Tak Tertahankan.

44 4 22
                                    

Pukul tujuh pagi sang mentari malu-malu menampakkan diri dari penghujung timur, sinar oranye semi merah menyatu dengan biru khas langit, perlahan kehangatan juga membasuh permukaan bumi. Seorang gadis berbalut kimono dengan motif bunga duduk di teras rumah tradisional dari negeri matahari, kakinya mengambang di udara lantaran jarak tanah dan alas rumah miliknya memang dibuat agak jauh. Helaan nafas terdengar dengan volume yang agak keras, memungkinkan kemunculan gosip tetangganya tentang diri tengah kerepotan sebab ulah kedua orang tua.

"Oh, kau sudah bangun rupanya. Aku kira kau akan bangun siang hari karena tugas rumahmu yang terus saja bertambah. Omong-omong bagaimana dengan tubuhmu, merasa lebih baik?" Sesosok serupa manusia namun mempunyai telinga rubah di kepala serta ekor hitam membuat siapapun yang melihatnya akan menjerit ketakutan, lelaki siluman rubah itu bernama Rintarou. Ia muncul tiba-tiba menggunakan sesuatu yang disebut sihir, tentu saja sang gadis tidak terkejut sama sekali seakan telah mengalaminya berkali-kali. Pada awalnya si gadis sulung keluarga kaya itu terkejut dan bereaksi seperti manusia pada umumnya namun lama kelamaan ia menjadi terbiasa akan kehadiran sang lelaki siluman rubah.


Sekitar dua minggu lalu.

Rumah tradisonal Jepang dengan papan nama yang terdapat di dekat pintu bertuliskan Nakamura membuat masyarakat langsung mengetahuinya, salah satu aset dari keluarga Nakamura yang merupakan pembuat alkohol terkenal dan bahkan bisa menaklukan industri alkohol di Jepang karena harga terjangkau bagi kalangan masyarakat jelata dan minuman yang diproduksi itu selalu menyajikan kualitas yang bagus sehingga membuatnya mempunyai banyak penggemar di berbagai kalangan. Pemilik rumah yang terlihat lumayan luas dari bagian depan namun bila masuk ke dalam rumah itu akan menjadi sangat luas ialah sang putri sulung yang bertugas untuk mengatur ekonomi serta bisnis alkohol milik keluarganya, Nakamura (Name).

Gadis itu berusia dua puluh satu tahun tepat pada hari ini, namun ia tak berniat untuk membuat pesta dengan mengundang para bangsawan atau pengusaha kenalan orang tuanya. (Name) hanya menghabiskan waktu di dalam rumah luas dengan banyak ruang kosong miliknya, banyak berkas yang harus ia selesaikan. Melelahkan namun belah bibir mungilnya tak pernah mengucapkan sebuah keluhan, bukan karena ia tak ingin melainkan karena ia tak mempunyai seseorang untuk dijadikan teman berbicara atau bisa disebut teman. Ya, walau ia itu termasuk dalam golongan gadis jenius dengan wajah yang lumayan imut dirinya tak mempunyai teman, satupun tak ada. Salahkan kedua orang tua Nakamura yang begitu heboh ketika mendapati putri mereka tengah iseng mencorat-coret sesuatu di atas kertas yang merupakan berkas mengenai pemasukan keuangan dari usaha keduanya, dan ya (Name) membuat sebuah jurnal pemasukan ekonomi keluarganya. Kala itu ia menginjak usia sebelas tahun, setelah bakatnya diketahui orang tua Nakamura gadis sulung itu diperintah agar mengerjakan berkas ekonomi kemudian ketika (Name) berusia empat belas tahun ia mengurus semua berkas kerja tentang usaha alkohol milik orang tuanya, lagipula ia lebih senang menggunakan otaknya sesering mungkin dibandingkan harus berinteraksi dengan orang asing.

Kedua netra sendu menatap hamparan langit biru tua yang dihiasi banyak cahaya dari bintang bersinar, ia sudah selesai berkutat dengan beratus lembar kertas kerja. Kedua kaki dilangkahkan menuju halaman belakang di dekat bukit, angin malam berhembus menusuk kulit yang terbalut kimono sewarna langit malam. Tubuh membeku begitu penglihatan menangkap sosok asing yang sedang berdiri menatap bulan purnama, di kepalanya terdapat telinga hewan entah apa tak begitu terlihat jelas karena satu satunya penerangan hanya berasal dari bulan kemudian terdapat ekor yang berayun ringan seperti sedang menikmati suasana sunyi, dingin ditemani cahaya rembulan.

Kepala bertelinga hewan itu berbalik menghadap (Name) yang sepersekian detik membelalakkan mata, kedua netra rubah dengan iris berwarna hijau bercampur kuning memancarkan sorot yang tak dapat ditebak bersitatap dengan kedua netra si gadis. Sang gadis sulung Nakamura kehilangan keseimbangan kedua netranya tertutup dalam sekejap lalu tubuhnya nyaris terjatuh jika saja lelaki yang merupakan siluman rubah tak menangkapnya. Tawa ringan terlantun dari dua belah bibir merah muda, ia tak menyangka bila manusia pertama yang ia temui akan pingsan terkejut karena melihat sosoknya.

Tentang AfeksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang