RACHATARIN

26 4 2
                                    

Denpasar 23 Desember di tengah padatnya kota denpasar terdapat perkampungan muslim, di perkampungan asri tersebut tinggal seorang perempuan berumursekitar 43 tahun Bu Ayu dan aku, anaknyakenalin namaku Argan Ramadhan, aku dari keluarga berkecukupan Ibuku hanyaberkerja sebagai petani padi dan kalian tau?kini aku menempuh jenjangperkuliahan.yaa walaupun aku kurang di finansial , aku lumayan pintar hinggamendapatkan bea siswa di universitas favorit saat itu, 4 sahabat yang penuhtoleransi dan selalu ada disaat aku membutuhkan mereka. Argan, Rama, Barik,Fathur, dan Raken. Mereka memiliki banyak perbedaan, salah satunya perbedaankepercayaan. Meskipun begitu kelimanya tidak pernah menyinggung tentangkepercayaan tersebut, bahkan toleransi sudah tertanam pada diri mereka, merekaadalah es kopi kekinian dan bola tapioka hitam yang berada di dasar gelasnya.Aku sadar menjadi satu satunya umat muslim diantara sahabatnya tidaklah mudah,Rama & Raken beragama hindu. Pernah waktu itu aku dan Ibuku solat berjamaahdi masjid dekat rumah, pada hari itu sedang terjadi keributan karenapertengkaran ormas, segera bapaknya Rama yang seorang pecalang mengamankantempat ibadah di desaku sehingga umat muslim lainnya bisa beribadah denganaman. Pantas saja Bali terkenal penuh dengan Toleransi. Pernah waktu itu jugaaku sedang mengunjungi Open House keluargaFathur bersama Rama, Barik, dan Raken. Kami disuguhi banyak sekali makanan, akusegera mengambil piring besar di samping baskom nasi. Tiba- tiba Barikmenyengkelit punggungku saat aku mengambil sate didepanku yang kelihatannyaenak, hampir terjungkal itu yang aku rasain. 

"Sembarangan lo Bar!"

 ucapkukarena menahan rasa malu diliatin sama banyak orang.

 "Itu Babi bego" bisik Barik tapi dapat didengar oleh sahabatnya yang lain, "oooh untung lo ingetin" .tidak lama ada seorang perempuan cantik, sepantaran dengan ibuku

 "eeeh Argan?Ini tante sudah siapkan rendang sapi favorit kamu" Ucap perempuan cantik itu. Dia Ester mama Fathur, "napa dia tau makanan favorit gue?" gumamku "gue yang ngasi tau" ucap Fathur disampingku tengah memakan melon .

Aku menikmati acara tersebut tidak lupa meminta bungkusan nasi untuk ibu dirumah,

 "anterin gue beli eskrim magnum oey" Ucap Raken ditengah acara tersebut,

 "skuyy gas ngenggg" Kelimanya pergi ke supermarket dekat rumah Fathur dan menikmati hari itu dengan kenyamanan hingga selesai. 

Saat aku tengah bermimpi bertemu dengan Tatjana Syafira 

"le bangun le, jum'atan" teriak suara perempuan yang tentu saja itu ibuku "iya bu" aku segera terbangun mengambil peci dan sarung yang sudah aku siapkan tadi malam.

 "ebuset kotbahnya udah mulai" aku lari hingga ngos-ngosan dan berhenti di warung es teh anget,

"Argan? Kel ija?" Ucap seseorang berpakaian serba putih atas hingga bawah, itu Mangku Parta.

"eh iya nih pak Mangku saya mau ke masjid mau jum'atan, keburu ngos ngosan hehe" ucapku. 

"oooh itu ada sepeda pake aja, benerin ibadahnya" ucap pemangku Parta kepadaku, aku segera meng-iyakan dan memakai sepeda gunung tersebut dan segera mengambil wudhu saat sudah sampai di masjid, aku melihat Raken dan Barik yang sedang mengelus kucing albino di depan pagar.

"Oeyy, lo pada ngapain dimari?" kataku. Mereka mebalikan badan

"gue disuruh bokap ikut kerja bakti tuh benerin tempat wudhunya, bocor" ucap Raken. 

" oooh lo kenape dimari bar?" Tanyaku kepada manusia yang sedang mengambil kucing albino itu.

" tadinya gue disuru beli bakpao sama mbo gue, terus liat bocah freak satu ni" . ucapnya sambil menunjuk Raken

"wkwkwkw". Aku kerja bakti di Masjid ini semua orang terlihat bersosialisasi, tidak ada pertengkaran, yang ada percandaan Aku dan kedua sahabatku ini menyiapkan es teh dan beberapa jajan yang nanti-nya akan di bagikan ke semua orang yang ikut kerja bakti di masjid ini.

"Kringgg!!"

suara telfonku berbunyi, aku segera merogoh saku didalam sarungku dan mengangkat benda pipih tersebut, aku melihat nama yang tertera

"Beban Keluarga🔪🗿" 

Aku segera menggeser tombol hijau di ponsel tersebut

"Woey Gan,abis mebanten nih, gue di alun alun, lo kesini kaga? Ada tugas anjrot bantuin gue" begitu suara dari benda pipih ini yang membuatku memanggil Raken dan Barik,

"ke alun alun kuy" ajakku.

 "duluan, gue mau beliin makan si Karpet" kata Barik sambil menunjuk kucing Albino itu.

" buset karpet anjir namanya" kaget Raken,

" yaudehh, kuy ken naik mobil lo" ajakku 

"terus gue?" teriak Barik saat aku dan Raken pergi menghampiri mobil Raken.

"tuh naik sepedanya mangku Parta" katakku.

"t-tapi"

"ARGANNN RAKENNNNN"

Aku dan Raken segera ke alun-alun dan tak lupa mengabarkan ibu dirumah, terlihat alun-alun kota Denpasar yang indah dengan gemerlap lampu cahaya yang menerangi kota, aku dan Raken segera mencari Beban keluarga itu. 

" Argan! Raken!" teriak seseorang didepanku, iya itu Rama dan Fathur disampingnya sambil memegang buku. Aku segera mendatangi mereka berdua

" Barik mane?" tanya Fathur kepadaku.

" lagi beliin makanan buat kucing" Jawabku. Setelah 10 menit berada di Alun-alun, tiba tiba terdengar langkah kaki,

"manggaa!!!!" teriak orang itu,

"BARIK!!"

" eh anjrot santey-santey, nih gue abis nyolong mangga Pak Mangku" lerai Barik 

"Astagfirullah Barik".

Kami belajar bersama, mendengarkan cerita, dan mengejek satu sama lain, dan mengusili Barik. Aku mengerti, bahwa Pelangi tidak akan indah kalau tidak ada perbedaan.

Rachatarin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang