• Bab Tiga •

89 12 0
                                    

Hari akhir telah berlalu, tidak terasa keduanya berada dalam kondisi yang cukup baik. (Name) juga sudah memperingatkan Wataru untuk tidak mencolok, mungkin? Tetapi, jika tidak dengan Wataru ia akan berpergian dengan siapa? Selain tidak begitu dekat dengan orang lain, bahkan teman sekelasnya sendiri. Mustahil untuk bisa kencan, seperti pasangan dibawah guguran bunga Sakura musim ini. Pasangan, ya?

Keduanya berpergian bersama, menikmati pemandangannya. Ya seharusnya begitu. Tetapi, nyatanya Wataru juga mengajak adik-adik kelasnya, Tomoya dan Hokuto. Entah apa yang ia pikirkan, mungkin mereka diperlakukan seperti gadis lagi? Mereka yang jelas laki-laki, lho.

(Name) yang sebelumnya tidak pernah melihat kedua adik kelasnya tampil seperti perempuan, dia pernah menduga kalau mereka orang yang berbeda. Karena baginya cukup mustahil laki-laki tampak seperti perempuan. Sebenarnya tidak hanya Hokuto dan Tomoya, sih.

Ternyata dihari itu juga Wataru mengenakan pakaian perempuan, tidak itu bukan lelucon. Sebelumnya, ingatkah tentang (Name) yang tidak akrab dengan teman sekelasnya? Wataru lebih tahu dari siapapun tentang hal itu.

Wangi bunga mawar bersatu padu dengan wangi bunga Sakura. Tunggu, apa-apaan itu? Apa dia memang menyiapkan pertunjukan di tempat seperti ini, sekarang? Tidak pernah membayangkannya. "Buchou, kenapa kau menyeret kami berdua." Hokuto tampak menggeram emosi, tidak tahan perlakuan Buchou - nya yang satu ini.

Harusnya ya, Hokuto tidak emosi. Tetapi, kalau ia tahu apa maksudnya, sekarang tidak sama sekali. Mana mungkin mereka --- kedua adik kelasnya itu --- tidak kesal dengan permintaannya yang aneh-aneh itu?

"Fufufu ~ kalian berdua tidak perlu tahu." Wataru seolah-olah memainkan perannya, yah memang dialah ahlinya. Tipuan dan akting bersatu dalam ekspresi juga perkataannya. "Ugh, padahal aku ingin bersenang-senang dengan Hajime," kata Tomoya sudah tidak tahan akan hal ini.

Mengeluh dan mengeluh, hingga pendengaran ketiganya mendengar suara seseorang. "Oh, sebentar ... Wataru?" tanyanya. Membuat ketiganya melirik ke sumber suara. Gadis itu, yang mengajak dirinya ke tempat ini. Namun sang pengeran malah membuat putrinya menunggu.

親友とか 家族ではハマらない Relation

"Tunggu, mereka siapa? Sebentar, apa aku salah orang?" Gadis itu memijat kepalanya mencoba menenangkan dirinya sebentar, akibat melihat kesamaan terdapat dalam diri salah seorangnya. Ya, mereka dilihat oleh gadis itu dengan pakaian perempuan. Aneh, mungkin.

Bahkan beberapa pengunjung juga yang melihatnya, seakan tertipu dengan penampilannya. Cukup sedikit diantara mereka yang terdengar tertawa. 'Sepertinya, kakak beradik itu tidak mempunyai pasangannya,' dan banyak lagi omongan-omongan tidak berguna lainnya. Mengganggu orang bukan?

"Mempersembahkan hadiah untukmu." Suara Wataru yang cukup didengar oleh (Name) sebagai laki---ehem, perempuan? Terdengar jelas dalam indra pendengarannya. Jika ia tidak salah menebaknya, mungkin kah itulah sang Pangeran?

"Hadiah? Seperti apa, eh tunggu hadiah? Apa maksudmu, Wataru?" (Name) sepertinya sudah mengetahui siapa yang mengenakan pakaian perempuan itu. Dengan rambut serba biru muda itu, ditambah maniknya yang tidak pernah jauh dari tatapannya, ungu.

"Oya? Kau mengetahui hadiahnya, ya sudah ...." Wataru berkata demikian, membuat dirinya berpikir dua kali. Ia tidak pernah ingat menginginkan hadiah. Tetapi, tunggu ... sepertinya ia mulai menyadari sesuatu keanehan.

"Bukan masalah mengetahui hadiahnya, karena aku memang tidak menginginkan hadiah juga. Tetapi, bukannya mereka berdua itu adik kelasmu?" (Name) mulai menyadari semuanya, dari pakaian yang dikenakan olehnya sekarang dan siapa yang ia ajak dengannya.

Tomoya seperti orang yang berpikir, "Siapa ya? Hm," sambil memegang dagunya ia menatap gadis dihadapannya, cukup tinggi sepertinya? Wataru tersenyum karenanya. "Ternyata, aku tidak pernah bisa menyembunyikannya darimu, amazing!" Mengagetkan sekali, tetapi jika tidak mengagetkan bukan Wataru namanya.

無口なほど 想い強く 支え合う Harmony

Merpati tiba-tiba saja muncul diikuti bunga mawar yang bertaburan diatas mereka, seakan sudah dipersiapkan sedari tadi. Hanya saja tidak tahu kapan, ya begitu kayaknya. "Mereka adalah hadiahmu, (Name)-san."

(Name) sebenarnya sudah menyadari hal itu, tetapi perkataan dari Wataru-lah yang semakin membuatnya tidak berdaya sekarang. Entah terdengar tawa bahagia, atau sedang terharu sepertinya. "Aku memang sulit memahami dirimu, tetapi sepertinya ini sungguh berlebihan sekarang, Wataru."

Dia menangis haru. Tidak pernah ia menyangka, bahwa ini hadiah pertama nya setelah hari itu. Entah ia mengingatnya atau tidak, sepertinya dia memang sudah mengingatnya. Keinginan yang ia panjatkan dihari itu. "Aku tidak menduganya."

Wataru tersenyum simpul, "Oh, ternyata dirimu (Full Name), yang selalu dibicarakan Buchou." Entah mereka melihatnya atau tidak wajah Wataru terdapat semburat merah tipis. Tidak mungkin ia malu? Ya, siapa tahu.

"Ah, ya aku ingat! Kau perempuan yang waktu itu yang bersama Nii-chan!" Tomoya juga mengeluarkan suaranya. Dari sini guguran bunga sudah terasa menyentuh kepala mereka. (Name) melihatnya semua, penuh bunga diatas kepala mereka semua.

"Eh, Nii-chan?"

"Nito-kun," jawab Wataru dilanjutkan dengan perkataannya lagi, "Mereka berdua adalah Hidaka Hokuto dan Mashiro Tomoya, temanmu." (Name) menatap bingung Wataru. "Teman? Sepertinya bukan. Aku tidak ingat memiliki teman, ya ... kurasa begitu. Mungkin," sahutnya.

"Apa-apaan itu, lagi? Ya ampun, Buchou. Apa yang sebenarnya kau inginkan? Ini sungguh memalukan, aku ingin mengenakan pakaianku kembali, memasuki mode normal!" tegas Hokuto, sudah tersulut emosi bagaimana madamkannya? Masih kesal sedari tadi, jika tidak dibuat kesal dengan kemauannya yang aneh-aneh, itu bukanlah perlakuan khusus Hibiki Wataru - mu. Bukan begitu?

"Memang ini sangat memalukan, tapi teman? Apa kau tidak memiliki teman?" Tomoya sepertinya mendengarkan ucapan (Name) baru saja. Hokuto juga, tetapi ia sudah tidak tahan mengulur waktu dengan pakaian yang sedang dia pergunakan.

"Tidak sama sekali," ucap (Name) mulai menyadari sesuatu dan melanjutkannya, "kecuali satu, Wataru." Entah kenapa sekarang jadi aksi peluk-pelukan. Berasal dari Wataru yang terharu berlebih hingga menangis ria dalam pelukan (Name) tetapi, masalahnya berada pada kedua adik kelasnya sekarang.

"Sebentar, kalian benar laki-laki 'kan ya?" Pertanyaan lolos dari mulut (Name) dan Wataru sudah berada disampingnya, tidak lagi memeluknya. "Sudah jelas, kenapa bertanya!" Oya? Sepertinya ada seseorang lagi yang sudah terlena akan pesona ketiganya, sebagai perempuan. Ya seperti itulah.

"Soalnya, ya kalian bertiga terlalu cantik, tidak --- kurasa sangat cantik melebihi perempuan manapun, jika berdandan." Menatap horor gadis dihadapannya, curiga siapa tahu virus hentai Buchou mereka sudah menular, dan mengambil posisi jauh seribu langka, hanya Tomoya saja sepertinya, sedangkan Hokuto memikirkan tentang dirinya.

"Kurasa aku terlihat cantik juga," gumam Hokuto, entah kesambet sesuatu atau apa. Wataru yang mendengarnya langsung semangat 45. "Kalau begitu Hokuto-kun, tetap begini saja ya."

"Eh? Tunggu, apa? Apa-apaan itu? Yang benar saja?!" Wataru tertawa kecil karenanya. Ah, ya sepertinya (Name) sudah mengingatnya, 'Jika bisa aku ingin memiliki teman, yang banyak. Walaupun itu tidak mungkin.' Permintaan kecil yang sudah terkabulkan, huh?

-

End

SPRING'S SYMPHONY! Hibiki Wataru. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang