Cahaya matahari masuk menembus kaca. Aku terbangun dari tidurku. Tersadar bahwa aku sudah berada di sekolah sejak tadi. Aku amati sekitar, belum ada satu pun orang yang datang. Pantas saja, setelah aku lihat jam yang terpajang diatas papan tulis itu, masih menunjukkan pukul 06.30 WIB. Dan aku sudah tiba di kelas ini sejak 30 menit yang lalu. Bukan, bukan karena aku terlalu rajin. Jarak rumahku yang terlalu jauh dari sekolah, membuat aku harus berangkat sejak dini hari. Pernah aku coba untuk datang agak siangan, ternyata malah terlambat.
Rutinitas ini sudah menjadi makanan-makanan sehari-hari bagiku. Tidak boleh ada keluh kesah untuk menuntut ilmu. Itu prinsipku. Sekarang aku memang orang yang biasa-biasa saja, tapi nanti ketika namaku disebut orang akan mengetahuinya. Aku harus bersyukur, masih banyak orang diluar sana yang bahkan tidak bisa sekolah. Walaupun aku sekolah atas bantuan orang lain.
Satu dua anak mulai memasuki kelas. Bercengkrama dengan sahabatnya. Tertawa menyambut pagi. Saat-saat seperti ini memang terdengar ramai. Namun aku merasakan kesepian. Jarang sekali ada yang menyapaku. Entah karena apa, aku sudah mencoba untuk berteman dengan mereka, tetapi mereka terlihat risih.
“Woy tau gak sih bakal ada murid pindahan di kelas kita!” seru salah seorang temanku.
“Sumpah! Ganteng euy.” Saut yang lain.
“Ey, duduk-duduk bu celline dateng!”
Suara high heels beliau sudah terdengar dari jarak radius meter. Teman-temanku juga sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Sejak dahulu aku selalu memilih kursi belakang dekat jendela. Setidaknya walau sepi, tetapi rasanya hangat. Bu celline sudah tiba di daun pintu disusul dengan anak baru tadi. Dan sudah bisa di tebak reaksi anak-anak cewek di kelasku seperti apa. Heboh.
“Pagi anak-anak, hari ini kalian kedatangan murid baru,” ucap beliau ramah, “silakan nak, perkenalkan diri.”
“Nama gue Kiaan Kun, panggil aja Kiaan.”
“Oke, kiaan bisa duduk di bangku kosong sebelah Zyra.”
Lantas satu kelas langsung menengok ke arahku. Bisikan-bisikan kecil terdengar olehku. Aku tidak berani menatap ke arah Kiaan yang dengan santai berjalan ke arah kursi disebelahku.
“Hai salken gue Kiaan.” Sapanya sambil menjulurkan tangan. Klasik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush
Fanfiction"Terima kasih, Ra. Udah ngajarin gue kesederhanaan." -Kiaan Kun- Aku bertemu dia. Seseorang yang awalnya tidak aku ketahui bahwa dia sangat berarti untukku. Fanfiction Kun nct -rindu