TULANG RUSUK YANG MENANGIS

4 2 0
                                        

Sasa menangis tersedu-sedu saat berdoa di sepertiga malamnya, hatinya begitu hancur  dan sangat terluka. Pikirannya sudah terasa buntu, hanya asa yang terpampang dalam di bawah alam sadarnya.

Bagai telur di ujung tanduk yang kini ia rasakan. Ia tak tahu harus kemana lagi memohon bantuan. Ia hanya bisa mengadahkan kedua tangannya ke atas dan mengetuk pintu langit di sepertiga malam.

Tiap hari ia berusaha bicara dan curahkan isi hatinya kepada Sang Pemilik Alam Semesta ini. Tak seorang pun percaya percaya pada kata-katanya.

"Allah seberapa besarkah dosaku ini??""

"Akankah keadilan dan kenyataan berpihak padaku."

"Jangan uji hamba di luar batas kemampuan."

"Semua orang tak percaya dengan kata-kataku,,aku dibilang cemburu bahkan yang lebih parah...ada yang mencaciku."

"Ibu mertua pun tak percaya dengan penjelasanku."

"Allah...apa yang harus aku lakukan??"

"Tolong beri petunjuk padaku!!!"

"Apakah kata'cerai'pantas ku sebutkan untuk mengakhiri takdirku??"

"Anak-anak masih kecil,,hamba tak bisa membiarkan anak-anak menjadi susah karenaku."

"Ya Rahman...Ya Rahiim,,Ya Fattaah...Ya Bashiir...Al Waali...Al Hadii...berilah jawaban dari doa-doaku ini,,,aamiin."

Akhir doa ia berdzikir sebanyak mungkin.
"Subhanallah...Subhanallah.....33x"
"Alhamdulillah...Alhamdulillah...33x"
"Allahu Akbar...Allahu Akbar...33x"
Laa Ilaahaa Illallah Wahdahu Laa Syarikalahu Lahul Mulku Walahul Hamdu Wahuwa A'laa Kulli Syai-In Qodiir Laa Hawla Wa Laa Quwwata Illa Billahil A'liyyil A'zhiim.

Air matanya terus mengalir deras di pipinya dan matanya menjadi sembab karena hal itu. Dengan napas yang terengah-engah ia bersujud mencium sajadahnya sambil melafadzkan dzikir di bibirnya.

Ia lanjutkan untuk membaca ayat-ayat Al Quran untuk menenangkan hatinya. Terdengar suara sengaunya karena tangisannya saat sujud tadi.

Setelah melakukan amalan itu ia sungguh merasakan ada ketentraman dihatinya dan menjadi tegar kembali. Seolah-olah ada energi positif yang membuat jiwanya kuat dan yakin bahwa semua masalah itu akan diberi jalan keluar terbaik. Air matanya terhenti sendiri dan ia masih melanjutkan membaca Al Quran hingga adzan subuh berkumandang.

Pandangannya menjadi kosong ketika ia mengingat perbuatan suaminya. Didalam hatinya masih bertanya-tanya.

"Apakah benar suaminya berkhianat kepadanya??"

"Apakah ini yang namanya pernikahan??"

"Seperti apakah sakinah,mawadah,warahmah itu??"

Hatinya menjadi galau kembali dan dipenuhi emosi yang tercampur aduk untuk menegur suaminya secara langsung. Selama ini ia hanya memendam rasa penasaran itu. Tak berani mulutnya berkata secara lantang kepada suaminya. Ia takut pukulan dari kepalan jari suaminya melayang lagi di tubuhnya. Itu sangat menyakitkan dihati dan fisiknya.

Tapi, ia juga tak sanggup untuk menahan mengetahui fakta yang sesungguhnya. Saat ini yang ia khawatirkan hanya kebahagiaan dan masa depan anak-anaknya. Ia masih bingung harus mengambil keputusan seperti apa. Dan mempertimbangkan hasil dari keputusan yang ia ambil. Jika salah mengambil keputusan akan menjadi boomerang di kehidupan selanjutnya.

Meskipun ia menemukan bukti real dari pengkhiatan suaminya, ia tak mampu membongkar fakta yang disembunyikan suaminya. Ia menemukan sebuah KTP seorang wanita di dompet suaminya. Ketika ia bertanya kepada suaminya. Suaminya hanya menjelaskan bahwa itu KTP teman kerjanya yang minta tolong untuk di buatkan KTP baru karena masa berlaku KTP itu telah habis. Ia tak bisa mempercayai suaminya 100%. Ia hanya bisa diam ketika mendengar penjelasan dari jawaban suaminya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TULANG RUSUK YANG MENANGISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang