Dari Balik Jendela

10 5 3
                                    

Simon dan Vivienne adalah pasutri yang tinggal di apartemen di ibu kota Jakarta.

Ya, kota yang tidak pernah tidur. Itu adalah tempat dimana mereka bertemu, sampai akhirnya menikah dan mempunyai dua anak.

Satu perempuan yang masih balita; bawah lima tahun.
Satunya lagi, anak laki-laki yang masih batita; bawah tiga tahun.

Anak-anak yang adorable dengan tingkah polahnya setiap hari.

Ya memang, ini membuat pasutri itu kewalahan. Apalagi dimasa pandemi begini, Simon dan Vivienne work from home.
Begitu terasa kegaduhan dan suntuk yang terkadang datang menghantui.

Vivienne memang seorang ibu rumah tangga, tetapi dia mempunyai usaha jualan online dan menulis artikel lepas di internet.

Suaminya bekerja di perusahaan asing. Setiap pagi terkadang Simon harus online meeting dengan bossnya.

Tetapi dari balik jendela, nampak tetangganya yang begitu intimate dan terkadang saling bercumbu.
Semuanya nampak sangat jelas dari balik jendela apartemen Simon.

"Vivienne buruaan sini!.
"Lihat tetangga kita itu".

"Woohooo...",
"damn she is hot", ujar Simon spontan.
Dia lupa disebelahnya ada istrinya.

Langsung saja Vivienne mengucapkan pujian senada
"Godamnit!, he is handsome!",
"Hey kamu suka cowok itu?", Simon menunjukkan rasa cemburunya.

Lah kamu tadi bilang,
"She is hot!,"
"iya sih aku udah mulai tua".
"Anak dua, dan tidak ada lagi hal-hal yang menarik".

Kembali Vivienne mengamati tetangganya yang masih muda.

Ya, dia masih muda, cantik dan badannya proporsional dengan tinggi yang semampai.
Bak model di majalah atau peragawati yang memperagakan baju-baju di catwalk.

Semua guratan dan lekuk tubuh kedua pasutri tetangga itu begitu jelas. Terkadang hanya tersibak gorden yang tertiup angin.
Tapi itu membuat Simon dan Vivienne semakin deg deg pyar  menambah adrenalin live movie mereka.

"Pemandangan yang fantastis!",
Simon menutup laptopnya
mendengar Liam, anak cowoknya masuk ke ruang keluarga.

"Papa, ayoo... katanya mau jalan-jalan beli es krim".

Disusul kakaknya Liam, Maggie.
Yaa... ice cream time!!,
Ayooo Papa.

Ok..
Ok...
Sebentar Papa perlu topi.
Biar keren.

Simon gelagepan merespon kedua anaknya. Ditengah-tengah adegan panas membuatnya tegang.

Segera dia berlari ke kamar mandi, mencuci wajahnya.

Sementara Liam dan Maggie
sangking senangnya, mereka berputar-putar di sudut ruangan.

Ruangan yang bersebelahan dengan ruang keluarga. Spot yang menghadap ke arah tetangga mereka secara langsung.

Terkadang mereka bermain petak umpet. Dan Liam bersembunyi di balik tirai jendela.

Sangat menggemaskan tingkah polah anak-anak. Rambut Liam yang sedikit coklat dengan kriwil-kriwil di bagian bawahnya menambah lucu wajahnya.

Maggie, berambut hitam lebih mirip papanya tetapi juga berombak. Memiliki lesung pipi dan senyum yang aduhai.

Akhirnya mereka pergi. Suasana rumah kembali sunyi. Tinggal Vivienne dan hamster Liam yang sibuk mengunyah kwaci.

Vivienne merasa ini saatnya untuk beristirahat. Taking the day off dari anak-anak. Baru satu detik dia bangkit untuk mengambil soda di kulkas.
Dia tersontak kaget.

Eh what happened?
Kenapa tetanggaku?
Kenapa ada tandu ambulans?
Siapa sakit?

Sejuta tanya dibenaknya.
Ohh dear, suaminya diangkat tandu oleh dua orang petugas.

Oh no... apakah suaminya masih hidup?
My god!..

Aku akan menyelinap turun dan mencari jawabannya. Begitu Vivienne langsung turun ke basement .

Lalu berjalan beberapa langkah dekat parkiran apartment. Dia masih mengendap-endap tetapi percuma saja. Tidak ada benda atau semak yang bisa menutupi keberadaannya.

Dia melihat tetangga itu sudah dimasukkan ke dalam ambulans dan istrinya masih di luar terisak menangis.

Istri yang cantik jelita itu.
Lebih tepatnya tetanggaku itu.
Yang hampir setiap saat, aku lihat hubungan intimnya, dari balik jendela rumahku.

Sekarang dia di depanku.
Apa yang harus kukatakan padanya.

Vivienne tertegun untuk 1 menit. Dan keberadaannya diketahui tetangga itu.

Oh hello....
Anda tetangga yang punya dua anak itu khan?

Ya.. ya.. benar.
Vivienne gugup sekali menjawab pertanyaan semudah itu.

Lalu untuk menutupi kegugupannya. Vivienne menanyakan, kenapa suamimu?.
Kuharap dia segera membaik.

Ah ya, suamiku terkena serangan jantung. Sudah lama sih dia mengidap sakit ini.

Itu mengapa kami belum juga dikaruniai anak. Tiap saat kami duduk di ruang dapur kami,  kami melihat pemandangan yang begitu menakjubkan.

Dua anak yang manis dan menggemaskan. Mereka bagaikan malaikat-malaikat kecil yang berlarian kesana-kemari.

Kami melihat pergerakan mereka dengan baik setiap harinya. Itu sangat menghibur kami yang mendambakan keturunan.

Seandainya saja kami memiliki anak-anak seperti Anda.

Oh namaku Liliana.
Senang bertemu denganmu.

Vivienne segera menjulurkan tangannya.
Aku Vivienne.
Senang bertemu denganmu.

Aku permisi dulu,
Liliana berlalu meninggalkan Vivienne yang masih terpaku dengan obrolan barusan.

"What did she just say?"
"Dia ngomong apa barusan?"
"Beneran dia bilang kayak gitu?". "Kalau bohong gak mungkin". "Soalnya dia begitu tenang dan mengekspresikan rasanya dengan sangat baik. Meskipun sedang dirudung duka suaminya, yang baru saja dibawa ambulans".

My god!!.
Dan selama ini aku berpikir, betapa enaknya hidupnya.
Masih muda
Cantik
Semampai langsing
Kehidupan yang mapan.
Plus hubungan ranjang mereka begitu HOT.

Aku selama ini minder karena aku merasa tua,
bangkotan dah beranak dua. Penampilan berantakan....dan lain-lain.

Ahhh!!
Unbelieveable
Sulit kupercaya

#30daywrittingchallenge
#day-29

Sekar Gendhis
***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 04, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dari Balik Jendela Where stories live. Discover now