1

17.4K 184 12
                                    


Semester satu selesai.

Terbayar sudah kesabaranku selama ini menunggu waktu libur yang aku sendiri tidak tahu kapan akan terjadi. Well, sebenarnya tanggal libur memang sudah terlampir di kalender akademik, tapi apa hanya aku yang terlalu malas untuk melihatnya atau mahasiswa lain juga sama sepertiku. Entahlah, yang terpenting akhirnya aku bisa merasakan libur dan berkumpul bersama keluarga di rumah.

Hampir 6 bulan aku menjalani kehidupan sebagai anak kost yang jauh dari keluarga. Mengapa tidak menyewa apartemen atau membeli rumah, tanyakan saja pada ayahku. Lagipula di manapun aku tinggal, jika tidak dengan keluarga rasanya akan sama saja, tetap ada yang kurang. Sudahlah, mau bagaimana lagi, keinginanku sendiri ingin kuliah di kota orang. Jadi, akupun harus siap dengan resikonya.

Cuci baju sudah, cuci piring sudah, setrika pakaian sudah, merapikan kamar sudah, hanya tinggal menyiapkan barang apa saja yang akan aku bawa. Dan ternyata tidak banyak yang harus ku bawa pulang, jadi kuputuskan hanya membawa tas ransel kecil yang cukup untuk menaruh beberapa pakaian, handphone dan dompetku. Setelah makan siang dan istirahat sebentar, aku putuskan langsung meninggalkan kost dan segera menuju bandara.

Sesampainya di bandara, aku langsung bergegas menuju check-in counter yang ternyata sudah dibuka dari tadi. Lumayan lama mengantri, sesekali aku memperhatikan orang-orang di sekitarku dan tidak sengaja pandanganku bertemu dengan salah satu dari dua orang lelaki yang sedang berjalan menuju tempatku mengantri. Sambil berjalan, ia terus melihatku sambil tersenyum. Ku alihkan pandanganku pada seseorang di sebelah lelaki itu sedang asik memainkan handphone-nya, tidak terlalu jelas wajahnya karena ia memakai masker dan kacamata hitam.

"Balikpapan?"

"hah?" Karena sangat penasaran dengan lelaki bermasker itu, aku sampai tidak menyadari kalau lelaki pertama yang aku lihat tadi sudah berada di belakangku dan berbicara kepadaku.

"tujuan Balikpapan?" Tanyanya lagi dengan suara yang menurutku errr.. seksi.

"i-iya" jawabku gugup. Demi apapun aku yakin saat ini wajahku sudah seperti orang bodoh.

"temen gue. Dia emang suka nyembunyiin mukanya, soalnya kagak cakep" tunjukknya dengan dagu ke arah lelaki bermasker yang masih belum melepas pandangannya dari benda persegi empat itu. Untung saja dia tidak menabrak orang selama berjalan tadi.

Aku hanya tersenyum mendengar jawaban lelaki ini. 'Ternyata dia lucu juga', pikirku.

"Dita" ucapku spontan sambil menyodorkan tanganku untuk berjabat dengannya.

"Rifki" Jawabnya sambil menerima uluran tanganku, tak lupa ditambah dengan senyuman sama seperti tadi.

Dari mengantri check-in sampai di dalam ruang tunggu, Rifki tidak ada habisnya bercerita denganku. Ada saja topik yang ia bicarakan, dan jujur itu membuatku nyaman. Maksudku nyaman berbicara dengannya. Hei, aku bukan wanita baperan.

Tidak menunggu terlalu lama, akhirnya kami masuk ke dalam pesawat. Kalian tahu, ternyata aku duduk bersebelahan dengan Rifki dan temannya. Jackpot, bukan?

Ketika aku akan duduk di kursi penumpang, ada seorang penumpang wanita dari kursi belakang yang ingin menaruh barangnya di bagasi atas kursi kami. Mungkin karena terlalu berat, wanita itu kehilangan keseimbangannya dan sedikit lagi menjatuhkan barangnya tepat di atas kepalaku. Menyadari hal buruk akan terjadi, aku langsung menutup mata dan melindungi kepalaku dengan tangan. Dan benar saja, barang wanita itupun jatuh tepat di lantai pesawat.

Married With Ice PrinceWhere stories live. Discover now