"Ayo kita lomba lari!" ajak Yoonwon kepada dua orang yang sedang berjalan di sampingnya.
Sudah seperti ritual, hampir setiap pulang sekolah Ha bersaudara berlomba lari. Mulai dari atas turunan hingga ke depan pintu apartemen rumah mereka. Yang kalah, harus mentraktir atau memberikan jatah snack kepada yang menang. Kali ini, yang satu menyetujui dan yang satu menolak.
Ha Jaewon, kembaran Yoonwon sekaligus abang sulung dari Ha bersaudara sudah lelah. Lagipula, setiap kali lomba lari ia akan kalah karena kedua adiknya itu selalu curang. Kalaupun ia menang, keduanya akan misuh-misuh. Yang pada akhirnya membuat Jaewon merasa tidak enak untuk meminta haknya sebagai pemenang.
Ha Aeri si bontot sekaligus anak perempuan satu-satunya di keluarga Ha sedang memasang ancang-ancangnya. Ia yakin kali ini ia akan menang melawan abang keduanya. Kalau ia menang nanti, ia ingin meminta kembali jatah chocopie miliknya yang dicuri abangnya semalam.
"Satu... Dua... Ti-"
Tuh kan, belum selesai Jaewon menghitung, duo curut itu sudah melesat terlebih dahulu. Jaewon menghela napas. Kemudian berjalan santai menuruni turunan ke arah apartemen.
Jaewon memang yang paling bisa diam diantara saudara-saudaranya. Ia hanya berisik ketika bersama orang terdekatnya saja. Ia juga lemah lembut. Suka menghabiskan waktunya untuk menulis, membaca, atau mendengarkan musik disaat saudaranya yang lain merusuh.
***
"Aku menang!" Aeri bersorak riang.
"Nggak bisa! Kamu curang!" Yoonwon tidak terima.
"Hey, oppa kan juga sering curang! Pokoknya nanti oppa harus kembalikan jatah chocopie yang oppa curi semalam!"
"Tidak mau."
Aeri mendengus kesal. Kebiasaan sekali abangya yang satu ini. Sedang tidak ingin ribut, Aeri segera membuka kata sandi di pintu dan masuk kedalam rumah.
"Aku pulang!" teriak Aeri sambil memasuki rumah.
"Kalian sudah pulang? Kalau begitu segera bersihkan diri kalian! Eomma sudah siapkan kalian camilan," seru ibu mereka dari dapur.
Aeri meletakkan tas dan kaus kakinya di atas sofa, kemudian pergi menuju kamar mandi untuk bersih-bersih.
Aeri memiliki sifat yang sebelas dua belas dengan Yoonwon. Bedanya, Aeri lebih penurut. Umurnya terpaut tiga tahun dari kedua abangnya. Ia suka sekali bernyanyi dan jago bermain piano. Sejak kecil, Aeri lebih banyak bermain keluar bersama kedua abangnya ― terutama Yoonwon ― daripada dengan anak-anak permpuan sebayanya. Jadi, maklumlah sifatnya agak tomboy.
"Aeri yaa jangan taruh kaus kaki busukmu disini! Bau!" teriak Yoonwon dari ruang tamu.
Sementara yang diteriaki cuek saja. Ia masih bersih-bersih.
Yoonwon meletakkan tasnya di kamar, kemudian pergi ke dapur dan langsung menyomot semangka yang disediakan ibu mereka tanpa bersih-bersih terlebih dahulu. Jeweran pelanpun mendarat di telinga Yoonwon.
"Hey, kamu tidak dengar apa yang tadi ibu katakan?"
Yoonwon hanya cengar-cengir. Lalu berlari menuju kamar mandi.
"Oh iya, dimana Jaewon?" tanya ibu mereka setelah menyadari salah satu anaknya belum datang.
Aeri yang baru selesai bersih-bersih mengedikkan bahu.
Tak lama kemudian, terdengar suara kode pintu rumah yang terbuka.
"Aku pulang," ucap Jaewon sambil meletakkan sepatunya di rak.
Sekarang Ha bersaudara sudah sampai semua di rumah. Ibu mereka tersenyum kemudian pergi ke kamar untuk beristirahat.
"Jangan buat keributan ya, ibu mau tidur sebentar," pesan ibu mereka kemudian menutup pintu kamar.
***
Haiii kenalin aku Jina. Ini karya pertamaku di wattpad. Moga suka ya... Jangan sungkan buat kasih saran.
Btw biar nggak bingung, itu yang Aeri dibacanya Eri. Ok?
YOU ARE READING
Second Chance
FanfictionTentang dua abang kembar, dan adiknya yang ingin menjadi idol. . . . "Manfaatkanlah kesempaan kedua"