32

19.1K 1.2K 375
                                    

Setelah hari itu, keadaan yang semula baik, kini menjadi bimbang dan kacau, Zayn benar benar bingung dengan Azka.

Sudah hampir seminggu dia tidak memberikan kabar apapun, bahkan semua akun sosmednya tidak aktif.

Rahma juga tidak bisa dihubungi sama sekali, ada apa sebenarnya ini, pikiran Zayn sudah tertuju pada ucapan Satria tempo hari.

Hari ini adalah hari kelulusan, semua tengah bersiap untuk melakukan penyerahan tanda lulus, dan akan ada beberapa acara yang melibatkan segelintir siswa siswinya.

Zayn tampil dengan tim paduan suara untuk merayakan hari kelulusan, saat dia sedang tampil, sorot matanya terfokus pada satu orang yang sangat dia rindukan, namun sepertinya orang itu dalam keadaan yang buruk, wajahnya terlihat datar namun tatapannya sangat tak berkawan.

Saat sudah selesai dengan penampilan paduan suara, kini acara berlanjut dengan sambutan kepala sekolah, serta dilanjut dengan pengumuman siswa siswi terbaik tahun ini.

Semua acara telah terlewati, kini Zayn sedang duduk menunggu namanya dipanggil, disampingnya sudah pasti ada Dion, para wali murid duduk terpisah dari mereka.

Ketika namanya dipanggil, Zayn melangkah pergi naik ke atas panggung untuk mendapatkan cendramata dan sertifikat kelulusan dari sekolahnya.

Namanya terpampang bersama dengan siswa siswi berprestasi lainya, itu yang membuat dia bingung.

Setelah selesai, dia turun, dan segera menghampiri orang tuanya.

"Cie yang dapet peringkat bagus" Ucap Rina saat anaknya datang.

Zayn tersenyum lebar, "Iya dong, Ini Aku nitip aja, Mamah sama Papah mau pergi ke tempat Amel kan? Yaudah gak papa, nanti Aku pulang naik Ojol aja" Balas Zayn.

Rina menghela nafasnya pelan, dia sebenarnya tidak ingin meninggalkan Zayn sendirian disini, tapi Zayn bilang dia sudah dewasa, dan dia tidak keberatan jika harus ditinggal, "Yaudah, Mamah sama Papah pergi dulu ya, Kamu pulangnya hati hati, jangan jajan sembarangan, dan jangan nakal" Kata Rina.

Zayn mengangguk paham, "Iya Mamah"

Rina dan suaminya pun pergi dari area sekolah, sedangkan Zayn masih tetap mencari seseorang yang telah lama menghilang.

"ZAYN!" Panggil Dion saat melihat temanya itu planga plongo seperti orang bingung.

Zayn menoleh ke sumber suara, "Apa?" Tanya Zayn saat Dion datang menghampirinya.

"Ngapain si Lu?"

"Ck, Make nanya lagi"

"Masih nyariin dia? Lu berharap dia bakal nemuin Lu? Sadar" Balas Dion tak suka.

Zayn menatap jengkel sahabatnya itu, "Ish, kalo gak mau nolongin mending Lu pergi deh" Ucap Zayn kesal.

Dion mengembungkan pipinya, Namun tiba tiba Zayn pergi meninggalkannya, hal itu membuatnya mengeluarkan kata kasar, karena dia takut sesuatu hal buruk akan terjadi, dia lebih memilih untuk pergi mengikuti Zayn.

Saat tengah berjalan menuju ruang olahraga, Zayn bertemu dengan Riska.

Zayn menatap bingung Riska, ada urusan apa dia disini.

"Zayn" panggil Riska sembari menghampiri lelaki tinggi itu.

"Ya?" Balas Zayn canggung.

Mereka berdua masih dalam suasana canggung, namun Riska kali ini sudah memantapkan niatnya untuk berbicara dengan Zayn.

"Lu mau kemana?" Tanya Riska.

Zayn mengalihkan pandangnya pada pintu tempat olahraga yang terbuka, "Mau kesana, Kenapa?" Zayn balik bertanya.

SimpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang