New Life, New Story

84 7 2
                                    

"Selamat bergabung di ALAMOUR Bu Amanda" Kata Iriana Human Resource Manager yang baru saja memberikanku copy-an kontrak kerja.

Hari Senin ini menandai awal petualangan kerja ku di Alamour Hotel. Iriana menemaniku melakukan Hotel Tour dan memperkenalkanku dengan para department head setelah mereka selesai rapat pagi dengan Pak Abimanyu, General Manager.

Aku memperkenalkan diriku sambil tersenyum sopan dan berusahan mengingat satu persatu nama mereka. Ketika Iriana memperkenalkan Front Office Manager aku menatapnya ragu merasa mengenalnya "Zara?" sapaku ragu

Dia tersenyum "Hai" sapanya singkat. Aku hanya tersenyum, ck Zara dan beruang kutub tidak ada bedanya.

"Kalian saling kenal?" Tanya Pak Abimanyu penasaran

"Ia kami pernah bekerja di hotel yang sama" aku menjelaskan, Pak Abi dan para departemen head lainnya hanya ber-oh ria

Setelah hampir 2 jam melakukan perkenalan dan hotel tour, Iriana mengantarku kembali ke ruangan pribadiku yang bergabung dengan team Sales dan Marketing. Aku memilih berbincang dengan Geya Director of Sales and Marketing di ruangan ku. Dia terlihat gugup namum aku mengatakan hanya ingin berbincang ringan dengannya ingin tau seperti apa tim sales and marketing, karena aku akan lebih sering bekerja sama dengan mereka.

Karena posisi ku adalah Director of Revenue and Management disini aku membawahi Geya selaku DOSM* bahkan Zara sebagai FOM*.

Kami berbincang cukup lama hingga pukul 17.00, ia terlihat kewalahan dengan beberapa pertanyaan yang ku berikan namun tidak sedikpun ia menunjukkan raut wajah mengeluh atau lelah. Well sejauh ini belum, kita liat saja dalam 3 hari kedepan, kalau surat resign tidak ada di atas meja ku berarti dia memang tangguh!


Namun, ketika seseorang terlalu sombong, mereka mungkin akan tersandung oleh keangkuhan mereka sendiri sebelum orang lain melakukannya. Entah itu karena terlalu antusias bekerja tanpa istirahat yang cukup, ego yang selalu ingin menang, atau mungkin sebagai akibat dari meremehkan Geya. Beberapa hari ini, aku sangat lelah, seluruh tubuhku terasa sangat remuk.

Aku berangkat ke hotel pukul 07.30 pagi dengan menggunakan ojek online. Mataku terasa berat; aku sangat ingin membenamkan diri pada kasur empuk di rumahku. Tidur dengan pulas


"Pagi Bu," sapa petugas seragam saat aku mengambil jas kerjaku yang telah dicuci. Aku hanya mengangguk dan tersenyum, meskipun aku yakin wajahku terlihat menyeramkan! Mataku bengkak, bibir pucat, dan wajahku kusam.

Setelah mendapatkan seragam, aku berjalan menuju locker dengan langkah berat. Saat membuka pintu, suasana di dalam locker terasa sepi. Aku berdiri di depan locker box nomor 32 milikku. Locker box untuk para department head memang lebih luas dibandingkan dengan level asisten kebawah. Selain itu, kami tidak perlu kesusahan mencari kunci locker karena pengamannya menggunakan nomor kombinasi.


Aku mencoba memasukkan nomor kombinasi lockerku, namun entah mengapa kata sandi yang ku masukkan salah. Aku menghela nafas, mungkin karena kesalahan teknis atau efek dari rasa mengantuk sehingga aku salah memasukkan angka.

Tak ingin repot, aku membuka baju dan celana jeansku. Biasanya aku mengenakan baju kerjaku dari rumah, tapi karena malas dan waktu hampir menunjukkan jam kerjaku, aku tak punya waktu untuk gerakan tambahan. Mataku masih setengah tertutup, terpaku pada resleting rok kerjaku yang sangat sulit untuk dikancing.

Cekrek suara pintu toilet terbuka . .


Masih fokus pada resleting rokku yang sulit dikancing, aku hanya melirik sekilas siapa yang baru saja keluar. Namun, tiba-tiba, seolah ada roh yang merasuki tubuh dan pikiranku, aku memalingkan wajahku untuk melihat kembali siapa yang baru saja keluar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang