I said that something wrong with us

1.1K 10 4
                                    

I said that something wrong with us?

Apa kau tahu? Dibalik dunia ini, apakah ada kehidupan selain kita, makhluk hidup yang tinggal dibumi? Apakah bentuk dan rupa wajah mereka sama seperti kita? Apakah lapisan planet mereka juga sama dengan planet kita, bumi?

Ini yang sedang ku cari tahu, aku sedang meneliti tentang benar atau tidaknya dan nyata atau ilusi kah semua itu.

Bermodalkan komputer berpentium 4, aku meng-search segala sesuatu yang berkaitan dengan hal itu.

Selang beberapa detik saja aku bisa mendapatkan begitu banyak informasi yang berkaitan dengan itu semua.

Mars. Sebuah planet merah di galaksi tata surya bima sakti tempat planet kita berpijak. Dikatakan di artikel itu bahwa, planet mars diperkirakan hidup suatu makhluk yang belum jelas bentuknya.

Mars? Planet merah berkemungkinan hidup sesuatu? Aku mengernyitkan dahi, aku tak puas dengan berita yang kudapat.

Masih banyak waktu, tak perlu terburu-buru juga untuk mencari lebih jauh tentang keberadaan dunia luar selain bumi.

'triiing'

"halo..iya benar ini nomor redaksi majalah beauty age..ada yang bisa saya bantu?"

Aku melupakan pekerjaanku. Hal yang sudah menjadi kewajibanku selama bernaung diluar lembaga tempatku berlindung -keluarga-.

Bekerja sebagai seorang editor di sebuah majalah modernisasi kewanitaan kenamaan dinegeri ini, tak lantas membuatku melupakan sejenak mengenai tentang ada tidaknya makhluk hidup lain di planet selain bumi ini.

Evolusi, ekosistem, keaneka ragaman makhluk hidup, itu semua membuat darahku bergejolak.

Aku, aldisha hartawan. Ingin merasakan sesuatu yang baru. Bukan hanya duduk santai sambil menghadap meja komputer didepanku.

"bosan" lirihku sembari menaruh kembali gagang telepon ditempat asalnya.

Memang aneh mendengar pernyataan 'bosan' dari orang sepertiku. 23 tahun mengecap manis dan pahitnya hidup selama ini, tak kunjung jua memberiku kepuasan batin tersendiri bagiku.

"dish, kamu mau ikut party clubbing nanti malam gak? Ditempat biasa kok." tanya seorang wanita berpostur mungil yang sedang memainkan salah satu pena dikotak pensilku.

Aku menatap wanita di hadapanku itu. "aku sedang tidak bernafsu melakukannya.aku lelah." sahutku jujur. Aku kembali berpaling menatap komputer dan sibuk memainkan mousenya.

Wanita itu tampak kesal dan mendengus. "apa kamu bercanda! Anak tunggal keluarga hartawan, pewaris aset beberapa hotel ternama di jakarta dan sekitarnya berkata lelah dengan hingar bingar dunia malam?" sekarang ia menarik aku dengan sedikit kasar sehingga aku berdiri sama sejajar dengannya.

"aku lelah! Setiap hari melakukan hal-hal itu saja. Tak peduli kah kalian terhadap ketidak seimbangan ekosistem dibumi kita ini? Bumi kita sebentar lagi akan didera kehancuran, kita harus mencari bumi baru tempat kita tinggal nanti!" sekarang mataku menatapnya tajam. Ia berbalik menatapku tak percaya.

"hei, ladies hentikan kekonyolan kalian. Bos kita segera datang!" sambar seorang pria yang duduk tepat disamping meja kerjaku.

"ini wilayah kantorku, endah riawan!" pekikku kesal. Wanita itu perlahan melepas pegangan tangannya dan beralih ke sudut ruangan yang agak jauh dariku.

Semua mata menatapku bingung. Aldisha hartawan yang dijuluki 'queen of party' menolak untuk datang ke party di club malam dan malah mengajak teman-temannya untuk mencari bumi baru. Dia pasti terbentur sesuatu!

"kalian semua jangan ribut! Waktu makan siang sudah selesai 30 menit yang lalu, cepat kembali ke meja kerja kalian! Dan untukmu nona aldisha, kita bicara dikantorku sekarang." ujar bosku seraya menunjuk ke arahku. Dia adalah atasan yang tegas dan sedikit galak.

"dengan senang hati pak william." jawabku tenang. Dapat ku lihat jelas, beberapa teman kerjaku menatapku kasihan.

"semoga beruntung, dish. Kamu semenjak kemarin terlihat aneh." ujar salah satu teman kerjaku yang terlihat mengkhawatirkan keadaanku.

Aku mengerjipkan mata kepadanya dan beranjak dari kursi menuju ruangan bosku. "aku baik-baik saja." kataku sebelum menghilang dibalik pintu ruangan paling besar dan 'wah' di tempat ini.

(Ruangan William broche)

"bapak memanggil saya?" tanyaku sopan seraya menutup pintu. Ia menoleh ke arahku dan meletakkan beberapa file di atas meja kerjanya.

"silakan duduk nona aldisha" aku melangkah santai ke arahnya. "saya dengar semalam kamu mengalami kecelakaan, itu benar?" tanyanya sambil membenarkan letak posisi kacamatanya.

Aku menganggukkan kepala dan membenarkan posisi dudukku agar sejajar lurus ke arah lawan bicara.

"apa ada yang terluka nona aldisha?" tanyanya sekali lagi. Guratan diwajahnya tidak sedikit pun menampakkan ekspresi penasaran. Ini sangat berbeda dari pertanyaan-pertanyaannya kepadaku.

"tidak ada sama sekali." sahutku sambil memperhatikan wajahnya.

"lalu apa ini semua ada hubungannya dengan bumi baru itu nona aldisha hartawan?" aku menaikkan sebelah alis mataku.

"maksud bapak?" tanyaku mengimbangi pembicaraan dengan pria berusia setengah abad lebih ini.

"ada bumi lain ditata surya kita ini. Apa anda percaya?" seketika aku berdiri dan menatapnya tak percaya. Aku kaget sekali dengan kata-kata yang diucapkannya barusan.

"eugh.." tiba-tiba kepalaku terasa berat sekali. Seperti ada sesuatu yang sangat berat menimpa kepalaku.

"kalau anda percaya akan saya tunjukkan dimana bumi baru itu." aku menatapnya nanar dan memegangi kepalaku yang rasanya mau roboh..

'bruuuk'

###

( terinspirasi dari film scine-fiction yang ku tonton selama ini, tak ada salahnya ku mencoba membuat cerita tentang itu x) )

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 02, 2011 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I said that something wrong with usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang