Kencan, Katanya

162 26 3
                                    

Sebulan sudah berlalu sejak pertemuan pertama kami dengan Mas Jun, dan rasanya sikap Hanhan semakin menjadi-jadi tiap hari. Kadang dia tertawa sendiri, kadang juga mengerucutkan bibirnya, bahkan tak jarang aku melihatnya berbicara sendiri, dengan ponsel yang tidak pernah lepas dari genggamannya.

'Apa Hanhan sudah mulai gila?' pikirku.

"AAAAAAAAAAAAAK!!"

Teriakan heboh yang terdengar dari kamar Hanhan mengejutkan aku dan kedua orang tuaku yang sedang mengobrol sambil minum teh di halaman belakang. Papa dan Mama melihatku seakan bertanya apa yang terjadi pada Hanhan, aku hanya mengendikan bahuku sebagai jawaban.

"Naaaaaaaa," panggilannya begitu heboh. Kuyakin, suaranya bisa terdengar bahkan sampai RT sebelah.

Aku berdecak malas seraya menggumam, "kenapa lagi sih ini manusia ajaib satu?"

"Hush, kok ngomong gitu sih Na?" omel Mama, "Biar ajaib gitu kan dia kakak kamu."

"Hehe maaf Ma, abisnya Hanhan makin hari makin aneh, Ma. kadang ketawa sendiri, kadang senyum-senyum, kadang misuh, kadang mukanya kayak mau nangis. Mood swingnya aneh banget," ujarku sedetik kemudian aku menyadari sesuatu, "Ma, Pa, Hanhan ga hamil kan ya?"

Sontak pertanyaan anehku mendapat jitakan dari Mama dan Papa.

"Sudah sana datangi kakakmu," saran Papa ketika lagi-lagi Hanhan memanggil namaku dengan heboh. 

Akupun mengangguk dan berjalan malas ke lantai dua menuju kamarnya.

Sesampainya di depan kamar Hanhan, aku hanya berdiri di pintu seraya menggelengkan kepala melihat Hanhan tengah sibuk mengacak-acak lemari pakaiannya.

"Gue tau sih kamar lo gak pernah rapi, tapi ini apa-apaan?" komentarku.

Hanhan menengok ke arahku sebentar lalu kembali memfokuskan pencariannya di lemari. "Bantuin pilihin baju dong. Gue mau kencan nih."

"Oh akhirnya lo nerima ajakan mandor matrial depan jalan?" tebakku.

"Sembarangan lo!" omelnya sambil mendelik tajam. Aduh-aduh aku takut kalau dia sering melakukannya, lama-lama bola matanya bisa keluar.

"Loh kan emang si mandor itu gencer banget ngecengin lo. Sering jajanin seblak juga kan?"

"Heh," ucapnya, kedua tangan sudah berada di pinggang, "emang lo pikir gue cowok apan mau sama yang modelan begitu? Nehi nehi ya. Asal lo tau, gue minggu depan mau kencan sama Junjun!"

Aku menepok jidat mendengar penuturannya. "Han, kencan lo masih minggu depan dan lo udah heboh dari sekarang?? Muke gileee."

.

Hari yang ditunggu-tunggupun tiba. Hari bersejarah ini sudah membuatku senewen sejak aku membuka mata, pasalnya pagi-pagi benar teriakan Hanhan yang nyaring bahkan nyaris mengalahkan suara Mariah Carey, membangunkanku dengan paksa dari tidur cantikku.

"Huaaaa, Naaaaaaaaaaaaaaaaa," tangisnya seraya memasuki kamarku.

Aku hanya melihatnya malas, rasanya ingin marahpun tidak berguna jika Hanhan sudah overreacting seperti ini. "Kenapa?"

"Nih liat!" tunjuknya ke arah dahinya.

Aku tertawa setelah menyadari adanya benjolan merah kecil di dahi Hanhan.

"Na, kok lo malah ketawa sih?" sewotnya. "Bantuin gue kek. Hari ini tuh hari penting gue! Gue harus tampil paripurna!!"

"Ya lagian, siapa suruh lo minum soda," ujarku setelah bisa meredam tawaku, "jadi keluar jerawat kan tuh."

My Brother, Zhang Zhehan [JunZhe]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang