❲0❳ |Prolog|

4 0 0
                                    

"Dengan ini saya menyatakan, Kato Kazuki akan mundur dari kandidat kepala Keluarga Kato."

Pelayan setiaku, Shibasaki-san, mencoba mempertahankan wajahnya yang datar dan postur tubuhnya yang kekar, berdiri di ruang pertemuan yang besar dan memuakkan. Ia yang telah melindungiku selama bertahun-tahun, Ia yang telah melayaniku selama satu dekade terakhir, matanya yang tajam, menatap pemandangan yang sangat mengecam dari anggota keluarga utama Kato.

Beberapa dari mereka bingung, pun ada sedikit percikan kegembiraan segelintir orang yang bisa kurasakan samar-samar. Ini adalah keputusan terbaik yang bisa kubuat, atau begitulah menurutku.

「 ...atau begitulah menurutku.」

Kupikir aku bisa melindungi'nya' dengan kemunduranku dari kandidat. Kupikir adik laki-lakiku, saudara satu-satunya yang kusayangi akan mendapatkan lebih banyak kehormatan, perhatian, hak istimewa, dan sebagainya.

Nyatanya, ini adalah kesalahan terbesar yang telah aku lakukan dalam hidupku.

|||

"Kato."

Tanganku berhenti menulis data yang diamati dari batu meteorit aneh yang saya temukan di Museum Yaogarazu.

"Pak Enjiro? Ada apa?"

Aku melirik tubuh tuanya yang lemah, mengistirahatkan tulang-tulang punggungnya di kursi roda baru yang dibeli putrinya untuk kelima kalinya.

"Kertas permintaan magang untukmu sudah menumpuk di tempat sampah, tau? Bapak tau kamu benci skripsi dan kehidupan sosial, tapi gimana toh caranya kau lulus dari S-1? Kato, kalo Bapak boleh bilang, kamu tuh gak perlu menyia-nyiakan waktu mudamu dengan egomu"

Aku menoleh membuang muka dan tanganku kembali melanjutkan pekerjaanku. Ego, kah?

"Kenapa harus repot-repot kerja di bawah orang lain, sementara kita bisa melakukan hal-hal yang lebih menarik? Bukankah penemuanku kemarin lebih baik daripada magang dan skripsi itu?"
"Haha... Kamu bercanda. Itu jauh lebih baik daripada itu."

Aku tahu dia jujur. Dia mengakui kemampuanku dan dia ingin meluluskan aku dengan mudah, tapi dia tidak bisa. Jauh di lubuk hatinya, dia mengkhawatirkan diriku sendiri.

"Kato, gimana kalo kamu jadi guru selama 3 bulan ini sebagai gantinya? Kamu kan gak suka magang karena bakal banyak orang yang gak kamu kenal, kalo kamu jadi guru, kamu cuman perlu ketemu 1 orang beres. Paling ya beberapa jam kamu ngajar, sisanya kamu bisa lanjut researchmu, toh, win-win?"

Tiba-tiba, Mirai melompat dari kursi kecilnya dan menatapku seolah dia menemukan sesuatu.

〈Itu mungkin akan berhasil!〉

Dia berkata pada dirinya sendiri dalam pikirannya. Aku mengarahkan mataku padanya dan Enjiro-Sensei menarik senyum di wajahnya. Dia mengenges.

"Bapak gak itung pembelajaran Kato dengan nak Mirai, ya"

Mirai mengerjap pelan seperti mengelak atas tebakan Pak Enjiro.

"Kato, pikir lagi, siapa tau kamu tertarik."

Dia bangkit dari kursinya dan meninggalkanku dengan anak berusia 10 tahun yang diam-diamku adopsi & sembunyikan di ruang penelitiannya.

"Kazu-san."
"Ha?"
"Mirai tahu ini permintaan yang egois, entah dari mana."

Tangan kecilnya memberikanku kertas robekan dari buku catatannya. Ada nama di atasnya- Saatku membacanya, aku tahu ini adalah hasil dari penglihatan masa depannya. Meskipun aku memahaminya, aku mempertahankan wajahku yang datar untuk menyembunyikan fakta tersebut.

"Orang ini- aku- aku ingin kamu bertemu 'dia' secara pribadi! 'Dia' 5 tahun lebih muda dari Kazu-san, kalo bisa, maukah Kazu-San mengajari 'dia'?"

Aku menebaknya dengan benar, tapi kali ini aku belum bisa membaca motifnya.

"Kenapa?"
"Uh- 'Dia' orang yang baik! Aku tahu itu! Aku-"

〈ingin bertemu dengan 'nya'! Foresightku bilang 'dia' membawa pertanda baik! Kalo bener, aku juga harus memberitahu Kazu-san untuk menjinakkan 'dia'! Itu harus berhasil! ...
Kazu-san seharusnya memiliki lebih banyak teman dan orang untuk dipercaya, dan begitulah caraku membalas kebaikannya untukku! Jadi, ku harap ia bisa-〉

"Begitu ...," akA mengatakannya sambil meragukan semuanya akan berhasil.

Maksudku, aku menghormati niatan Mirai, dan sejauh ini, aku hanya memanfaatkan pandangan masa depannya untuk diriku sendiri. Fakta bahwa ia tidak memiliki maksud jahat di dalamnya mengetuk hatiku dan aku merasa sulit untuk menolaknya.

Aku terdiam sejenak, dan akhirnya menjawabnya dengan tegas, namun tidak mampu untuk tidak menarik pandanganku darinya.

"Akan kucoba."

Dia merasa sangat senang dan mengedipkan matanya dengan senyum lebar di wajahnya, seolah-olah dia mendapatkan hole-in-one di golf untuk pertama kalinya.

|||

Malam itu, aku tidak bisa tidur - wajahku pucat. Aku mulai bingung sepanjang malam tentang apa yang harus kulakukan untuk janji itu. Maksudku- sulit bagiku untuk bertemu seseorang yang baru, ketika 'dia' bahkan tidak mengenalku! Yang terburuk adalah, apa 'dia' mau menerima seorang albino? Atau gimana kalo 'dia' tau bahwa aku bisa membaca pikiran 'nya'? Gimana kalo 'dia' menandai aku sebagai orang aneh? Aku gak bisa bawa percakapan yang baik, aku-

Pintu berderit.

"Aniue, masih bangun?"
"Uh-"
Tiba-tiba aku merasa sedikit lega melihat adikku mengunjungiku.
"Ini teh susu madumu."
"Akito?"
"Nggakpapa. Gak mungkin juga kan Aniue gugup karena besok mau melamar jadi guru-

〈Cuman khawatir aja Aniue terlihat membisu, mungkin dia merasa sakit?〉

Semoga berhasil, Aniue. Kalo gitu aku pergi dulu,"

Pintu menutup.

Aku tahu Akito mencoba menyemangatiku. Itu benar, klo aku tidak berusaha mempertahankan wajah datarku di depan adikku, bisa-bisa malem ini aku habiskan untuk lari dan workout cuman buat berentiin diriku yang overthinking.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

❲IND❳ 680 is My Target Score!?!   -ORCA SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang