Hari itu bisa jadi hari sialnya Seungmin. Pasalnya di hari pertamanya masuk sekolah, yang mana juga hari pertama MPLS, Seungmin terlambat. Sebenarnya ia sudah datang semenjak pukul 06.05 pagi, dua puluh lima menit sebelum MPLS dimulai. Akan tetapi memang Seungmin yang teledor pagi itu, dia baru sadar kalau kaos kaki yang digunakannya tidak berwarna putih polos.
"Lix.. ini gimana?" Seungmin merengek ke Felix, yang juga turut bingung dengan nasib malang saudaranya itu.
"Eumm.. kita telepon bunda aja, semoga bisa segera nyampe. Bentar aku telpon," ujar Felix berusaha setenang mungkin agar Seungmin tidak bertambah panik. Seungmin menggigit kuku jarinya gugup dengan alis yang menekuk sedih. Matanya sudah hampir berkaca-kaca kalau saja Felix tidak berseru, "Seungmiin, tunggu bunda bentar lagi nyampe."
Waktu menunjukkan pukul 06.25, lima menit lagi upacara penyambutan anak didik baru dimulai tetapi ibunya tak kunjung memberikan kabar. Seungmin menggigit bibirnya, kakinya tak berhenti gesek gesek permukaan tanah di bawah solnya.
"Felix, aku tunggu di luar aja, siapa tahu bunda udah hampir sampai," ujar Seungmin.
Setelah dapat anggukan, Seungmin segera berlari keluar area sekolah. Ia berjalan dengan raut bingung di sepanjang trotoar depan lingkungan sekolahnya.
Begitu ia lihat motor scoopy berwarna hitam dan sosok ibu yang sangat ia kenal, seungmin berlari menghampiri. Buru buru sehabis sambar kaos kaki dari jok motor, Seungmin menggantinya saat itu juga. "Bunda, makasih, Seungmin masuk dulu yaa."
Kemudian Seungmin berlari kencang. Ia sempat tersenyum karena melihat pintu gerbang yang masih terbuka lebar. Akan tetapi senyumnya luntur bersamaan ketika ia lihat kakak kakak OSIS berdiri berjajar di belakang pintu gerbang.
Seungmin panik, tetapi tidak ada yang bisa ia lakukan selain ikut bergabung dengan murid baru lainnya yang juga sedang berhadapan dengan kakak kakak di sana.
Setelahnya Seungmin juga turut pasrah sewaktu dirinya dan beberapa murid lain disuruh untuk berbaris di barisan yang berbeda. Seungmin ingin merengek memanggil nama felix sewaktu tak sengaja lihat wajah khawatir sang kakak yang sedang berdiri di barisan tengah.
☁️
Matahari sudah naik, pagi yang mulanya dingin dan berkabut, sekarang sudah panas dan udaranya berubah kering. Seungmin teguk air mineralnya dengan rakus.
"Lix, maaf aku gak bisa nemenin kamu ke kantin. Aku harus minta tanda tangan ke kakak OSIS," ujar Seungmin. Ia harus berkeliling untuk cari sepuluh tanda tangan dari anggota OSIS sebagai hukuman atas keterlambatannya.
Felix mengangguk sambil mengelap titik air yang ada di ujung dagu Seungmin. "Hmm, kamu pengen apa? Nanti aku beliin."
"Eumm, aku mau susu deh. Apa aja yang penting rasa strawberry."
Setelah itu, keduanya berpisah. Seungmin keluar dengan secarik kertas dan bolpoin, berkeliling dari gedung satu ke gedung yang lain untuk mencari panitia MPLS yang mana merupakan anggota OSIS.
"Hahh, akhirnya kurang satu." Seungmin sudah punya sembilan tanda tangan, yang artinya kurang satu lagi, dan tugasnya akan selesai. Setelah mencari di beberapa tempat, Seungmin akhirnya menemukan kakak kelas dengan pita kuning di lengannya, tanda kalau orang itu termasuk panitia MPLS.
"H-halo kak?"
Orang yang disapa menoleh ke arah Seungmin. Wajahnya super datar, bahkan dengan bibir tebalnya yang di mata seungmin justru melengkung ke bawah, merengut kurang suka. Sumpah, Seungmin pengennya mundur aja.
"Apa?" Tapi karena orang itu merespon sapaannya, mau tak mau Seungmin harus maju.
"Saya minta tanda tanganya boleh?" tanya Seungmin. Si kakak kelas mengangguk. Seungmin hampir melonjak kegirangan karena hukumannya selesai. Ia pun segera sodorkan kertas dan bolpoin miliknya ke kakak kelasnya itu. Setelah coret coret di atasnya, dia kembalikan lagi benda itu ke Seungmin. Seungmin membungkuk kecil. "terimakasih kak, saya permisi."
KAMU SEDANG MEMBACA
kak chan
Fanfictionone of my favourite person /sekadar cerita singkat dengan timeline yang bisa jadi random, tapi masih dalam satu universe