“Telat lagi, Neng?”
Seorang gadis berdiri di depan gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat, ia menoleh ke sumber suara lalu menyengir, menunjukan barisan giginya yang rapi.
“Nghehehe ... Iya, Mang. Bukain gerbangnya, ya. Mang Ujang, kan, baik," ucap gadis itu memohon berharap bisa masuk dengan mudah tanpa harus mendapat hukuman terlebih dulu.
Mang Ujang yang tak lain adalah satpam di SMA Crystal, menghela napasnya lelah menghadapi satu siswi yang sering terlambat itu.
“Kenapa lagi, Neng? Kucingnya sakit perut lagi, terus Neng Lia nganterin dulu kucingnya ke dokter?” tanya Mang Ujang membuat gadis dengan nama lengkap Natalia Amanda yang kerap disapa Lia itu menggaruk tekuknya yang tidak gatal.
"Mang Ujang tahu aja, deh,” jawab Lia membuat Mang Ujang menggelengkan kepalanya.
“Ck!Ck! Neng Lia ... Neng Lia, makanya, Neng. Kucingnya jangan dikasih makan sambel biar gak sakit perut,” ucap Mang Ujang.
“Bukain dong, Mang. Mang Ujang, kan, ganteng. Besok Lia bawain martabak spesial deh buat Mang Ujang,” bujuk Lia.
“No! Mang Ujang gak terima sogokan, Neng.” Lia mendelik, dia sudah berapa kali terlambat dan berhasil lolos dari hukuman karena menyuap Mang Ujang.
"Lia tambahin seratus ribu.” Lia mengeluarkan uang seratus ribu dari dalam sakunya.“Deal.” Mang Ujang mengambil uang tersebut lalu membuka gerbang sambil tersenyum bahagia.
“Dasar mata duitan,” gumam Lia kesal.
“Apa, Neng?”
“Eh enggak, Mang. Itu ada cicak dimakan nyamuk.” Lia segera berlari masuk ke dalam sekolah meninggalkan Mang Ujang yang kebingungan.
“Nyamuknya segeda apa bisa makan cicak?” ucap Mang Ujang.
***
Di koridor, Lia mengendap-ngendap dengan sangat siaga karena takut tertangkap basah oleh guru. Sesampainya di depan kelas, dia ragu untuk membuka pintu karena takut jika sudah ada guru di dalam. Pasalnya kelasnya sangat sepi, jika tidak ada guru pasti berisik. Lia mengatur napasnya agar lebih tenang, tangannya sudah siap membuka pintu.
“Woii!” Seseorang menepuk pundaknya membuat Lia terperanjat kaget.
“Kucing garong maling ikan,” latah Lia kaget. “Heh! Boneka Anabell! Jantung gue mau copot tahu!” teriak Lia pada sahabatnya, Arsyila Mahesa yang sering disapa Syila itu.
“Lebay banget, sih! Cuma gitu doang. Lagian ngapain ngendap-ngendap kayak maling, kesiangan lagi?” tanya Syila.
“Menurut lo!?”
"Tenang aja kali, lo lupa ya hari ini ada pertandingan basket sama sekolah lain? Hari ini gak akan belajar,” ucap Syila dengan santai membuka pintu kelas dan masuk ke dalam. Di dalam kelas sepi, tidak ada siapa pun.
“Alhamdulillah, rezeki anak sholeh,” ucap Lia sambil duduk di bangkunya.
“Bukannya lo anak Om Rizal, ya? Sholeh saha sih, selingkuhan emak lo?”
“Lama-lama stres gue ngomong sama lo.”
“Gapapa, di rumah sakit jiwa masih banyak kamar yang kosong kok. Eh, btw gue kemarin jalan sama Putra,” ucap Syila dengan semangat sedangkan Lia hanya menghela napas, tahu apa kelanjutan dari cerita sahabatnya itu.
"Putra siapa lagi?”"Itu lho, Putra anak SMA Dharma.”
“Oh ketua futsal itu?” tanya Lia.
Dulu mereka sering nongkrong bersama murid sekolah lain, hanya saja karena Syila sering berulah dengan mendekati banyak cowok yang akhirnya menciptakan keributan membuat mereka tidak lagi bergabung dengan anak-anak itu.
“Iya, kemarin gue jalan sama dia.” Syila menjetikan jarinya. Putra memang cowok yang cukup keren, selain tampan dia juga berasal dari keluarga konglomerat.
“Terus Kevin lo ke manain?” tanya Lia, pasalnya baru saja kemarin dia mendengar Syila pacaran dengan Kevin yang sekolah di SMA Adiguna.
“Gak di kemana-manain, lah. Dia masih salah satu cabang gue,” ucap Syila dengan santai.
“Dia gak tahu lo jalan sama Putra?”
“Ya enggak, lah. Gila aja gue kasih tahu dia.”
“Lo kapan sadarnya sih, Syil.”
“Gue sadar kok, gak lagi pingsan, tidur, apalagi kesurupan.” Lia memutar bola matanya malas, Syila selalu saja bisa menjawab pertanyaannya dengan becanda.
“Awas lo nanti kena azab baru tahu rasa, nanti nangis.”
“Gue nangis? Sorry yang ada cowok yang ditinggalin sama gue nangis-nangis minta balikan,” ucap Syila mengibaskan rambutnya angkuh.
“Dasar.”
“Lo gak ada niatan kayak gue apa? Perbanyak cabang gitu?” tanya Syila membuat Lia mendelik.
“Sorry, iman gue kuat.”
“Apa jangan-jangan lo gak suka cowok? Jangan bilang lo juga suka sama gue? Ya gue tahu sih gue cantik, tapi lo jangan suka sama gue juga.” Lia menepuk jidat Syila membuatnya meringis.
“Bego kok dirawat, ogah banget gue suka sama lo. Gue cewek normal, lagian gue juga suka sama salah satu cowok di sekolah ini.”
“Hah serius? Siapa? Udin? Ucok? Atau jangan-jangan, Agus?” tanya Syila heboh sendiri.
“Lo udah bosen hidup?” Lia menatap tajam ke arah Syila.
“Hehehe ... canda, Mbak. Siapa cowok yang lo suka?”
“Kepo,” ucap Lia membuat Syila mendengkus kesal.
“Aishh, cepet bilang siapa?”“Gak, kalau lo tahu bahaya, seantero sekolah bisa langsung tahu.” Syila mendelik, se- ember itukah mulutnya?
“Ciri-cirinya dikit aja,” mohon Syila yang sangat penasaran.
“Kakak kelas.”
“Kak Ciko?”
“Bukan! Gila lo, masa gue suka sama sepupu gue sendiri.”
“Terus siapa yang deket sama lo, kan, cuma dia.”
"Gue gak akan kasih tahu lo, mau lo nanya sampai mulut lo berbusa juga dan gue gak deket sama cowok itu, gue cuma suka dia!” tegas Lia, dia beranjak dari duduknya dan berjalan ke luar.
“Mau kemana lo?”
“Nonton basket.”
“Tungguin ....” Syila menegejar Lia, mereka berjalan menuju lapangan indoor untuk menyaksikan pertandingan basket.
-----------------------------
Haii guys😅
Kayaknya kalian bosen, deh. Aku bawa cerita baru terus sedangkan yang lama belum aku lanjut-lanjut😅 hehehe ... Maafkan kebiasaan buruk ini guys, sayang kalian banyak-banyak❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Love to Hate
Teen FictionNatalia Amanda, seorang siswi SMA yang terjebak dalam perjodohan dengan kekasih sahabatnya, tetapi dia lebih memilih menerima perjodohan itu dan membiarkan persahabatannya hancur.