basi sebelum merencanakan aksinya untuk mengantar Antika pulang.
Ya, satu langkah kedepan untuk mendekati Antika.
"Iya, ngomong-ngomong makasih banyak ya Jen."
"Sama sama Antika, oh ya, lo ga pernah dijemput telat ya."
Ya, Jendra tau itu, karena sudah kurang lebih dua bulan duduk di depan satpam setiap pulang sekolah dengan tujuan untuk melihat Antika pulang dengan aman, sambil sesekali mencari kesempatan untuk menawari tumpangan, namun sayangnya nihil, baru hari ini saja Antika tak dijemput tepat waktu.
"Iya nih Jen, gatau kenapa hari ini telat."
"Mau dianter aja gak, jok belakang gue kosong kok, ga pernah keisi malah."
Antika curiga, ya karena kalimat yang diucapkan Jendra adalah kalimat yang biasanya diucapkan para buaya.
Jendra yang melihat keraguan di mimik muka Antika langsung bersumpah serapah, mengumpati temannya yang mengusulkan cara gila tersebut.
"Nggak-nggak, bukan maksud flirting, cuman nawarin aja, barangkali mau, soalnya kata orang-orang disekitar sini banyak penculikan lo kalo sore," ujar Jendra berinisiatif.
"Hih jangan bohong ah Jen, nyebelin tau," ujar Anika sebelum memanyunkan bibir kesal.
"Yaudah Ayuk gimana, mau nggak?"
"Yaudah deh, tapi jangan aneh-aneh ya."
"Iyaa Antika."
Finalnya Antika menaiki motor Jendra dengan jarak yang lumayan jauh dari tempat duduk Jendra, sebab Antika duduk diujung jok.
"Antika, lo nanti jatuh."
"Mau anter gak, kalo nggak gue turun nih," ancam Antika yang membuat Jendra mau tak mau melajukan motornya saat itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA (Oneshoot Story)
Short StoryYang datang tak selalu menetap, pun yang menetap, suatu saat bisa saja pergi. Selamat datang di Renjana. ••• Oneshoot story.