Arrival

169 35 17
                                    

Dalam tiga tahun karirnya, Alisha tak pernah berpikir bahwa dirinya akan kembali menghabiskan setengah bulan bersama sosok mantan dengan wajahnya yang bosan itu. Maka sudah seribu kali Alisha mengeluh napas panjang setiap kali menatap nama yang tertulis dalam ponselnya.

Rasa gugupnya makin menjadi-jadi ketika akhirnya dalam bertahun-tahun Alisha memegang kunci mobil. Sudah lama sekali sejak Ia menyetir. Sebagai tour guide, Alisha selalu mendapat segerombolan orang dengan bis besar sehingga Ia punya supir sendiri tanpa harus memegang kendali stir. Namun kali ini berbeda. Sudah jarang sekali orang-orang datang kepadanya untuk dibimbing dalam liburan. Kantor yang mulai bangkrut akan menerima siapapun dan apapun permintaan pelanggan. Seperti saat ini, halnya menjebak Alisha dengan Juan dalam tur 15 hari hanya berdua. Dicatat, berdua.


Wajahnya mungkin tampak tak senang, tetapi berulang kali Alisha menatap cermin untuk memperbaiki riasannya. Berdiri menunggu di pintu kedatangan Bandara yang panas dan kerumunan orang yang pengap membuat peluh Alisha mengalir lebih cepat dari biasanya. Ditutupnya kaca lipat itu begitu Ia merasa sudah tampak cantik. Bukannya masih cinta, hanya saja ada Alisha ingin menyombongkan dirinya yang tampak baik kepada Juan nanti. Alisha sangat ingin memperlihatkan sisi dirinya yang hebat dan dewasa dan siapapun mempertanyakan kedua hal tersebut dari sosok Alisha.

Kertas ukuran A4 dengan dituliskan nama Juan secara penuh diangkat setinggi mungkin menutupi pandangan orang di belakangnya. Kerumunan muncul begitu pintu otomatis terbuka dan Alisha gusar menunggu sosok itu yang batang hidungnya saja tak terlihat. 

"JUAN!"

"JUAN!"

Satu tangannya masih mengambang di udara sembari memegang kertas tadi sedangkan tangan kanannya melambai-lambai saat sosok jangkung dan malas itu terhimpit arus manusia. Hanya dengan ransel hitam Juan berhenti di depan Alisha dengan ekspresi yang sama sepanjang tahun sementara Alisha dengan perasaan campur aduk hampir meremukkan kertas nama Juan.

Juan masih tampan dengan ransel yang hanya menggantung di sebelah lengan serta kamera yang menggantung di lehernya itu membuatnya tampak keren. Alisha dengan cepat menggeleng seakan-akan hal tersebut bisa menghilangkan impresi baik dari pikirannya.

  'Cih, apa-apaan kameranya di sana. Minta dicuri apa?'









Tak pernah Juan merasa secampur aduk ini. Entah apa yang dipikirkannya hingga berani melanjutkan pemesanan tur berdua dengan Alisha. Ada rasa menyesal di hatinya meski hal tersebut tak lagi berguna. Toh, dirinya sudah duduk di bangku pesawat yang sebentar lagi akan melandas di tanah jepang. 

Dari jauh Juan bisa melihat Alisha yang sibuk berkutat dengan cermin. Ia bisa melihat Alisha yang mengibaskan kertas dengan namanya tertulis di dalam sana secara berulang kali mencoba menghilangkan rasa panas. Sudah sampai sini, haruskah Ia pulang lagi saja?

Tatapan Juan tak lepas memandangi gerak-gerik Alisha yang sepertinya tak tahu bahwa dirinya diperhatikan. Dia terlihat biasa, dan biasanya Alisha tampak manis. Masih cantik dengan dress putih, dan masih luar biasa dengan bagaimanapun surai itu ditata. 

Masih ada waktu dua minggu bagi Juan untuk mengendalikan detak jantungnya. Dan dengan sosok secantik itu sepertinya tidak akan mudah.

Portraits| Jeon Wonwoo
The-iris, 15 Januari 2022




⚠face claim


⚠face claim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alisha

Alisha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PortraitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang